Liputan6.com, Jakarta Penyebab penyakit HIV AIDS penting untuk diwaspadai. HIV AIDS merupakan infeksi virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Hingga kini belum ada obat yang sepenuhnya dapat menyembuhkan HIV AIDS.
Baca Juga
Advertisement
Penyebab penyakit HIV AIDS sudah menyebar sejak tahun 1900-an. Sejumlah faktor dapat menjadi penyebab penyakit HIV AIDS. Jika penyebab penyakit HIV AIDS masuk ke dalam tubuh, ia akan melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh kesulitan melawan kuman, virus, jamur, dan penyerbu lainnya.
Penyebab penyakit HIV AIDS dapat menimbulkan serangkaian gejala mulai ringan hingga berat. Mengetahui penyebab penyakit HIV AIDS sangat penting untuk mencegah penularan penyakit ini. Berikut penyebab penyakit HIV AIDS dan gejalanya, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis(28/5/2020).
Penyebab awal penyakit HIV
HIV awalnya merupakan infeksi virus yang menginfeksi simpanse Afrika, virusnya disebut simian immunodeficiency virus (SIV). Para ilmuwan menduga simian immunodeficiency virus (SIV) melompat dari simpanse ke manusia ketika orang mengonsumsi daging simpanse yang terinfeksi. Virus yang masuk ke tubuh manusia kemudian bermutasi sebagai HIV atau uman immunodeficiency virus.
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menyerang sel kekebalan yang disebut sel CD4, yang merupakan jenis sel T. Ini adalah sel darah putih yang bergerak di sekitar tubuh, mendeteksi kesalahan dan anomali dalam sel serta infeksi. Ketika HIV menargetkan dan menginfiltrasi sel-sel ini, ia mengurangi kemampuan tubuh untuk memerangi penyakit lain.
Segera setelah seseorang tertular HIV, ia mulai bereproduksi dalam tubuh. Sistem kekebalan seseorang bereaksi terhadap antigen (bagian dari virus) dengan memproduksi antibodi (sel yang melawan virus). Kebanyakan orang mengembangkan antibodi HIV yang terdeteksi dalam waktu 23 hingga 90 hari setelah infeksi.
Advertisement
Penyebab AIDS
AIDS merupakan tingkat lanjutan dari HIV di mana ketika sistem kekebalan tubuh berhenti bekerja karena HIV. Seseorang tidak dapat tertular AIDS jika mereka tidak tertular HIV.
Setelah infeksi HIV berkembang menjadi AIDS, infeksi dan kanker menimbulkan risiko yang lebih besar. Orang sehat memiliki jumlah CD4 500 hingga 1.500 per milimeter kubik. Tanpa pengobatan, HIV terus bertambah banyak dan menghancurkan sel CD4. Jika jumlah CD4 seseorang turun di bawah 200, ia akan menderita AIDS.
Faktor risiko penularan HIV AIDS
HIV AIDS tidak menular melalui kontak fisik sehari-hari seperti mencium, berpelukan, berjabat tangan, berbagi benda pribadi, makanan, atau air. Penularan HIV AIDS hanya dapat terjadi melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Berikut faktor risikonya:
Hubungan Seks
Hubungan seks baik vaginal, anal atau oral dengan pasangan yang terinfeksi dapat menyebarkan HIV. Ini disebabkan oleh darah, air mani atau cairan vagina yang terinfeksi masuk ke tubuh individu lain. Virus juga dapat masuk melalui luka mulut atau cairan yang kadang-kadang berkembang di dubur atau vagina selama aktivitas seksual.
Transfusi darah
Dalam beberapa kasus, virus dapat ditularkan melalui transfusi darah. Ini bisa disebakan oleh penggunaan alat transfusi darah berulang atau tidak steril.
Jarum suntik
Berbagi peralatan obat intravena (jarum dan jarum suntik) yang terkontaminasi membuat seseorang berisiko tinggi terhadap HIV dan penyakit menular lainnya, seperti hepatitis.
Selama kehamilan, persalinan atau menyusui
Ibu yang terinfeksi dapat menularkan virus ke bayinya. Ibu HIV-positif yang mendapatkan pengobatan untuk infeksi selama kehamilan dapat secara signifikan menurunkan risiko pada bayi.
Advertisement
Gejala awal HIV
Dilansir dari Healthline, minggu pertama setelah seseorang tertular HIV disebut tahap infeksi akut. Pada masa ini virus bereproduksi dengan cepat. Sistem kekebalan seseorang merespons dengan memproduksi antibodi HIV, protein yang melawan infeksi.
Selama tahap ini, beberapa orang tidak memiliki gejala pada awalnya. Namun, banyak orang mengalami gejala pada bulan pertama atau kedua setelah tertular virus. Gejala tahap akut bisa sangat mirip dengan flu atau virus musiman lainnya. Gejala bisa ringan hingga parah serta datang dan pergi. Gejala awal ini dapat berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa minggu.
Gejala awal HIV dapat meliputi: demam, panas dingin, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit dan nyeri umum, ruam kulit, sakit, tenggorokan, sakit kepala, mual, sakit perut. Karena gejala-gejala ini mirip dengan penyakit umum seperti flu seseorang mungkin tak segera memeriksakannya. Selama masa ini, HIV juga dapat dengan mudah ditularkan ke orang lain.
Gejala HIV awal biasanya sembuh dalam beberapa bulan ketika orang memasuki tahap laten kronis, atau klinis.
Gejala lanjutan HIV
Tahap Kedua
Pada tahap kedua penderita tidak mengalami gejala apapun dalam jangka waktu yang lama. Pengidap HIV pada tahap ini akan merasa sehat dan baik-baik saja, bahkan tahap ini dapat berlangsun hingga 10 tahun bahkan lebih. Hal ini yang dapat mengecoh penderita sehingga bisa saja penderita telah menularkan HIV melalui aktivitas beresikonya.
Namun, didalam tubuhnya, virus telah menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. Di sinilah HIV secara perlahan melumpuhkan sistem daya tahan tubuh penderita, dengan membunuh sel darah putih yang dinamakan CD 4 T cells.
Tahap Ketiga
Setelah HIV berhasil melumpuhkan sistem kekebalan tubuh, kadar CD 4 T cells sudah menurun dan dapat berada di bawah nilai normal yaitu 200. Pada tahap inilah, pengidap dapat didiagnosa menderita AIDS. Penyakit AIDS ini kemudian akan membuat penderita sangat rentan terserang penyakit mematikan seperti kanker, TB, dan pneumonia.
Pada tahap ketiga muncul gejala yang makin parah di antaranya adalah :
· Demam lebih dari sepuluh hari
· Merasa lelah setiap saat
· Sulit bernapas
· Diare parah
· Infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, dan alat vital
· Muncul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang
· Hilang nafsu makan sehingga berat badan turun drastis
Advertisement