Liputan6.com, Jakarta Daya tarik wisata Pulau Bali memang sudah tidak diragukan lagi. Di sana banyak tempat yang sangat memesona, mulai dari pantai, danau, bahkan bentang alamnya. Maka tidak mengherankan jika Pulau Dewata ini selalu menjadi tujuan liburan favorit, bari dari wisatawan domestik maupun macanergara.
Daya tarik Bali tidak hanya dari tempat wisatanya, namun juga budayanya. Salah satu kebudayaan Bali yang sekarang tengah menjadi daya tarik wisata yang populer adalah ritual melukat. Apa itu ritual melukat?
Advertisement
Baca Juga
Ritual melukat adalah sebuah tradisi ritual serupa siraman yang dipercaya mampu menghilangkan segala pikiran kotor, jenuh, dan pengaruh ilmu hitam sehingga orang yang menjalani ritual ini bisa menjalani kehidupan dengan tenang, nyaman, damai, dan bahagia. Maka tidak mengherankan jika banyak orang mengatakan bahwa ritual ini memiliki manfaat untuk kesehatan mental.
Sekarang, ritual melukat tidak hanya dianggap sebagai ritual saja, melainkan sebagai salah satu daya tarik wisata. Bahkan bara selebritis dan para pesohor banyak yang mencoba melakukan ritual melukat.
Lalu apa itu ritual melukat? Berikut adalah ulasan lengkap mengenai ritual melukat, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (19/10/2022).
Apa itu ritual melukat?
Seperti yang sedikit dibahas sebelumnya, ritual melukat merupakan salah satu daya tarik wisata Pulau Bali. Namun sebenarnya ritual melukat merupakan salah satu bentuk peribadatan dalam tradisi agama Hindu. Tujuan dari ritual melukat adalah untuk membersihkan jiwa dari segala segala pikiran kotor, jenuh, dan pengaruh ilmu hitam sehingga orang yang menjalani ritual ini bisa menjalani kehidupan dengan tenang, nyaman, damai, dan bahagia.
Karena ritual melukat merupakan salah satu bentuk peribadatan, maka untuk dapat melakukan ritual melukat ini harus mengikuti tata cara yang berlaku, yang meliputi sarana dan urutannya.
Menurut Jro Mangku Made Tantra (via Darsana, 2022) sarana-sarana untuk melaksanakan ritual melukat, yakni daksina pejati, sarana muspa, dan pakaian nangkil.
Daksina Pejati
Daksina pejati merupakan sesuatu yang dipersembahkan sebagai simbol kesungguhan dalam pelaksanaan suatu kegiatan dan upacara keagamaan, dalam hal ini adalah ritual melukat. Persembahan ini hendaknya berisi pisang atau biu kayu dan bunga tanjung.
Sarana Muspa atau Sarana Kwangen
Sarana muspa berupa beberapa jenis bunga yang berbau harum seperti bunga jempiring,sekar tunjung biru. Selain beberapa jenis bunga, sarana muspa juga dilengkapi dengan pis bolong atau uang logam yang memiliki lubang ditengahnya. Adapun yang pis bolong yang dibutuhkan adalah 11 keping.
Pakaian Nangkil
Pakaian nangkil adalah pakaian adat Bali. Pakaian ini dipakai ketika melakukan ritual melukat. Selain pakaian nangkil diperolehkan pula hanya menggunakan kain kamen dan disarankan untuk tidak memakai perhiasan.
Advertisement
Tata Cara Ritual Melukat
Ritual melukat merupakan salah satu bentuk peribadatan dalam tradisi agama Hindu, yang bertujuan untuk membersihkan jiwa dari segala pikiran kotor, jenuh, dan pengaruh ilmu hitam sehingga orang yang menjalani ritual ini bisa menjalani kehidupan dengan tenang, nyaman, damai, dan bahagia.
