Liputan6.com, Jakarta Tragedi Kanjuruhan menyebabkan duka yang mendalam bagi masyarakat Indonesia. Kapolri Jenderal Listyo Sigit menyatakan, banyaknya korban meninggal dunia akibat Tragedi Kanjuruhan disebabkan oleh afiksia. Lantas, apa itu asfiksia?
Baca Juga
Advertisement
Secara umum, asfiksia adalah kondisi ketika kadar oksigen dalam tubuh berkurang. Ada beragam penyebab asfiksia, mulai dari tersedak hingga paparan zat kimia. Hal ini karena adanya paparan gas air mata yang disemprotkan oleh anggota kepolisian.
Asfiksia adalah salah satu penyakit yang menyerang paru-paru, pembuluh darah, hingga jaringan tubuh. Asfiksia ini dapat membuat penderitanya sesak napas atau kesulitan untuk menarik maupun menghembuskan napas.
Untuk lebih rinci, berikut ini Liputan6.com ulas mengenai pengertian asfiksia beserta gejala dan pertolongannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (11/10/2022).
Mengenal Asfiksia
Asfiksia adalah gangguan dalam pengangkutan oksigen (O2) ke jaringan tubuh yang disebabkan terganggunya fungsi paru-paru, pembuluh darah, ataupun jaringan tubuh. Asfiksia dikenal sebagai asphyxia. Secara sederhana, asfiksia adalah peristiwa di mana tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen. Hal ini jika dibiarkan akan semakin parah, mulai dari hilangnya kesadaran, cedera otak, hingga kematian.
Saat menarik napas, oksigen akan masuk ke paru-paru melalui hidung dan mulut. Oksigen yang masuk ke dalam pembuluh darah kecil atau kapiler akan dibawa oleh sel darah merah menuju jantung untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Apabila proses ini terganggu, terjadilah kondisi yang disebut asfiksia. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), asfiksia menyumbang 18.924 kematian pada 2018.
Advertisement
Gejala Asfiksia
Mengutip dari Healthline, berikut ini terdapat beberapa gejala umum asfiksia meliputi:
1. Suara serak
2. Sakit tenggorokan
3. Kesulitan menelan
4. Sesak napas
5. Hiperventilasi
6. Memburuknya asma yang ada
7. Kecemasan
8. Konsentrasi buruk
9. Sakit kepala
10. Penglihatan kabur atau berkurang
11. Penurunan kesadaran
Dalam kondisi lebih parah, asfiksia dapat menyebabkan kegagalan beberapa organ tubuh lain seperti paru-paru, jantung, ginjal, dan fungsi otak.
Penyebab Asfiksia
1. Tersedak
Orang yang tersedak mengalami penyumbatan di tenggorokan hingga ke saluran pernapasan yang lebih dalam, seperti trakea dan bronkus. Kondisi tersebut bisa menjadi penyebab asfiksia.
Bayi dan balita rentan mengalami asfiksia akibat tersedak karena mereka memiliki kebiasaan memasukkan barang-barang yang dipegang ke dalam mulut. Selain itu, kelompok usia lanjut juga diketahui rentan terkena asfiksia, terutama jika mengalami kesulitan untuk menelan atau memakai gigi palsu.
2. Paparan asap atau zat kimia
Salah satu penyebab asfiksia adalah karena paparan asap atau zat kimia. Salah satu contohnya adalah karbon monoksida, gas tidak berbau dan tidak berwarna yang ditemukan dalam asap. Polusi dan asap sisa pembakaran, seperti pembakaran sampah, limbah pabrik, atau kendaraan bermotor, banyak mengandung gas karbon monoksida. Jika terhirup terlalu banyak, gas ini bisa menyebabkan asfiksia dan keracunan.
Ketika kadar karbon monoksida di dalam darah meningkat, oksigen akan sulit untuk disalurkan ke berbagai jaringan tubuh. Kondisi ini membuat orang yang mengalami keracunan karbon monoksida akan mengalami kekurangan oksigen.
Selain karbon monoksida, ada beberapa zat kimia lain dalam asap yang juga dapat menjadi penyebab asfiksia, yaitu sulfur dioksida, amonia, klorin, dan nitrogen dioksida. Zat-zat kimia tersebut bisa membuat saluran napas mengalami iritasi dan pembengkakan, sehingga menyumbat jalan napas.
3. Tercekik
Tercekik juga bisa menjadi penyebab asfiksia. Pada saat tercekik, jalan napas tertutup sehingga menyebabkan kesulitan bernapas. Asfiksia akibat tercekik rentan terjadi pada anak-anak, misalnya ketika bermain atau memakai aksesoris kalung.
Kondisi ini juga dapat terjadi jika wajah bayi atau anak tertutup bantal saat tidur. Guna menghindari hal ini terjadi, orang tua harus lebih cermat dan memperhatikan kembali penggunaan tempat tidur bayi. Pastikan kasur yang digunakan memiliki permukaan yang rata, sehingga bayi tidak mudah bergerak dan mencegah risiko bayi terhimpit atau tertimpa bantal.
4. Alergi pada makanan atau obat-obatan
Penyebab asfiksia lainnya adalah penderitab memiliki riwayat alergi pada makanan maupun obat-obatan. Hal ini dapat terjadi karena tubuh menganggap suatu zat adalah penyerbu. Sistem kekebalan Anda membuat antibodi, yang melepaskan bahan kimia yang menyebabkan gejala seperti pembengkakan, gatal-gatal, atau sesak napas.
5. Asma
Asma adalah kondisi kronis yang menyebabkan peradangan pada saluran udara. Ini dapat menyebabkan gejala seperti kesulitan bernapas dan mengi. Selama serangan asma yang parah, saluran udara Anda membengkak dan menyempit. Tanpa perawatan segera, saluran udara bisa menjadi terlalu sempit dan memotong suplai oksigen.
Advertisement
Pertolongan Pertama pada Penderita Asfiksia
Dikutip dari Healthline, tindakan atau pertolongan pertama yang dapat dilakukan pada penderita asfiksia adalah dengan respon yang cepat dan efisien. Salah satu metode untuk memulihkan pernapasan normal adalah resusitasi jantung paru (RJP), cara yang sangat efektif untuk menangani korban asfiksia. Â Selain itu, setelah melakukannya, segeralah untuk membawanya ke IGD terekat untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan sesuai.