Liputan6.com, Jakarta Hipospadia adalah suatu kelainan yang terjadi pada alat kelamin laki-laki. Hal ini ditandai dengan lubang uretra berada di bagian bawah penis, bukan di ujung seperti pada umumnya. Jadi, Hipospadia merupakan suatu kelainan yang terjadi pada saluran kemih dan penis.
Baca Juga
Advertisement
Pada umumnya, penderita hipospadia memiliki bentuk penis yang berbeda dari biasanya. Terkadang kondisi ini disertai dengan adanya penumpukan kulit berlebih di bagian atas penis. Sampai sekaarng belum ada faktor tunggal yang dipastikan sebagai penyebab kelainan ini.
Hipospadia adalah kelainan bawaan sejak lahir yang perlu ditangani dengan tepat. Jika tidak ditangani, penderita hipospadia bisa kesulitan buang air kecil atau berhubungan seksual saat dewasa.
Berikut Liputan6.com rangkum dari KlikDokter berbagai sumber lainnya, Kamis (11/3/2021) tentang penyebab Hipospadia.
Penyebab Hipospadia
Hipospadia merupakan suatu kelainan yang terjadi karena perkembangan saluran lubang kencing (uretra) dan kulup penis saat di dalam kandungan terganggu. Penyebab Hipospadia belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko seseorang mengalaminya.
Para pakar menduga bahwa penyebab hipospadia bisa dipengaruhi oleh faktor keturunan. Jika seseorang memiliki keluarga yang pernah mengalami hipospadia dan kemungkinan anak terlahir prematur, hal ini dapat meningkatkan risiko anak mengalami hipospadia.
Penyebab hipospadia juga berkaitan dengan kehamilan sang ibu. Salah satu penyebab hipospadia adalah hamil di atas 40 tahun. Selain itu, menderita obesitas dan diabetes saat hamil juga bisa menjadi faktor penyebab hipospadia pada bayi. Tidak hanya itu, paparan terhadap asap rokok juga disinyalir dapat meningkatkan risiko hipospadia.
Advertisement
Gejala Hipospadia
Gejala Hipospadia
Setelah mengetahui penyebab hipospadia, kamu juga perlu mengenali gejala-gejalanya. Hipospadia dapat diketahui dengan gejala berikut:
- Terlihatnya saluran kencing di bawah penis.
- Bentuk penis yang melengkung ke bawah.
- Kulup hanya menutupi bagian atas kepala penis.
- Ketika berkemih, urine akan menetes dan tidak memancar.
Jika kamu menemukan kelainan letak dan bentuk penis pada anak, segeralah membawanya ke dokter untuk diperiksa. Apalagi, hipospadia yang tidak ditangani bisa menyebabkan komplikasi yang menurunkan kualitas hidup penderitanya. Semakin dini penanganan, semakin baik pula hasil yang bisa dicapai.
Komplikasi Hipospadia
Jika tidak diterapi dengan baik, hipospadia mungkin dapat mengakibatkan hal-hal berikut:
- Bentuk penis yang abnormal
- Kesulitan dalam pelatihan penggunaan toilet
- Penis bengkok saat ereksi
- Gangguan ejakulasi
Diagnosis dan Pengobatan Hipospadia
Diagnosis Hipospadia
Hipospadia dapat dikenali dengan pemeriksaan fisik setelah bayi dilahirkan. Jadi, tidak perlu dilakukan pemeriksaan penunjang. Namun, pada hipospadia yang berat, yaitu saat saluran kencing berada di dekat perut, diperlukan pemeriksaan kromosom untuk menentukan jenis kelamin bayi yang sebenarnya. Selain itu, akan dilakukan pemeriksaan ginjal dengan USG dan rontgen, mengingat hipospadia sering disertai dengan kelainan ginjal.Â
Pengobatan Hipospadia
Pengobatan hipospadia diperlukan saat posisi lubang kecncing jauh dari posisi seharusnya dan bentuk penis melengkung. Jika posisi kencing sangat dekat dengan posisi seharusnya dan bentuk penis tidak melengkung, mungkin tidak diperlukan tindakan penanganan.
Pengobatan hipospadia dilakukan dengan operasi yang idelanya dilakukan saat bayi berusia 6 sampai 12 bulan. Tindakan operasi biasanya dilakukan untuk memperbaiki bentuk penis, agar pasien dapat buang air kecil dengan normal dan memiliki fungsi seksual yang normal pula. Saluran kencing juga dipindahkan ke ujung penis.
Kulup penis sangat penting sebagai bahan penutup bagi operasi ini, karena itu pasien dianjurkan untuk tidak disunat dulu sebelum operasi. Penyunatan dapat dilakukan bersamaan dengan operasi hipospadia. Operasi ini umumnya berlangsung selama 1-3 jam, dan dilakukan dengan bius umum.
Biasanya, fungsi penis anak akan menjadi normal setelah operasi. Namun, kontrol secara rutin setelah operasi harus dilakukan.
Â
Advertisement