Liputan6.com, Jakarta Anoreksia nervosa, atau yang lebih sering disebut anoreksia adalah gangguan makan yang ditandai dengan badan yang terlampau rendah. Anoreksia adalah kondisi yang tidak hanya terkait pada kesehatan fisik saja melainkan juga ada kaitannya dengan mental penderitanya.
Pasalnya, anoreksia adalah kondisi yang juga ditandai dengan rasa takut yang berlebihan akan kelebihan berat badan. Merasa takut kelebihan berat badan, tentu adalah hal yang biasa bagi sejumlah orang, namun kondisi anoreksia adalah kasus yang berbeda.
Advertisement
Anoreksia adalah kondisi di mana seseorang memiliki persepsi yang menyimpang tentang berat badan yang ideal. Anoreksia adalah kondisi yang membuat seseorang memiliki persepsi yang menyimpang tentang bentuk tubuh yang ideal.
Advertisement
Akibat persepsi tersebut, seseorang dengan gangguan anoreksia sering melakukan segala upaya untuk tetap kurus. Bahkan upaya yang dia lakukan bisa sangat ekstrem hingga mengganggu kesehatan.
Untuk tetap membuat badannya tetap kurus, seseorang dengan anoreksia secara ekstrem bisa sangat membatasi jumlah makanan yang ia makan. Mereka bisa saja muntah dengan sengaja setelah makan atau menyalahgunakan obat pencahar, alat bantu diet, diuretik atau enema.
Hal itu mereka lakukan meski berat badannya sudah sangat rendah dan sangat kurus. Tak peduli betapa kurusnya mereka, penderita anoreksia akan melakukan segala upaya, bahkan melakukan olahraga secara berlebihan.
Demikian penjelasan singkat mengenai anoreksia. Yang jelas anoreksia adalah gangguan makan yang makan yang berlebihan, yang dipicu oleh pemikiran tentang bentuk tubuh yang ideal. Untuk lebih memahami mengenai kondisi ini, berikut adalah ulasan lebih lanjut mengenai anoreksia, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (31/8/2022).
Gejala Anoreksia
Seperti halnya kondisi mental dan medis lainnya, anoreksia adalah kondisi yang dapat diketahui dari sejumlah gejalanya. Dilansir dari Mayo Clinic, secara umum gejala anoreksia dapat dibagi menjadi dua, yakni gejala fisik dan gejala emosi atau mental.
Gejala fisik anoreksia nervosa biasanya berhubungan dengan kebiasaan makan. Sementara itu, dari segi emosional atau mental, penderita anoreksia dapat ditandai dari perilaku yang sering merasa ketakutan jika berat badannya bertambah atau menjadi gemuk.
Mungkin sulit untuk melihat tanda dan gejala anoreksia, karena apa yang dianggap sebagai berat badan ideal bisa berbeda untuk setiap orang.Selain itu, sejumlah penderita anoreksia bahkan tidak terlihat sangat kurus.
Gejala Fisik Anoreksia
Tanda dan gejala fisik anoreksia adalah sebagai berikut:
1. Penurunan berat badan yang ekstrem, bahkan hingga tidak pernah mengalami kenaikan berat badan.
2. Bentuk tubuh yang terlihat sangat kurus.
3. Jumlah darah tidak normal
4. Kelelahan
5. Insomnia
6. Pusing atau pingsan
7. Perubahan warna kebiruan pada jari
8. Rambut yang menipis, patah atau rontok
9. Rambut halus dan lembut menutupi tubuh
10. Tidak adanya menstruasi
11. Sembelit dan sakit perut
12. Kulit kering atau kekuningan
13. Mudah kedinginan
14. Detak jantung tidak teratur
15. Tekanan darah rendah
16. Dehidrasi
17. Pembengkakan lengan atau kaki
18. Gigi yang terkikis dan kapalan pada buku-buku jari akibat muntah yang diinduksi
Beberapa orang yang mengalami anoreksia mirip dengan individu yang memiliki bulimia. Akan tetapi, orang dengan anoreksia umumnya mengalami kesulitan dengan berat badannya yang di bawah normal. Sementara itu, individu dengan bulimia biasanya memiliki berat badan di atas berat badan normal.
