Bahaya Mikroplastik Jika Masuk ke Tubuh, Bisa Ganggu Kesehatan

Plastik saat ini tak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan manusia.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 22 Jul 2019, 12:45 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2019, 12:45 WIB
ilustrasi penggunaan plastik
ilustrasi penggunaan plastik (sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Penggunaan pastik tak dapat dihindari lagi dalam kehidupan manusia masa kini. Mulai dari pakaian, alat makan, hingga kemasan makanan hampir semua mengandalkan plastik. Sayangnya, tanpa disadari potongan-potongan kecil dari plastik ini telah masuk ke rantai makanan. 

Fatalnya, plastik umumnya tidak dapat terurai secara hayati. Seiring waktu, plastik akan terurai menjadi potongan-potongan kecil yang disebut mikroplastik, yang dapat berbahaya bagi lingkungan. Terlebih lagi, penelitian terbaru menunjukkan bahwa mikroplastik banyak ditemukan dalam makanan, terutama makanan laut.

Hingga kini, dua laporan telah menyoroti seberapa banyak plastik yang dikonsumsi manusia melalui makanan dan minuman. Sebuah laporan yang diterbitkan minggu ini oleh World Wildlife Fund dari penelitian yang dilakukan oleh University of Newcastle, Australia, melihat data dari 52 studi tentang konsumsi mikroplastik.

Para peneliti menemukan bahwa orang berisiko menelan sekitar 5 gram plastik per minggu. Jumlah ini setara dengan 1 ukuran kartu kredit. Lalu, apa bahaya yang timbul dari mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh? Simak ulasan Liputan6.com dari berbagai sumber Senin(22/7/2019) mengenai bahaya mikroplastik bagi kesehatan.

Mengenal mikroplastik.

Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Mikroplastik adalah potongan kecil plastik yang ditemukan di lingkungan akibat penggunaan plastik. Mereka didefinisikan sebagai partikel plastik dengan diameter kurang dari 0,2 inci (5 mm). Mikroplastik diproduksi sebagai plastik kecil, seperti microbeads ditambahkan ke pasta gigi dan butiran pengelupas, atau terbentuk ketika plastik yang lebih besar dipecah di lingkungan.

Mikroplastik biasa ditemukan di lautan, sungai, dan tanah dan sering dikonsumsi oleh hewan. Karena meningkatnya penggunaan plastik di dunia, ada lebih banyak plastik di sungai dan lautan. Diperkirakan 8,8 juta ton limbah plastik masuk ke lautan setiap tahun. 276.000 ton plastik saat ini mengambang di laut, sedangkan sisanya kemungkinan tenggelam atau hanyut ke darat.

Mikroplastik pada makanan.

Ilustrasi Kantong Plastik
Ilustrasi Kantong Plastik

Mikroplastik semakin banyak ditemukan di berbagai lingkungan yang berbeda, dan tak terkcuali pada makanan. Dilansir dari Healthline, satu studi baru-baru ini meneliti 15 merek garam laut yang berbeda dan menemukan hingga 600 partikel per kilogramnya.

Namun, sumber mikroplastik yang paling umum dalam makanan adalah makanan laut. Karena mikroplastik sangat umum di air laut, mereka umumnya dikonsumsi oleh ikan dan organisme laut lainnya. Studi terbaru menunjukkan bahwa ikan tertentu bisa keliru mengonsumsi plastik yang dapat menyebabkan bahan kimia beracun terakumulasi di dalam hati ikan.

Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa mikroplastik bahkan ada di organisme laut dalam, menunjukkan bahwa mikroplastik bahkan memengaruhi spesies yang paling dalam sekalipun. Sebuah studi menemukan bahwa kerang dan tiram yang dipanen untuk konsumsi manusia memiliki 0,36-0,47 partikel mikroplastik per gram, yang berarti bahwa konsumen kerang dapat menelan hingga 11.000 partikel mikroplastik per tahun.

Dilansir dari Live Strong, analisis dari Environmental Science & Technology pada Juni 2019 meneliti makanan dan minuman yang telah ditemukan mengandung mikroplastik. Air botolan merupakan sumber paparan utama, mungkin karena mikroplastik dari botol dapat berpindah ke dalam air. Orang-orang yang mengandalkan air kemasan mungkin rata-rata menelan lebih dari 90.000 partikel mikroplastik per tahun. Ikan dan kerang juga berperan, karena biota laut dapat mengonsumsi potongan mikroplastik di laut.

Bahaya mikroplastik bagi tubuh

Ilustrasi sedotan plastik (iStock)
Ilustrasi sedotan plastik (iStock)

Ketidakseimbangan hormon

Para peneliti dari Medical University of Vienna and the Environment Agency Austria menguji sampel tinja dari orang-orang di delapan negara di seluruh dunia. Mereka menemukan partikel mikroplastik di setiap sampel.

"Plastik mengandung campuran aditif seperti bisphenol-A, phthalate, dan nonylphenol, yang dapat menyebabkan gangguan endokrin," elas Subhankar Chatterjee, PhD, seorang ilmuwan lingkungan di Universitas Pusat Himachal Pradesh di India. Menurut National Institute of Environmental Health Sciences gangguan endokrin dapat meniru hormon yang sudah dibuat oleh tubuh dan berpotensi mengubah fungsi hormon-hormon yang ada.

Risiko penyakit jantung dan infertilitas

Menurut sebuah studi Agustus 2014 yang diterbitkan dalam International Journal of Environmental Research dan Public Health, ketidakseimbangan hormon ini dapat mengatur panggung untuk masalah kesehatan yang serius seperti penyakit jantung. Beberapa penelitian juga mengaitkan perubahan hormon ini dengan infertilitas pada wanita, termasuk review Juli 2016 dalam jurnal Fertility and Sterility.

Picu obesitas

Gangguan endokrin oleh mikroplastik tampaknya juga berpotensi meningkatkan risiko obesitas. Bukti ini dituangkan dalam ulasan Februari 2017 di Current Obesity Reports. Analisis menunjukkan bahwa bahan kimia tersebut dapat mengganggu berat badan dalam beberapa cara. Ini termasuk meningkatkan jumlah sel lemak tubuh, meningkatkan ukuran sel lemak, mengacaukan hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang, mengubah sensitivitas insulin, memperlambat metabolisme dan mendorong tubuh untuk menyimpan lebih banyak kalori. Obesitas pada tingkat lanjut akan memicu berbagi penyakit seperti mengacaukan bakteri di usus hingga diabetes tipe 2.

Cara Menghindari Mikroplastik dalam Makanan

Ilustrasi Kantong Plastik
Ilustrasi Kantong Plastik. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Mikroplastik ditemukan di berbagai sumber makanan manusia. Ada beberapa gaya hidup yang dapat diterapkan untuk menghindari paparan mikroplastik. Berikut langkah-langkahnya:

- Cobalah menyimpan makanan dalam wadah kaca atau dibungkus dengan kertas pembungkus.

- Batasi penggunaan air dalam kemasan dan sedotan.

- Gunakan tas belanja yang dapat digunakan kembali

- Cari produk yang dikemas dalam kertas atau kardus alih-alih plastik.

- Cuci bersih produk makanan laut dan masak dalam konsistensi matang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya