Beragam komplikasi dapat dialami anak yang kekurangan zat besi atau Anemia Defisiensi Besi (ADB). Seperti mudah infeksi, gangguan prestasi belajar, hingga gangguan mental (jiwa).
Hal ini disampaikan oleh Professor Pediatrik Divisi Hematology-Oncology Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Prof. dr. Djajadiman Gatot, Sp.A(K) dalam acara "Bebas Anemia Defisiensi Besi, Anak Tumbuh Sehat dan Cerdas" yang diadakan Laboratorium Klinik Prodia, Jakarta dan ditulis Senin (23/9/2013).
"Timbulnya anemia pada anak bisa dipicu oleh beberapa sebab, di antaranya adalah hilangnya sel darah atau pendarahan, produksi sel darah merah yang menurun, bahan pembentuk sel darah merah yang berkurang, dan penghancuran sel darah merah (hemolisis)," katanya.
Menurut Djajadiman, dampak kekurangan zat besi pada anak dapat menurunkan ketahan tubuhnya menghadapi penyakit infeksi karena dalam keadaan tersebut, tubuh tidak bisa berfungsi dengan baik.
"Selain itu kekurangan zat besi akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga anak menjadi tidak aktif, malas, cepat lelah dan mengantuk. Hal ini tentu akan memengaruhi kecerdasan dan daya tangkap anak," jelasnya.
Djajadiman mengatakan, mungkin kekurangan zat besi sering dianggap sepele oleh orangtua. Namun jika tak diatasi, hal ini akan berkembang menjadi anemia defisiensi besi yang dapat menyerang mental atau jiwa anak.
"Jika Anda tidak ingin anak mengalami ADB, perbaiki gizinya dengan makanan kaya zat besi. Makanan ini bisa didapat dari semua jenis sayuran seperti sayuran hijau, kacang – kacangan, kentang dan paling banyak ada pada daging merah, ikan, ayam, dan hati," tambahnya.
(Fit/Mel)
Hal ini disampaikan oleh Professor Pediatrik Divisi Hematology-Oncology Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Prof. dr. Djajadiman Gatot, Sp.A(K) dalam acara "Bebas Anemia Defisiensi Besi, Anak Tumbuh Sehat dan Cerdas" yang diadakan Laboratorium Klinik Prodia, Jakarta dan ditulis Senin (23/9/2013).
"Timbulnya anemia pada anak bisa dipicu oleh beberapa sebab, di antaranya adalah hilangnya sel darah atau pendarahan, produksi sel darah merah yang menurun, bahan pembentuk sel darah merah yang berkurang, dan penghancuran sel darah merah (hemolisis)," katanya.
Menurut Djajadiman, dampak kekurangan zat besi pada anak dapat menurunkan ketahan tubuhnya menghadapi penyakit infeksi karena dalam keadaan tersebut, tubuh tidak bisa berfungsi dengan baik.
"Selain itu kekurangan zat besi akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga anak menjadi tidak aktif, malas, cepat lelah dan mengantuk. Hal ini tentu akan memengaruhi kecerdasan dan daya tangkap anak," jelasnya.
Djajadiman mengatakan, mungkin kekurangan zat besi sering dianggap sepele oleh orangtua. Namun jika tak diatasi, hal ini akan berkembang menjadi anemia defisiensi besi yang dapat menyerang mental atau jiwa anak.
"Jika Anda tidak ingin anak mengalami ADB, perbaiki gizinya dengan makanan kaya zat besi. Makanan ini bisa didapat dari semua jenis sayuran seperti sayuran hijau, kacang – kacangan, kentang dan paling banyak ada pada daging merah, ikan, ayam, dan hati," tambahnya.
(Fit/Mel)