Karena ritual melukat merupakan bentuk peribadatan, makan harus dilakukan dengan tata cara yang telah ditentukan. Adapun tata cara ritual melukat menurut Jro Mangku Made Tantra, antara lain sebagai berikut:
1. melakukan persembahyangan di pelinggih pura dalem pingit & kusti yang letaknya agak diatas dari tempat pesiraman, dengan menggunakan sarana kwangen. biasanya dipimpin oleh pemangku pada saat hari keagamaan seperti purnama, kajeng kliwon,
2. kwangen diletakkan di depan jidat atau ubun ubun seperti saat kita muspa, dengan membasahi kepala dan ubun ubun, setelah kepala basah lepas kewangan agar hanyut bersama air,
3. setelah selesai melukat, pemedek sembahyangsekali lagi di pelinggih yang ada di dekat batu, sekalian nunas tirta dan bija
Sementara itu menurut Ngurah (2020), urutan ritual melukat di Pura Dalem Pengembak yaitu:
1. Umat diwajibkan untuk melakukan pelukatan di Campuhan yakni kolam yang sumber airnya dari muara sungai Pengembak yang bertemu dengan rembesan air laut.
2. Setelah mandi di Campuhan, barulah ritual melukat yang pertama dilakukan Pura Taman Sari oleh Jero Mangku Ranten , dengan cara pemedek berdiri berjajar kemudian disiram bergiliran beberapa kali secara acak, dengan lantunan mantra.
3. Dengan pakaian yang masih basah, dilanjutkan dengan persembahyangan bersama di Pura Taman Sari sesuai dengan permohonannya.
4. Berlanjut dengan pelukatan yang kedua, di Jaba Pura Dalem Pengembak.
5. Para pemedek yang tangkil menghaturkan sembah bakti dengan khusyuk serta memohon doa sesuai dengan apa yg diinginkan, yang merupakan akhir dari prosesi ritual melukat diakhiri dengan nunas Tirta.
Manfaat Ritual Melukat
Setidaknya ada sejumlah fungsi manfaat yang diharapkan ketika seseorang melakukan ritual melukat. Menurut Jero Mangku Ranten (via Ngurah, 2020) melukat berfungsi untuk meleburkan segala aura negatif yang ada di dalam tubuh manusia.
Sementara itu menurut Ngurah (2020), banyak orang yang melakukan ritual melukat umumnya mengharapkan manfaat antara lain kesembuhan khususnya penyakit non medis. selain itu, ritual melukat juga diyakini bermanfaat untuk memperlancar usaha, lantaran ada pelinggih Ratu Ayu Mas Subandar sebagai Dewi kemakmuran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ritual melukat diyakini oleh masyarakat, dapat meningkatkan kekuatan (power) dan menetralisir energi menjadi positif, sehingga secara psikologi dapat menimbulkan rasa nyaman dan damai.
Advertisement
Daya Tarik Ritual Melukat
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, ritual melukat tampak menjadi daya tarik wisata di Bali. Banyak orang sampai para pesohor dan selebritis berlibur ke Bali untuk mencoba ritual melukat. Bukan tanpa alasan mengapa banyak orang tertarik untuk mencoba ritual melukat. Ini karena ritua melukat dipercaya memiliki manfaat dalam mengatasi permasalah kejiwaan.
Menurut Oka dkk. (2021), pernah ada salah seorang warga Desa Sebatu ikut membuktikan dengan mengajak rekannya yang sakit untuk mencoba mengobati penyakitnya dan ternyata sembuh setelah melukat di sana. Semenjak saat itu tidak hanya umat Hindu yang percaya dengan khasiat yang diberikan air suci ini. Bahkan, wisatawan asing juga banyak yang diperkenalkan dengan ritual melukat. Lebih banyak di antara mereka yang hanya melihat dan berfoto, namun ada beberapa diantaranya yang tertarik untuk melakukan ritual melukat.
Sumber:
Darsana, I Made. (2022). "Pelestarian "Pasiraman Pura dalem Pingit Lan Pura Kusti" di Desa Sebatu, Gianyar sebagai Destinasi Wisata Alternatif." Siwayang Journal Volume 1: 33-38
Ngurah, I Gusti Ayu. 2020. "Tradisi Melukat pada Kehidupan Psiko-Spiritual Masyarakat Bali. Vidya Wertta Volume 3 Nomor 2: 159-170
Oka, I Made Darma, dkk. 2021. "Pengembangan "pasiraman Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti sebagai Daya tarik Wisata Spiritual di Desa Batuan Gianyar." Jurnal Kajian dan Terapan Pariwisata Vol I: 35-44