Bangun Akses Air Bersih bagi Pelajar, Kemendikbudristek Luncurkan Roadmap Sanitasi Sekolah 2024-2030

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan Roadmap Sanitasi Sekolah 2024-2030.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 29 Feb 2024, 15:00 WIB
Diterbitkan 29 Feb 2024, 15:00 WIB
Bangun Akses Air Bersih di Lingkungan Pendidikan, Kemendikbudristek Luncurkan Roadmap Sanitasi Sekolah 2024-2030
Bangun Akses Air Bersih di Lingkungan Pendidikan, Kemendikbudristek Luncurkan Roadmap Sanitasi Sekolah 2024-2030. (JUNI KRISWANTO/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Anak-anak perlu mendapatkan akses air bersih atau sanitasi yang sehat baik di rumah maupun sekolah.

Hal ini melatarbelakangi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk meluncurkan Roadmap Sanitasi Sekolah 2024-2030.

Melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, Roadmap Sanitasi Sekolah diluncurkan sebagai landasan perencanaan untuk mewujudkan sanitasi sekolah yang berkualitas di akhir 2030.

Kementerian ini meyakini bahwa ketersediaan akses air, sanitasi, dan higienitas (kebersihan) atau water, sanitation, and hygiene (WASH) memberikan dampak yang luar biasa pada pembangunan berbagai sektor. Mulai dari sektor kesehatan, ekonomi, hingga pendidikan.

Khusus pendidikan, ketersediaan akses WASH di sekolah bagi peserta didik menjadi salah satu komponen penting yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan sekolah sehat.

“Kemendikbudristek telah mengimbau dan terus mendorong semua yang terlibat dalam ekosistem pendidikan untuk mewujudkan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah, Iwan Syahril dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (29/2/2024).

Contoh perilaku tersebut adalah pembiasaan cuci tangan dengan sabun secara rutin. Berdasarkan penelitian, ini dapat menurunkan angka ketidakhadiran di sekolah secara signifikan hingga 50 persen.

Selain itu, penyediaan air minum yang aman di sekolah dapat meningkatkan konsentrasi siswa dalam menangkap pelajaran dan secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas akademik mereka.

Baru 11,43 Persen Sekolah yang Miliki Jamban Terpisah dengan Fungsi Baik

Bangun Akses Air Bersih di Lingkungan Pendidikan, Kemendikbudristek Luncurkan Roadmap Sanitasi Sekolah 2024-2030
Bangun Akses Air Bersih di Lingkungan Pendidikan, Kemendikbudristek Luncurkan Roadmap Sanitasi Sekolah 2024-2030. (AP Photo/Eranga Jayawardena)

Hingga 2022, sekitar 11,43 persen sekolah dari semua jenjang di Indonesia telah memiliki jamban yang terpisah dan berfungsi dengan baik.

Hal ini masih sangat jauh dari target yang diharapkan bahwa seluruh anak mendapat layanan WASH 100 persen pada 2030.

Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan sebuah perencanaan strategis yang dapat diimplementasikan lintas kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya seperti mitra pembangunan.

“Kami berharap dengan adanya dokumen Peta Jalan Sanitasi Sekolah ini, maka seluruh pemangku kebijakan dapat terlibat dalam Perencanaan Berbasis Data menuju pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan tahun 2030 terkait dengan akses sanitasi sekolah,” ucap Iwan.

Seluruh Pemangku Kepentingan Perlu Terlibat

Seperti disampaikan Iwan, pembangunan akses sanitasi sekolah perlu keterlibatan berbagai pemangku kepentingan. Ini selaras dengan apa yang tertulis pada dokumen Buku 1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

Khususnya tentang Agenda Pembangunan Nasional yang menekankan sinergi dan koordinasi antarpelaku program dan kegiatan. Termasuk pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren, sebagai strategi dalam peningkatan efektivitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi.

Chief of WASH, United Nations Children's Fund (UNICEF) Indonesia, Kannan Nadar, mengapresiasi langkah Kemendikbudristek dalam meningkatkan kondisi air, sanitasi, dan kebersihan di seluruh sekolah di Indonesia.

“Sarana Sanitasi Sekolah yang berketahanan iklim dan inklusi mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak-anak secara keseluruhan, menjamin martabat, keselamatan, dan kesehatan mereka, yang pada gilirannya meningkatkan kehadiran dan prestasi di sekolah,” ujar Kannan.

 Selain itu, lanjut Kannan, sanitasi sekolah yang baik juga memotivasi anak-anak untuk menerapkan perilaku kebersihan yang baik dan menjadi agen perubahan bagi teman sebaya, keluarga, dan komunitas pada umumnya.

Lingkungan sekolah yang sehat menumbuhkan budaya belajar, perilaku saling menghormati, dan kolaborasi positif. Sehingga, memberdayakan anak-anak untuk menjalankan peran yang berarti di masa depan demi kemajuan Indonesia.

3 Indikator Akses Sanitasi Sekolah yang Baik

Dalam keterangan yang sama, Ketua Yayasan Strategi Pengkajian Edukasi Alternatif Komunikasi (SPEAK) Indonesia, Wiwit Heris Mandari, juga menyampaikan pendapatnya.

“Dengan dimasukkannya Sehat Lingkungan sebagai bagian dari fokus Gerakan Sekolah Sehat, maka kami berharap lebih banyak lagi sekolah di Indonesia yang memiliki akses sanitasi sekolah.”

Ia menjelaskan bahwa terdapat tiga indikator akses sanitasi sekolah yang sesuai dengan SDGs 4a, yakni:

  • Akses terhadap air bersih yang layak dan cukup
  • Akses terhadap jamban yang terpisah antara laki-laki dan perempuan dalam kondisi baik
  • Akses terhadap fasilitas cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir.

“Dengan tersedianya akses sanitasi, diharapkan sekolah dapat melakukan pembiasaan CTPS, membuang sampah di tempat sampah terpilah, membuang air besar di jamban, serta penyediaan pembalut di jamban perempuan sebagai bagian dari manajemen kesehatan dan kebersihan menstruasi,” tutup Wiwit.

Infografis Manfaat Mandi Air Dingin dan Panas
Infografis Manfaat Mandi Air Dingin dan Panas. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya