Tes Fleksibilitas Bisa Tunjukkan Apakah Seseorang Panjang Umur atau Tidak

Penelitian menemukan bahwa laki-laki dan perempuan dengan skor rendah memiliki risiko kematian lebih tinggi – hingga lima kali lebih besar dalam beberapa kasus – dibandingkan rekan mereka yang fleksibel.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 23 Agu 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2024, 08:00 WIB
Cocok Jadi Tujuan Spiritual Healing sambil Liburan, Ada Apa Aja Sih di Bali?
Ilustrasi yoga untuk ketenangan jiwa. (c) Pixabay/derekpics)

Liputan6.com, Jakarta - Jika Anda ingin hidup lebih lama atau panjang umur, latihan fleksibilitas mungkin merupakan langkah tepat.

Peneliti Brazil menghitung skor mobilitas sendi – yang disebut “Flexindex” – untuk sekitar 3.100 orang dewasa paruh baya sehat yang melakukan serangkaian 20 gerakan.

Penelitian tersebut menemukan bahwa laki-laki dan perempuan dengan skor rendah memiliki risiko kematian lebih tinggi – hingga lima kali lebih besar dalam beberapa kasus – dibandingkan rekan mereka yang fleksibel.

“Menjadi bugar dan kuat secara aerobik serta memiliki keseimbangan yang baik sebelumnya dikaitkan dengan angka kematian yang rendah. Kami dapat menunjukkan bahwa berkurangnya fleksibilitas tubuh juga terkait dengan buruknya kelangsungan hidup pada pria dan wanita paruh baya,” kata penulis studi yang terkait, Dr. Claudio Gil S. Araújo, seorang dokter kedokteran olahraga.

Araújo mengembangkan tes yang digunakan untuk penelitian ini lebih dari 40 tahun yang lalu. Flexitest mengukur rentang gerak dalam tujuh set sendi — pergelangan kaki, lutut, pinggul, batang tubuh, pergelangan tangan, siku, dan bahu.

Latihan kelenturan tubuh yang hanya dilakukan pada sisi kanan antara lain memanjangkan lutut, memutar bahu, dan menekuk lengan pada siku.

Perempuan bernasib lebih baik dibandingkan laki-laki, sebesar 35%. Peserta perempuan berusia 61 hingga 65 tahun rata-rata 10% lebih fleksibel dibandingkan laki-laki berusia 46 hingga 50 tahun.

Hal ini mengejutkan karena mobilitas sendi cenderung menurun seiring bertambahnya usia akibat hilangnya massa otot, penipisan tulang rawan, dan/atau timbulnya radang sendi.

 

Amati Partisipan Usia 46 - 65 Tahun Selama 13 Tahun

Peneliti mengamati partisipan yang berusia 46 hingga 65 tahun selama sekitar 13 tahun.

Selama kurun waktu tersebut, hampir 10% dari populasi penelitian – sekitar 300 orang – meninggal.

Skor fleksibilitas hampir 10% lebih tinggi pada peserta yang selamat dibandingkan dengan mereka yang meninggal.

“Sepengetahuan kami, ini adalah studi kohort pertama yang menunjukkan bahwa berkurangnya tingkat kelenturan tubuh… berhubungan dengan tingginya angka kematian pada kelompok besar pria dan wanita paruh baya,” tulis para peneliti dalam temuan mereka, yang diterbitkan Rabu. dalam Scandinavian Journal of Medicine & Science in Sports.

 

Tes Keseimbangan dan Duduk - Berdiri Bisa Prediksi Umur Panjang

Penelitian lain menemukan hubungan antara kurangnya fleksibilitas dan kematian dini. Tes keseimbangan 10 detik dan tes duduk-berdiri dikatakan dapat memprediksi umur panjang.

Seorang pelatih kebugaran di Inggris baru-baru ini membagikan lima latihan yang dapat Anda lakukan di rumah untuk menguji seberapa baik Anda menua.

Para peneliti Brazil mengatakan penelitian lebih lanjut harus mengeksplorasi apakah latihan peregangan atau fleksibilitas, seperti Tai chi chuan atau yoga, mempengaruhi umur.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya