Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini "flu singapura" menjadi salah satu topik yang mendapat perhatian masyarakat. Kasus penyakit yang mudah menginfeksi usia anak ini meningkat di Indonesia. Meski demikian ada sedikit kebingungan di masyarakat mengenai apakah flu singapura sama dengan penyakit Hand, Foot and Mouth Disease.
Dokter spesialis anak subspesialis kesehatan anak infeksi dan penyakit tropis Hinky Hindra Irawan Satari menjelaskan, istilah flu Singapura adalah terminologi yang salah untuk merujuk pada penyakit Hand Foot and Mouth Disease. Ini karena penyakit tersebut bukan disebabkan oleh virus flu melainkan virus dari genus Enterovirus yakni Coxsacklevirus dan Hhuman Enterovirus 71 (HEV 71).
Advertisement
Baca Juga
“Itu terminologi yang salah kalau flu Singapur, karena memang virusnya bukan flu dan tidak hanya terjadi di Singapura saja, di berbagai tempat dan berbagai penyebab,” ujar Hinky dalam Pekan Imunisasi Dunia (PID) bersama Kementerian Kesehatan di Jakarta, Senin, 18 Maret 2024.
Advertisement
Hal senada juga disampaikan Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso dalam kesempatan lain.
Menurut Piprim, sebutan flu Singapura bagi penyakit tersebut bukan lagi hanya milik Singapura karena sudah menyebar ke berbagai wilayah termasuk Indonesia.
“Kasus yang disebut flu Singapura ini cukup marak akhir-akhir ini. Sebetulnya flu (singapura) ini bukan milik Singapur lagi, di Indonesia juga udah banyak mungkin jadi flu Jakarta dan flu lain-lain,” kata Piprim dalam temu media secara daring, Selasa, 2 Maret 2024.
Masih soal istilah flu Singapura, hal ini juga dianggap keliru oleh Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama.
“Penyakit ini nama sebenarnya adalah Hand Foot Mouth Disease (HFMD) atau Penyakit Tangan Kaki Mulut (PTKM) yang sering kali secara salah kaprah disebut sebagai flu Singapura,” jelas Tjandra dalam keterangan tertulis, Sabtu, 30 Maret 2024.
Masa Inkubasi dan Gejala HFMD
Menurut Tjandra, HFMD adalah penyakit yang sebenarnya cukup sering ditemui pada anak dan bayi.
Penyakit ini memiliki masa inkubasi 3-7 hari ditandai dengan:
- Demam.
- Munculnya rash (ruam pada kulit) dan blister (benjolan kecil) di telapak kaki, tangan dan mukosa mulut.
- Penderita cenderung tidak nafsu makan.
- Malaise dan nyeri pada tenggorokan.
Biasanya, setelah satu atau dua hari demam, timbul keluhan nyeri di mulut dimulai dari blister sampai kemudian dapat menjadi mucus. Lesi dapat terjadi pada lidah, gusi atau bagian dalam mulut lainnya.
Advertisement
Bukan Penyakit Berat
Tjandra mengatakan, HFMD bukanlah penyakit berat dan akan sembuh dalam 7 hingga 10 hari. Sementara, pengobatan hanya bersifat suportif.
Penyebab HFMD adalah enterovirus secara umum, termasuk coxsackievirus A16, EV 71 dan echovirus.
“Memang pada kejadian amat sangat jarang, HFMD akibat EV 71 juga dapat menyebabkan meningitis dan bahkan encephalitis. Infeksi EV 71 bermula dari saluran cerna yang kemudian menimbulkan gangguan neurologik. Selain itu, HFMD akibat coxsackievirus A16 juga dapat menyebabkan meningitis.”
Penularan HFMD
Memang HFMD cukup menular, lanjut Tjandra. HFMD dapat ditularkan melalui kontak langsung, cairan hidung dan tenggorokan, saliva, cairan dari blister atau tinja pasien.
“Masa penularan paling tinggi pada minggu pertama terinfeksi.”
Tidak ada pencegahan khusus untuk HFMD, tetapi risiko tertular dapat diturunkan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti cuci tangan pakai sabun (CTPS).
“Kalau keluhan cukup berarti memang baik berkonsultasi ke petugas kesehatan terdekat,” pungkasnya.
Advertisement