Liputan6.com, Jakarta - Studi baru menunjukkan bahwa kurangnya akses terhadap operasi elektif atau sederhana di negara-negara berkembang akan menambah masalah kesehatan pasien di masa depan.
Studi yang dirilis University of Birmingham, Inggris menemukan bahwa pengabaian terhadap operasi elektif atau non darurat dapat menciptakan komplikasi kesehatan di masa depan yang membahayakan nyawa lebih banyak orang.
Baca Juga
Para peneliti menganalisis pengalaman lebih dari 18.000 pasien dari 640 rumah sakit di 83 negara. Peneliti dan ahli menggunakan contoh perbaikan penyakit hernia untuk mewakili layanan kesehatan elektif. Mereka menyimpulkan bahwa operasi elektif sangat penting untuk mencegah operasi darurat.
Advertisement
Studi ini mengungkapkan bahwa hernia inguinalis dapat diobati dengan operasi sederhana yang dilakukan sehari-hari (operasi elektif). Namun jika diabaikan, kebutuhan akan operasi darurat yang lebih kompleks akan meningkat secara signifikan, menyebabkan pemulihan tertunda dan total biaya perawatan kesehatan jauh lebih tinggi.
Hernia terjadi ketika jaringan, seperti bagian usus, menonjol melalui titik lemah pada otot perut. Tonjolan yang timbul bisa terasa nyeri, terutama saat batuk, membungkuk, atau mengangkat benda berat. Namun, banyak pula hernia yang tidak menimbulkan rasa sakit, seperti mengutip Mayoclinic, Sabtu, 25 Mei 2024.
Sementara, hernia inguinalis terjadi ketika bagian selaput yang melapisi rongga perut (omentum) atau usus menonjol melalui titik lemah di perut – seringkali di sepanjang saluran inguinalis, yang membawa tali spermatika pada pria atau daerah selangkangan.
Pengabaian Operasi Elektif Tingkatkan Ketergantungan pada Operasi Darurat
Studi NIHR Global Health Research Unit in Surgery yang dipimpin oleh para ahli di Universitas Birmingham mencatat, meningkatnya ketergantungan pada operasi darurat telah mengakibatkan manajemen krisis menjadi sebuah rutinitas di berbagai kondisi.
Hal ini dapat diturunkan jika operasi elektif tidak diabaikan untuk mengatasi masalah kesehatan sejak dini.
“Meningkatkan penggunaan operasi elektif untuk kondisi yang dapat diperbaiki dengan perawatan sederhana dan dini akan mengurangi risiko operasi darurat yang kompleks dan berisiko,” kata penulis studi dari Universitas Birmingham, Dr Maria Picciochi dalam keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com melalui surel, Sabtu (25/5/2024).
Advertisement
Bisa Jadi Bahan Pertimbangan Pemerintah
Penulis studi berikutnya, Prof Aneel Bhangu dari universitas yang sama menambahkan bahwa temuan ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah.
“Para pembuat kebijakan kesehatan dapat menggunakan temuan kami sebagai proksi untuk kondisi pilihan lainnya. Menciptakan pendekatan penguatan sistem untuk mengintegrasikan tindakan operasi ke dalam sistem layanan kesehatan yang lebih luas,” kata Aneel.
“Hal ini akan mengurangi tekanan pada jalur darurat dan mengurangi beban kesehatan pada masyarakat dan layanan kesehatan,” tambahnya.
Operasi Darurat Lebih Berisiko dan Mahal
Studi tersebut juga menunjukkan bahwa hernia inguinalis sebagian besar merupakan penyakit pasien usia kerja di seluruh dunia. Dan jika diabaikan, mungkin memerlukan reseksi atau pengangkatan jaringan abnormal di usus.
Perawatan bedah yang lebih kompleks ini menyebabkan pemulihan menjadi lambat dan total biaya perawatan kesehatan jauh lebih tinggi.
Para peneliti mengidentifikasi target yang dapat ditindaklanjuti untuk penguatan sistem operasi di rumah sakit, ini meliputi:
- Mendidik masyarakat dan petugas kesehatan soal gejala hernia.
- Memperbaiki sistem rujukan.
- Menetapkan program peningkatan kualitas global dalam penempatan jaring untuk hernia - memperkuat rantai pasokan, menjadikan jaring terjangkau dan meningkatkan pelatihan.
- Meningkatkan kapasitas untuk operasi sederhana dan hemat biaya.
“Studi kami menunjukkan berbagai kelemahan dalam akses dan kualitas dalam sistem layanan kesehatan saat ini, dengan kelemahan tertentu terjadi pada kelompok berpenghasilan rendah,” komentar Dr. Picciochi.
“Akibatnya, terdapat permintaan operasi darurat yang lebih tinggi, yang selanjutnya mengurangi kapasitas elektif. Jika lemahnya akses dan kualitas tetap terjadi pada beberapa kondisi yang dapat diobati secara elektif, maka perawatan elektif di masa depan dapat lebih sulit dan perawatan darurat menjadi lebih rumit,” pungkasnya.
Advertisement