Selama ini peneliti hanya bisa menduga-duga kalau nafsu seksual wanita (libido) wanita tergantung dari hormonnya. Namun kini sudah ada jawabannya.
Para ilmuwan di UC Santa Barbara telah menunjukkan hubungan antara hornon pada wanita muda dan hasrat seksual.
Penulis James Roney, seorang profesor di University of California, Santa Barbara, mengatakan, dua sinyal hormonal memiliki efek yang berlawanan pada dorongan seksual wanita.
Jika wanita merasa lincah dan berkeinginan besar untuk seks, kemungkinan besar kadar estrogennya lebih tinggi dibanding progesteron dan mungkin kesuburannya sedang dalam puncak-puncaknya dalam siklus bulanannya.
Jika hasratnya sudah tak menggebu-gebu, mungkin dipengaruhi kadar progesteronnya yang sedang tinggi. Hormon ini bisa menurunkan hasrat seksual. Dan pada saat itu wanita kurang subur dalam siklusnya.
Ketika kadar hormon dan gairah seksual diperhitungkan dalam siklus menstruasi, subjek yang diteliti yakni mahasiswi yang belum lulus diukur tingkat progesteronnya sekaligus penurunan nafsu seksualnya.
Menurut peneliti, progesteron menurunkan keinginan seksual wanita dari tahap subur ke fase lutheal, yakni pada paruh kedua siklus menstruasi.
"Progesteron bertindak sebagai sinyal berhenti yang potensial dalam siklus yang menjadi penemuan baru pada manusia," ujar Roney seperti dikutip Zeenews, Minggu (28/4/2013).
Temuan ini dianggap para peneliti berimplikasi buat pengobatan hasrat seksual yang rendah serta percobaan penggantian hormon.
Roney mengatakan, temuan itu belum mencakup semua model secara keseluruhan. Untuk itu dia ingin mencobanya pada wanita dari kelompok usia yang berbeda.
Pengaruh Testosteron
Selain itu, pada penelitian itu menurut Roney ada hal yang menarik yakni dampak tidak adanya testosteron pada dorongan seksual wanita.
"Ada kepercayaan umum di literatur medis bahwa testosteron adalah regulator utama untuk libido wanita. Dokter cenderung mempercayainya meskipun tak ada bukti yang kuat pada manusia. Dalam siklus alam, kita tak menemukan efek testosteron," jelasnya.
Meski demikian, Roney tak menyangkal kalau testosteron memiliki efek positif dalam terapi penggantian hormon.
"Testosteron memiliki efek bagi mereka jika menyuntikkannya secara eksternal pada wanita yang sudah menopause, dan ada banyak alasan yang mungkin terjadi".
Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam Jurnal Hormon and Behavior.(Mel/Igw)
Para ilmuwan di UC Santa Barbara telah menunjukkan hubungan antara hornon pada wanita muda dan hasrat seksual.
Penulis James Roney, seorang profesor di University of California, Santa Barbara, mengatakan, dua sinyal hormonal memiliki efek yang berlawanan pada dorongan seksual wanita.
Jika wanita merasa lincah dan berkeinginan besar untuk seks, kemungkinan besar kadar estrogennya lebih tinggi dibanding progesteron dan mungkin kesuburannya sedang dalam puncak-puncaknya dalam siklus bulanannya.
Jika hasratnya sudah tak menggebu-gebu, mungkin dipengaruhi kadar progesteronnya yang sedang tinggi. Hormon ini bisa menurunkan hasrat seksual. Dan pada saat itu wanita kurang subur dalam siklusnya.
Ketika kadar hormon dan gairah seksual diperhitungkan dalam siklus menstruasi, subjek yang diteliti yakni mahasiswi yang belum lulus diukur tingkat progesteronnya sekaligus penurunan nafsu seksualnya.
Menurut peneliti, progesteron menurunkan keinginan seksual wanita dari tahap subur ke fase lutheal, yakni pada paruh kedua siklus menstruasi.
"Progesteron bertindak sebagai sinyal berhenti yang potensial dalam siklus yang menjadi penemuan baru pada manusia," ujar Roney seperti dikutip Zeenews, Minggu (28/4/2013).
Temuan ini dianggap para peneliti berimplikasi buat pengobatan hasrat seksual yang rendah serta percobaan penggantian hormon.
Roney mengatakan, temuan itu belum mencakup semua model secara keseluruhan. Untuk itu dia ingin mencobanya pada wanita dari kelompok usia yang berbeda.
Pengaruh Testosteron
Selain itu, pada penelitian itu menurut Roney ada hal yang menarik yakni dampak tidak adanya testosteron pada dorongan seksual wanita.
"Ada kepercayaan umum di literatur medis bahwa testosteron adalah regulator utama untuk libido wanita. Dokter cenderung mempercayainya meskipun tak ada bukti yang kuat pada manusia. Dalam siklus alam, kita tak menemukan efek testosteron," jelasnya.
Meski demikian, Roney tak menyangkal kalau testosteron memiliki efek positif dalam terapi penggantian hormon.
"Testosteron memiliki efek bagi mereka jika menyuntikkannya secara eksternal pada wanita yang sudah menopause, dan ada banyak alasan yang mungkin terjadi".
Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam Jurnal Hormon and Behavior.(Mel/Igw)