Gejala Emosi dan Perilaku
Gejala emosional dan perilaku anoreksia dapat diketahui dari kebiasaan penderitanya, antara lain sebagai berikut:
1. Sangat membatasi asupan makanan melalui diet atau puasa
2. Berolahraga secara berlebihan
3. Makan berlebihan dan muntah yang disengaja, termasuk penggunaan obat pencahar, enema, alat bantu diet atau produk herbal
4. Keasyikan dengan makanan, yang terkadang termasuk memasak makanan yang rumit untuk orang lain tetapi tidak memakannya
5. Sering melewatkan makan atau menolak makan
6. Pura-pura tidak lapar agar tidak dipaksa untuk makan
7. Hanya makan makanan jenis tertentu, biasanya yang rendah lemak dan rendah kalori
8. Sering memuntahkan makanan setelah mengunyah
9. Tidak mau makan di tempat umum
10. Berbohong tentang berapa banyak makanan yang telah dimakan
11. Takut menambah berat badan yang mungkin termasuk menimbang berulang kali atau mengukur tubuh
12. Sering melihat dirinya di cermin
13. Mengeluhkan bentuk tubuh atau memiliki bagian tubuh yang gemuk
14. Menutupi tubuh dengan pakaian berlapis-lapis
15. Suasana hati yang datar (kurang emosi)
16. Menutup diri hubungan sosial
17. Sifat lekas marah
18. Insomnia
19. Berkurangnya minat pada seks
Advertisement
Penyebab Anoreksia
Penyebab pasti dari anoreksia tidak diketahui. Seperti banyak penyakit, anoreksia bisa disebabkan oleh kombinasi dari faktor biologis, psikologis dan lingkungan.
Biologis. Meskipun belum jelas gen mana yang terlibat, mungkin ada perubahan genetik yang membuat beberapa orang berisiko lebih tinggi terkena anoreksia. Beberapa orang mungkin memiliki kecenderungan genetik terhadap perfeksionisme, kepekaan dan ketekunan - semua sifat yang terkait dengan anoreksia.
Psikologis. Beberapa orang dengan anoreksia mungkin memiliki ciri kepribadian obsesif-kompulsif yang membuatnya lebih mudah untuk mengikuti diet ketat dan tidak makan meskipun lapar. Mereka mungkin memiliki dorongan ekstrim untuk menjadi sempurna, yang menyebabkan mereka berpikir bahwa mereka tidak pernah cukup kurus. Mereka mungkin memiliki tingkat kecemasan yang tinggi hingga membatasi makan untuk membuatnya tetap kurus.
Lingkungan. Budaya Barat modern menekankan soal bentuk tubuh yang ideal, yakni kurus. Sukses dan berharga sering disamakan dengan kurus. Tekanan teman sebaya dapat membantu memicu keinginan untuk menjadi kurus, terutama di kalangan gadis-gadis muda.
Faktor Risiko
Anoreksia lebih sering terjadi pada anak perempuan. Namun, laki-laki juga berpotensi mengalami kondisi ini.
Anoreksia juga lebih umum terjadi di kalangan remaja. Namun, orang-orang dari segala usia dapat mengalami gangguan makan ini, meskipun jarang terjadi pada mereka yang berusia di atas 40 tahun.
Remaja mungkin lebih berisiko karena semua perubahan yang dialami tubuh mereka selama masa pubertas. Mereka mungkin juga menghadapi tekanan teman sebaya, sehingga menjadi lebih sensitif terhadap kritik atau bahkan komentar tentang berat badan atau bentuk tubuh.
Faktor-faktor tertentu yang meningkatkan risiko anoreksia adalah:
Genetika. Perubahan gen tertentu dapat menempatkan orang-orang tertentu pada risiko anoreksia yang lebih tinggi. Mereka yang memiliki orang tua atau saudara kandung yang memiliki gangguan tersebut memiliki risiko anoreksia yang jauh lebih tinggi.
Diet dan kelaparan. Diet adalah faktor risiko untuk memicu gangguan makan. Ada bukti kuat bahwa banyak gejala anoreksia sebenarnya adalah gejala kelaparan. Kelaparan mempengaruhi otak dan mempengaruhi perubahan suasana hati, kekakuan dalam berpikir, kecemasan dan penurunan nafsu makan.
Kelaparan dan penurunan berat badan dapat mengubah cara kerja otak pada individu yang rentan, yang dapat melanggengkan perilaku membatasi makan dan membuatnya sulit untuk kembali ke kebiasaan makan yang normal.
Perubahan situasi. Apakah itu sekolah baru, rumah atau pekerjaan; putusnya hubungan; atau kematian atau penyakit orang yang dicintai, perubahan dapat membawa stres emosional dan meningkatkan risiko anoreksia.
Advertisement
Komplikasi
Anoreksia dapat memiliki banyak komplikasi. Yang paling parah bahkan bisa menyebabkan kematian secara mendadak. Kematian mendadak ini isa terjadi karena detak jantung yang tidak normal (aritmia) atau ketidakseimbangan elektrolit, yakni mineral seperti natrium, kalium dan kalsium yang menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.
Komplikasi lain dari anoreksia adalah:
1. Anemia
2. Masalah jantung, seperti prolaps katup mitral, irama jantung abnormal atau gagal jantung
3. Pengeroposan tulang (osteoporosis), meningkatkan risiko patah tulang
4. Massa otot turun
5. Pada wanita, tidak mengalami menstruasi
6. Pada pria, penurunan testosteron
7. Masalah gastrointestinal, seperti sembelit, kembung atau mual
8. Kelainan elektrolit, seperti kalium darah rendah, natrium dan klorida
9. Masalah ginjal
Jika seseorang dengan anoreksia menjadi kurang gizi parah, setiap organ dalam tubuh dapat rusak, termasuk otak, jantung, dan ginjal. Kerusakan ini mungkin tidak sepenuhnya reversibel, bahkan ketika anoreksia terkendali.
Selain sejumlah komplikasi fisik, penderita anoreksia umumnya juga memiliki gangguan kesehatan mental lainnya. Gangguan mental yang biasanya juga dialami penderita anoreksia antara lain sebagai berikut:
1. Depresi, kecemasan, dan gangguan mood lainnya
2. Gangguan kepribadian
3. Gangguan obsesif-kompulsif
4. Alkohol dan penyalahgunaan zat
5. Melukai diri sendiri, berpikir untuk bunuh diri, atau upaya bunuh diri
Cara Mengatasi
Tidak ada cara yang pasti untuk mencegah anoreksia nervosa. Hanya dokter yang dapat mengidentifikasi indikator awal anoreksia dan mencegah gangguan tersebut semakin parah. Misalnya, mereka dapat mengajukan pertanyaan tentang kebiasaan makan dan kepuasan dengan penampilan selama pertemuan medis rutin.
Jika Anda memperhatikan bahwa seorang anggota keluarga atau teman memiliki kepercayaan diri yang rendah, kebiasaan diet yang parah, dan ketidakpuasan dengan penampilan, pertimbangkan untuk berbicara dengannya tentang masalah ini.
Meskipun Anda mungkin tidak dapat mencegah berkembangnya gangguan makan, Anda dapat membicarakan tentang perilaku atau pilihan pengobatan yang lebih sehat.
Sayangnya, banyak orang dengan anoreksia tidak menginginkan pengobatan, setidaknya pada awalnya. Keinginan mereka untuk tetap kurus mengesampingkan kekhawatiran tentang kesehatan mereka. Jika Anda memiliki orang terkasih yang Anda khawatirkan, desak dia untuk berkonsultasi dengan dokter.
Jika Anda mengalami salah satu masalah yang tercantum di atas, atau jika Anda merasa memiliki kelainan makan, carilah bantuan. Jika Anda menyembunyikan anoreksia Anda dari orang yang Anda cintai, cobalah untuk menemukan orang yang Anda percayai untuk diajak bicara tentang apa yang terjadi.
Advertisement