Mengenal Pradiabetes dan yang Harus Dilakukan untuk Menghentikannya

Liputan6.com, Jakarta Diabetes UK memperkirakan 1,3 juta orang tambahan hidup dengan diabetes tipe 2 yang tidak terdiagnosis. Ditambah dengan sekitar 6,3 juta orang dengan pradiabetes, suatu kondisi yang ditandai dengan kadar gula darah yang lebih tinggi dari biasanya yang dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2, jumlah total orang yang terkena diabetes atau pradiabetes melampaui 12 juta – setara dengan lebih dari seperlima populasi orang dewasa di Inggris.

Sementara pradiabetes membawa peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2, Diabetes UK menekankan bahwa hal itu dapat dibalikkan melalui perubahan gaya hidup seperti menerapkan pola makan sehat dan memasukkan olahraga teratur. Badan amal tersebut mengadvokasi investasi yang lebih besar dalam program yang mempromosikan tindakan pencegahan ini.

Mengomentari statistik ini, Colette Marshall, kepala eksekutif Diabetes UK, mengatakan kepada The Independent: “Angka-angka terbaru ini menyoroti krisis kesehatan tersembunyi yang kita hadapi di Inggris, dan menggarisbawahi mengapa Pemerintah harus bertindak sekarang."

“Dengan semakin banyaknya orang yang mengalami pradiabetes dan diabetes tipe 2 di usia yang lebih muda, sangat penting untuk melakukan lebih banyak upaya untuk menemukan jutaan orang yang mengalami diabetes tipe 2 atau pradiabetes tetapi sama sekali tidak menyadarinya.”

Jadi, apa sebenarnya pradiabetes itu, dan apa yang harus kita ketahui tentangnya?

Apa itu pradiabetes?

“Hiperglikemia non-diabetes, yang lebih dikenal sebagai pradiabetes, berarti kadar gula darah seseorang lebih tinggi dari biasanya, tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis menderita diabetes tipe 2,” kata Douglas Twenefour, kepala klinis di Diabetes UK. “Memiliki kadar gula darah yang lebih tinggi dari normal berarti seseorang berisiko tinggi terkena diabetes tipe 2.”

“Pradiabetes terkadang dikaitkan dengan perasaan bahwa diagnosis diabetes tipe 2 tidak dapat dicegah. Namun, kami tahu bahwa banyak orang mungkin dapat mencegah atau menunda diabetes tipe 2 dengan dukungan yang tepat,” jelas Twenefour.

“Pradiabetes tidak memiliki gejala apa pun, dan jika Anda mulai mengalami tanda dan gejala diabetes tipe 2, seperti lebih sering pergi ke toilet, terutama di malam hari, dan merasa lelah, itu berarti Anda mungkin sudah mengalaminya,” kata Twenefour. “Jadi, penting untuk mengetahui faktor risiko dan dukungan apa yang tersedia yang dapat membantu mencegah atau menunda diabetes tipe 2.”

“Alasan mengapa seseorang mengalami diabetes tipe 2 beragam dan kompleks, termasuk faktor genetik, lingkungan, dan biologis,” kata Twenefour. “Beberapa faktor risiko diabetes tipe 2 termasuk hidup dengan obesitas, berusia di atas 40 tahun, atau 25 tahun bagi mereka yang berasal dari komunitas Afrika-Karibia, Afrika Hitam, atau Asia Selatan, memiliki lingkar pinggang yang tinggi, atau memiliki anggota keluarga dekat dengan diabetes.

“Faktor-faktor lain di lingkungan Anda, seperti kemiskinan atau kekurangan dan ketidaksetaraan, juga dapat meningkatkan risiko Anda.”

“Kadar gula darah yang lebih tinggi dari normal dapat dideteksi melalui tes darah dan tes ini membantu tim perawatan kesehatan untuk memahami risiko seseorang terkena diabetes tipe 2,” kata Twenefour.

Dr Matt McCarter, dokter umum NHS dan pimpinan klinis di Habitual, mengatakan tes HbA1c atau tes gula darah puasa biasanya digunakan.

“Ini harus dilakukan selama pemeriksaan rutin bagi mereka yang berisiko tinggi, seperti mereka yang memiliki tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas dan/atau orang yang sebelumnya pernah mengalami serangan jantung atau stroke,” kata McCarter.

1. Pantau kadar gula darah: “Pemeriksaan rutin dapat membantu melacak kemajuan dan membuat penyesuaian yang diperlukan,” kata McCarter.
2. Berhenti merokok: “Merokok meningkatkan resistensi insulin,” kata McCarter.
3. Tingkatkan aktivitas fisik: “Berusahalah untuk berolahraga sedang setidaknya 150 menit per minggu,” saran McCarter.
4. Terapkan pola makan yang sehat: “Fokus pada biji-bijian utuh, sayuran, protein rendah lemak, dan kurangi makanan manis,” saran McCarter.
5. Turunkan berat badan: “Bahkan penurunan berat badan yang sederhana (5-10% dari berat badan) dapat mengurangi risiko secara signifikan,” kata McCarter.