Liputan6.com, Jakarta - Hingga minggu ke-11 tahun 2024 kasus flu Singapura atau hand, foot, mouth diseases (HFMD) telah mencapai angka 5.461.
Data ini disampaikan dokter spesialis paru Erlina Burhan berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).
Baca Juga
“Menurut humas dari Kementerian Kesehatan sudah terdapat 5.461 orang yang terjangkit flu Singapura di Indonesia dan ada 738 kasus di antaranya di Provinsi Banten dalam waktu tiga bulan, Januari sampai Maret 2024,” kata Erlina dalam temu media secara daring bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Kamis (28/3/2024).
Advertisement
Angka 738 didapat dari Dinas Kesehatan Banten. Sementara, dari Dinas Kesehatan Depok, diperoleh pula angka kasus suspek sebanyak 14 orang dan 10 orang di antaranya dirawat di satu rumah sakit yang sama.
“Kenapa dirawat? Tentu saja mungkin derajatnya bukan ringan,” kata Erlina.
Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) juga membahas situasi flu Singapura di negara lain seperti China.
“Di China kasus ini sebetulnya sudah mulai merebak dari tahun 2021 walaupun saat itu juga COVID lagi puncak-puncaknya, tapi ternyata flu Singapura cukup banyak, 2,5 juta kasus.”
“Kemudian juga kalau kita lihat di Malaysia, flu Singapur ini cukup tinggi jumlahnya yaitu 106.447 kasus. Tentu ini kalau dibandingkan Indonesia jauh lebih banyak, tapi kita tidak tahu apa di Indonesia tercatat sedikit apakah karena memang yang melaporkan hanya sedikit juga.”
Mengenal Flu Singapura
Erlina pun mengenalkan apa itu flu Singapura. Menurutnya, flu Singapura adalah penyakit akibat virus yang menyerang baik anak maupun dewasa.
“Tapi memang banyak dilaporkan pada anak-anak, umumnya menginfeksi anak berusia 10 tahun dan sebagian dapat menginfeksi orang dewasa.”
Biasanya, lanjut Erlina, flu Singapura didahului dengan demam, sakit tenggorokan, dan jika sudah nyeri tenggorokan pasien juga mengalami batuk.
“Dan ada ciri khusus untuk flu Singapura, yakni terdapat lenting pada tangan, kaki, dan apabila pecah menimbulkan luka dan jadi koreng. Lenting itu gelembung yang berisi air. Lenting ini ada juga di mulut dan kalau pecah jadi sariawan.”
Advertisement
Sering Terjadi Musiman
Sebelumnya, pakar kesehatan global sekaligus epidemiolog Dicky Budiman menyampaikan bahwa HFMD tersebar di seluruh dunia, tetapi prevalensinya lebih tinggi di wilayah-wilayah tropis dan subtropis.
“Penyakit ini sering terjadi secara musiman, dengan puncak kasus yang biasanya terjadi di musim panas dan awal musim gugur di banyak wilayah,” jelas Dicky baru-baru ini.
Virus-virus yang paling umum menyebabkan HFMD adalah Enterovirus A71 (EV-A71) dan Coxsackievirus A16 (CV-A16), meskipun ada jenis lain dari Enterovirus yang juga dapat menyebabkan penyakit ini.
Dicky menambahkan, HFMD merupakan masalah kesehatan yang signifikan di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Beberapa negara di kawasan ini telah melaporkan wabah HFMD yang besar, dengan jumlah kasus yang signifikan terutama di antara anak-anak.
“Faktor-faktor seperti sanitasi yang buruk, kepadatan penduduk yang tinggi, dan mobilitas manusia yang besar berkontribusi pada penyebaran penyakit ini,” papar Dicky.
Diprediksi Terus Meningkat
Lebih lanjut Dicky menyampaikan, populasi global diperkirakan akan terus meningkat dari sekitar 7,8 miliar pada tahun 2021 menjadi lebih dari 9 miliar pada tahun 2030. Dengan demikian, jumlah anak-anak di bawah usia 5 tahun yang rentan terhadap HFMD juga akan meningkat.
Di sisi lain, lanjut Dicky, mobilitas manusia yang tinggi, baik dalam bentuk perjalanan lokal maupun internasional, meningkatkan risiko penyebaran HFMD di seluruh dunia. Wilayah-wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi juga cenderung memiliki lebih banyak kasus HFMD.
Prediksi urbanisasi yang terus berlanjut menambah urgensi untuk mengatasi masalah ini di daerah perkotaan.
Advertisement