Studi Ungkap Reaksi Otak Jadi Penyebab Sikap Seseorang Berbeda Saat Jatuh Cinta

studi baru ini menemukan bahwa jatuh cinta dapat menyebabkan bagian otak berebut untuk membuat Anda bahagia.

dr Ainni Putri Sakih
Direview oleh: dr Ainni Putri Sakih

dr Ainni saat ini adalah dokter umum di Rumah Sakit Bakti Timah, Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 20 Jan 2024, 11:36 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2024, 20:00 WIB
Pasangan
(Foto: Ilustrasi AI)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Behavioral Sciences baru-baru ini dikatakan sebagai penelitian pertama yang memahami hubungan antara sistem aktivasi perilaku pikiran dan perasaan cinta romantis.

“Kami sebenarnya hanya tahu sedikit tentang evolusi cinta romantis,” kata pemimpin peneliti Adam Bode dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa, dilansir New York Times.

“Hasilnya, setiap temuan yang memberi tahu kita tentang evolusi cinta romantis merupakan bagian penting dari teka-teki yang baru saja dimulai,” lanjutnya.

Para peneliti dari University of South Australia, Australian National University dan University of Canberra menganalisis tanggapan terhadap kuesioner dari 1.556 orang dewasa muda yang mengidentifikasi diri mereka sedang “jatuh cinta.”

Pertanyaan survei mengeksplorasi reaksi emosional peserta terhadap pasangannya, perilaku mereka di sekitar, dan fokus mereka terhadap orang yang mereka cintai. Para peneliti menemukan bahwa reaksi otak kita berbeda ketika kita sedang jatuh cinta.

“Kami mengetahui peran oksitosin dalam cinta romantis karena gelombang oksitosin beredar ke seluruh sistem saraf dan aliran darah saat kita berinteraksi dengan orang yang dicintai,” jelas Phil Kavanagh, akademisi Universitas Canberra.

Meskipun telah lama dipahami bahwa cinta romantis memicu pelepasan apa yang disebut “hormon cinta” yang bertanggung jawab atas euforia yang dirasakan seseorang saat jatuh cinta, studi baru ini menemukan bahwa jatuh cinta dapat menyebabkan bagian otak menjadi berantakan sehingga kekasih menjadi pusat dunia Anda.

“Cara orang yang dicintai menjadi sangat penting… disebabkan oleh kombinasi oksitosin dengan dopamin, zat kimia yang dilepaskan otak kita selama cinta romantis,” jelas Kavanagh. 

 

Cinta Mengaktifkan Perasaan Positif

“Intinya, cinta mengaktifkan jalur di otak yang berhubungan dengan perasaan positif,” tambahnya.

Kini, dengan lebih memahami reaksi otak saat jatuh cinta, para ahli ingin fokus pada perbedaan antara pendekatan pria dan wanita terhadap cinta.

“Diperkirakan cinta romantis pertama kali muncul sekitar lima juta tahun lalu setelah kita berpisah dari nenek moyang kita, kera besar,” kata Bode.

Ia mencatat bahwa orang Yunani kuno “banyak berfilsafat tentang hal ini, mengakuinya sebagai pengalaman yang menakjubkan sekaligus traumatis,” dan bahwa “puisi tertua yang pernah ditemukan sebenarnya adalah puisi cinta yang berasal dari sekitar tahun 2000 SM.”

Namun, seperti halnya kebanyakan orang, para peneliti masih memiliki banyak pertanyaan mengenai ilmu cinta.

5 Hormon yang Berperan Ketika Sedang Jatuh Cinta

Berikut ini beberapa hormon yang berperan dalam tubuh ketika kamu sedang jatuh cinta:

1. Testosteron

Testosteron merupakan hormon yang dimiliki pria maupun wanita. Pada pria, testosteron dihasilkan oleh testis di dalam buah zakar. Sementara pada wanita, hormon ini dihasilkan oleh indung telur (ovarium).

Meski sama-sama memiliki hormon ini, pria diketahui punya kadar testosteron yang lebih tinggi ketimbang wanita.

2. Estrogen

Hormon estrogen hanya dimiliki oleh kaum wanita, yang dikeluarkan oleh indung telur. Hormon ini berada dalam kadar paling tinggi saat wanita dalam masa subur (ovulasi), yang umumnya terjadi dua minggu sebelum haid.

Pada masa subur, sebagian wanita cenderung menginginkan kasih sayang lebih banyak akibat tingginya estrogen.

Jadi, kalau hormon yang bekerja saat wanita jatuh cinta ini sedang tinggi kadarnya, mereka akan lebih manja dan ingin diperhatikan.

3. Dopamin

Hormon ini merupakan salah satu zat kimiawi yang dihasilkan oleh bagian otak bernama hipotalamus. Adanya dopamin yang cukup berkaitan dengan rasa nyaman, rasa puas, meningkatkan motivasi, dan mendukung proses belajar.

Pada saat jatuh cinta, kadar dopamin meningkat. Itu sebabnya, saat jatuh cinta kamu akan merasa lebih nyaman dan relaks, serta lebih bersemangat dalam melakukan tugas dan pekerjaan.

4. Serotonin

Serotonin merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh sel saraf di otak. Selain itu, serotonin juga bisa didapat dari makanan yang kaya asam amino triptofan seperti kacang, susu, keju, dan daging sapi.

Zat ini sering disebut dengan natural mood stabilizer, karena fungsinya dalam menjaga suasana hati agar tetap tenang dan bahagia.

Serotonin bermanfaat untuk mencegah depresi, mengurangi stres dan kecemasan, serta menjaga kesehatan tulang dan mempercepat penyembuhan luka.

Jika kamu sedang jatuh cinta, kadar hormon serotonin akan teregulasi dengan baik di dalam tubuh, sehingga kamu merasa nyaman, bahagia, dan cenderung tak mudah sakit.

Sebaliknya, jika hubungan kamu dan pasangan tidak harmonis, jumlah serotonin akan menurun, sehingga lebih rentan mengalami depresi dan gangguan kecemasan.

5. Oksitosin

Oksitosin merupakan hormon yang diproduksi oleh bagian otak yang bernama hipofisis. Hormon ini berada dalam kadar yang tinggi pada ibu hamil dan ibu menyusui.

Selain berfungsi merangsang produksi ASI, oksitosin juga berperan dalam mempererat ikatan batin (bonding) antara ibu dan bayi, serta menimbulkan rasa kasih sayang, perhatian, dan empati.

Selain pada kondisi hamil dan menyusui, oksitosin juga meningkat kadarnya saat seseorang jatuh cinta. Orang yang jatuh cinta cenderung ingin selalu memperhatikan pasangannya dan ingin menyatakan kasih sayang, misalnya melalui belaian, ciuman, atau pelukan. Hormon oksitosin berperan dalam tindakan-tindakan tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya