Perut Kucing Anda Membuncit, Hati-hati Infeksi Rahim!

Gejalan Pyometra atau infeksi rahim pada kucing gejalanya perutnya bisa saja nampak membuncit, tidak nafsu makan, dan menjadi lesu.

oleh Kusmiyati diperbarui 07 Nov 2013, 17:00 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2013, 17:00 WIB
kucing-belang-130804b.jpg
Pyometra adalah satu penyakit yang sebagian besar diderita kucing di usia pertengahan. Penyakit ini berupa infeksi rahim disebabkan oleh penyimpangan hormon yang bisa menimbulkan infeksi bakteri sekunder.

Dikutip dari Peteducation, Senin (6/11/2013) pyometra timbul karena siklus birahi yang tidak disertai pembuahan. Khususnya, dalam periode dua hingga empat bulan. Jumlah hormon progesterone yg berlebih mengakibatkan rahim menjadi over sensitive. Hal ini yang menyebabkan pyometra terjadi. Pada kondisi seperti ini kista terbentuk di lapisan dinding rahim atau sering disebut hiperlasia endometrium.

Saat kista terus bertambah, bakteri mulai menempati rahim dengan cara masuk melalui leher rahim. Hal ini membuat tubuh merespon dan terinfeksi. Bakteri-bakteri tersebut menyebabkan cairan ada pada rahim bersama dengan penebalan dinding rahim. Hal ini mengakibatkan pembesaran ukuran seluruh organ secara dramatis.

Pada kucing yang tidak terinfeksi pyometra, ukurannya jauh lebih kecil daripada sebuah pinsil. Namun, pada kasus pyometra, ukurannya menjadi lebih besar berpuluh kali lipat seperti kantung dengan panjang bisa mencapai 12 inci.

Jika penyakit ini terus berlanjut, cairan bergerak dari rahim menuju vagina kemudian keluar melalui vulva dan membuat kucing terus menjilati area genitalnya utk membersihkannya. Untuk sesaat leher rahim menutup namun membuat semua cairan terperangkap di dalam rahim. Dan tubuh akan terus saja mentransfer lebih banyak cairan dan sel darah putih ke dalam organnya sehingga pembengkakan terus terjadi.

Pembengkakan ini dapat mengakibatkan rahim bisa pecah, menumpahkan isinya ke dalam rongga perut. Dan jika hal ini terjadi, kucing biasanya akan mati dalam waktu kurang dari 48 jam. Dalam banyak kasus, hal ini jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau bersemu darah dari dalam vulva. Kucing akan menjilati area vaginanya saat leher rahim masih terbuka dan rahim masih mengeluarkan cairan.

Perutnya bisa saja nampak membuncit, tidak nafsu makan, dan menjadi lesu. Jika dilakukan tes darah, hasilnya akan menunjukan jumlah sel darah putih yg tinggi, dan beberapa akan menderita anemia ringan.

Untuk pengobatannya kucing harus diinfus dengan cara intravena (disuntik di bagian vena), biasanya untuk beberapa hari serta pemberian antibiotik.

"Dalam banyak kasus, biasanya pengobatan yg dianjurkan adalah sterilisasi," ujar Pendiri Komunitas Steril Yuk dan Pecinta Kucing, Widyastuti Endah. Sterilisasi berarti membuang indung telur, saluran telur, rahim, dan semua pembuluh darah terkait.

(Mia/Abd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya