Menkes Sebut Daerah Wisata Punya Kasus Penyakit Kelamin Terbanyak

Dalam kunjungannya ke salah satu daerah wisata, Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi mengaku sedih melihat tingginya angka penderita sifilis.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 26 Sep 2013, 19:00 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2013, 19:00 WIB
menkes-nafsiahmboi130319c.jpg
Dalam kunjungannya ke daerah wisata, Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi mengaku sedih melihat tingginya angka penderita sifilis (penyakit kelamin) disana. Meskipun ia tidak bisa menyebutkan nama daerah tersebut, tapi ia berharap akan ada upaya untuk menanggulanginya.

"Saya tidak bisa menyebutkan nama daerah wisatanya tapi yang terpenting, ketika saya kebetulan disana, saya menemukan itu. Saat ini saya sudah minta tim Risbang (Riset dan pengembangan) untuk terus memantau bagaimana kondisinya. Kita juga berkerjasama dengan mereka seperti mengkaji lebih dalam untuk melihat apa akar masalahnya. Karena kita tak mau ada diskriminsai tempat pariwisata," ujar menkes.

Selain kampanye untuk menggunakan kondom, menkes mengatakan upaya lainnya seperti mengimbau Kementrian Agama untuk tidak membolehkan seorang pria menikahi anak-anak, tidak berperilaku seks berisiko, tidak menghamili anak perempuan dibawah usia 19 tahun, dan tidak disarankan untuk keluarga memiliki banyak anak.

"Itu semua memengaruhi angka kematian ibu. Saya masih menemukan masih ada keluarga yang memiliki 11 anak. kemudian suaminya meninggal dan ibunya harus membesarkan kesebelas anaknya sendirian. Ini tidak boleh dibiarkan. Karena ini akan memengaruhi kesehatan ibu dan anak," tegas menkes usai menghadiri acara peluncuran buku RAN PPAKI, RAN PPIA 2013-2017 dan Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Faskes Dasar dan Rujukan di kantor Kemenkes, Jakarta, Kamis (26/9/2013).

Untuk itu, menkes mengaku saat ini ia sudah minta tim Risbang (Riset dan pengembangan) untuk terus memantau bagaimana kondisi kesehatan di daerah wisata. Kami juga melakukan kerjasama dengan mereka untuk mengkaji lebih dalam agar dapat mengetahui apa akar masalahnya. Sehingga tidak ada diskriminsai tempat pariwisata.

(Fit/Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya