Liputan6.com, Jakarta Bagi pasien diabetes atau kadar gula darah tinggi kadang muncul banyak pertanyaan jelang puasa Ramadan. Termasuk boleh tidaknya ikut menjalankan ibadah puasa Ramadan. Menurut Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Profesor Ari Fahrial Syam selama gula darah terkontrol pasien diabetes bisa melakukan puasa.
Ari pun menyarankan bagi pasien diabetes untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menjalankan puasa yang sebentar lagi datang.
Advertisement
Baca Juga
“Buat orang-orang yang menderita diabetes melitus itu diperbolehkan berpuasa, tentu dengan syarat pada saat berpuasa gula darahnya dalam keadaan terkontrol,” kata Ari Fahrial Syam.
Advertisement
Ari mengatakan orang dengan diabetes dapat mengontrol kandungan gula dalam darah dengan membatasi asupan makan gula. Salah satunya menghindari makan-makanan manis yang berasal dari gula pasir.
Bila saat buka puasa ingin makan manis, bisa dari makanan yang mengandung gula kompleks seperti dari buah-buahan.
“Begitu pula dengan takjil, mungkin pilihan terbaik dengan mengonsumsi kurma misalnya,” kata Ari mengutip Antara.
Dosis Insulin
Ari mengungkapkan Hal lain yang perlu diperhatikan penderita diabetes jika ingin berpuasa adalah dosis insulin yang sedang dikonsumsi.
“Di satu sisi juga pada orang-orang tersebut untuk kencing manisnya tidak dengan menggunakan insulin lebih dari 30-40 unit per hari. Jadi memang tidak dianjurkan untuk mereka yang masih dengan dosis yang tinggi insulin untuk berpuasa,” ucap dia.
Pasien Diabetes yang Tidak Dianjurkan Puasa
Ari mengungkapkan puasa memang dapat membantu mengontrol penyakit seseorang. Di sisi lain puasa juga dapat memperburuk kondisi orang-orang yang saat itu sedang mempunyai masalah kesehatan. Misalnya pada pasien diabetes yagn sudah memiliki gangguan ginjal, itu tidak dianjurkan berpuasa.
Lalu, kelompok lain yang disebut tidak dianjurkan untuk berpuasa di antaranya pasien dalam perawatan rumah sakit dan dalam keadaan diinfus baik infus cairan maupun makanan atau pasien yang sedang mendapat transfusi darah.
“Pemberian infus makanan dan darah membatalkan puasa. Termasuk pasien PDP dan positif COVID-19 dalam perawatan,” ujar dia.
Advertisement
Sakit, Apa Perlu Puasa?
Seseorang yang sedang dalam infeksi akut misal radang tenggorokan berat, demam tinggi, diare akut, pneumonia, infeksi saluran kencing dan infeksi lain yang menyebabkan demam tinggi juga tidak dianjurkan puasa.
Seseorang dengan migrain atau vertigo di mana kondisi sakitnya akan bertambah buruk jika pasien tersebut tidak makan atau minum obat. Lalu, pasien jantung dengan gagal jantung hingga orang tua usia lanjut dengan menderita pikun (Alzhaimer), di mana sulit mengingat apakah sudah makan atau sudah minum.
“Jadi sebaiknya memang harus konsultasikan kepada dokter mengenai kondisi ini,” kata Ari.
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)