Liputan6.com, Jakarta - Setengah tahun sebelum meninggal dunia, komika Babe Cabita mengungkap bahwa dirinya sempat didiagnosis anemia aplastik.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam Eka Hospital Permata Hijau Muhammad Pranandi, Anemia aplastik terjadi akibat kegagalan dari sumsum tulang untuk memproduksi komponen sel darah. Seperti sel darah merah atau seluruh komponen darah (sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit).
Baca Juga
“Hal ini terjadi saat tubuh berhenti memproduksi cukup sel darah baru yang tentunya berdampak pada tubuh menjadi mudah serta rentan terhadap infeksi ataupun pendarahan yang tidak terkontrol,” kata Pranandi dalam keterangan pers dikutip Sabtu (13/4/2024).
Advertisement
Dia juga menjelaskan, setidaknya ada empat pilihan pengobatan untuk pasien anemia aplastik. Keepat pilihan itu adalah:
Transfusi Darah
Transfusi darah bertujuan mempertahankan jumlah sel darah yang cukup untuk menjaga sirkulasi tubuh agar tetap sehat.
Terapi Imunosupresif
Terapi imunosupresif adalah modalitas terapi terpenting untuk sebagian besar pasien anemia aplastik. Obat-obatan yang termasuk dalam terapi imunosupresif adalah antithymocyte globulin (ATG) atau antilymphocyte globulin (ALG) dan siklosporin.
Stimulan Sumsum Tulang
Penggunaan obat-obatan yang merangsang pembentukan koloni granulocyte atau sub-kelompok sel darah putih yang mempunyai butir-butir granula dalam sitoplasmanya. Contoh obatnya yakni sargramostim dan filgrastim.
Transplantasi Sumsum Tulang
Proses transplantasi ini berguna untuk membangun kembali sumsum tulang dengan sel induk dari donor.
“Ini mungkin merupakan satu-satunya pilihan pengobatan yang berhasil bagi penderita anemia aplastik akut,” ujar Pranandi.
Belum Ada Cara Khusus untuk Cegah Anemia Aplastik
Sampai saat ini, lanjut Pranandi, belum ada cara khusus untuk mencegah terjadinya anemia aplastik.
Namun menghindari paparan radiasi atau zat tertentu bisa menurunkan risiko terkena penyakit ini, misalnya logam berat, insektisida, herbisida, dan zat beracun lain.
“Serta apabila memiliki masalah autoimun selalu konsultasikan dengan dokter spesialis penyakit dalam,” sarannya.
Advertisement
Pemeriksaan Anemia Aplastik
Guna memeriksa kondisi anemia aplastik maka beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
Pemerikan Darah Laboratorium
Pemeriksaan darah di laboratorium dilakukan guna memastikan nilai kadar sel darah dalam tubuh. Sebab, kadar sel darah pada anemia aplastik memiliki nilai rendah.
Pemeriksaan Sumsum Tulang
Pemeriksaan sumsum tulang meliputi aspirasi dan biopsi. Aspirasi akan ahli medis lakukan dengan pengambilan sampel cairan sumsum tulang dengan menggunakan jarum khusus kemudian diteliti di bawah mikroskop.
Sedangkan saat prosedur biopsi, sedikit jaringan sumsum tulang akan diambil dengan jarum khusus yang diperiksa di bawah mikroskop. Pada anemia aplastik, jumlah sel darah pada sumsum tulang belakang lebih rendah dari normal.
Faktor Risiko Anemia Aplastik
Sementara, beberapa kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya anemia apalstik adalah:
Gangguan Autoimun
Sistem kekebalan tubuh bisa menyerang sendiri sel-sel sehat pada tubuh, termasuk sel induk pada sumsum tulang.
Kontak Dengan Bahan Kimia Beracun
Kontang dengan bahan kimia beracun seperti pestisida, kimia industri, atau radiasi tinggi dapat mengakibatkan penurunan jumlah produksi sel-sel dalam sumsum tulang.
Terpapar Virus
Paparan virus seperti Epstein-Barr, dengue, tuberkulosis (milier), HIV, dan virus hepatitis dapat menekan produksi sel-sel darah di sumsum tulang.
Advertisement
Gejala Anemia Aplastik
Keluhan yang sering dirasakan oleh penderita anemia aplastik sangat bervariasi. Beberapa gejala yang sering ditemukan berupa:
- Cepat lelah/badan terasa lemah
- Perdarahan
- Sering pusing dan berkunang-kunang
- Jantung berdebar-debar
- Demam
- Nafsu makan berkurang
- Kulit pucat
- Sesak napas.
Anemia aplastik bisa saja bersifat jangka pendek, tapi jika tidak segera ditangani bisa menjadi kronis, yang tentunya akan membahayakan jiwa.
“Maka segera lakukan konsultasi dengan dokter spesialis guna memastikan pemeriksaan dan penanganan yang tepat,” saran Pranandi.