Liputan6.com, Jakarta CO2 adalah rumus kimia dari karbon dioksida. CO2 menjadi gas rumah kaca yang alami dan tidak berbahaya dalam jumlah kecil. Akan tetapi dalam jumlah besar, CO2 adalah gas yang sangat berbahaya.
Baca Juga
Advertisement
CO2 merupakan gas yang terdiri dari satu bagian karbon dan dua bagian oksigen. CO2 adalah salah satu gas terpenting di bumi, karena gas ini diperlukan oleh tanaman dalam proses fotosintesis. Dengan kata lain, secara tidak langsung CO2 adalah gas yang juga diperlukan oleh manusia dan hewan, karena keduanya bergantung pada tumbuhan.
CO2 adalah gas tidak berwarna dan tidak berbau yang merupakan komponen alami dari udara dan merupakan bagian dari siklus karbon. Melalui dekomposisi bahan organik, CO2 dilepaskan ke atmosfer sebagai bagian dari proses alami ini. Pada saat yang sama, fotosintesis membantu mengurangi CO2 secara signifikan.
CO2 merupakan gas yang juga berasa dari proses yang tidak alami, terutama berhubungan dengan proses pembakaran bahan bakar fosil. CO2 adalah produk akhir inert yang terakumulasi di atmosfer dan terus-menerus dipertukarkan dengan biosfer dan lautan.
Lalu apa manfaat CO2 dua bagi kehidupan? Berikut ulasannya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (7/11/2022).
Manfaat CO2 atau Karbon Dioksida
CO2 adalah karbon dioksida, yang jika jumlahnya dalam intensitas normal dapat menghadirkan manfaat bagi kehidupan. CO2 adalah gas rumah kaca, yang mana ketika CO2 berada di atmosfer, gas ini dapat mengurangi panas di permukaan bumi.
CO2 juga membantu Bumi untuk mempertahankan sebagian energi yang didapatnya dari Matahari sehingga energi tidak semuanya bocor kembali ke luar angkasa. Jika bukan karena efek rumah kaca ini, lautan di Bumi akan membeku. Bumi tidak akan menjadi planet yang akan dihuni manusia seperti sekarang ini.
Selain itu, CO2 adalah gas yang dibutuhkan tanaman untuk membuat makanannya atau yang disebut fotosintesis. Tanpa CO2, tanaman tidak akan dapat membuat makanan. Ini secara tidak langsung juga memberikan dampak bagi kehidupan lainnya, termasuk manusia dan hewan.
Manusia bisa saja memakan makanan dari hewan, namun tanpa adanya CO2, tanaman tidak bisa menyediakan makanan bagi sebagian besar jenis hewan. Jika begitu, makan manusia juga akan kehilangan sumber makanannya, baik itu makanan nabati maupun hewani.
Advertisement
Dampak Buruk CO2
Dalam intensitas normal, CO2 memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan. Namun, ketika CO2 dalam intensitas yang tinggi atau di atas normal, gas ini dapat menimbulkan dampak yang berbahaya, terutama bagi kesehatan.
CO2 adalah gas paling melimpah keempat di atmosfer bumi. Pada suhu kamar, karbon dioksida atau CO2 adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mudah terbakar, pada suhu dan tekanan lain, karbon dioksida dapat berupa cairan atau padatan. Karbon dioksida padat disebut es kering karena perlahan berubah dari padatan dingin langsung menjadi gas.
CO2 adalah produk sampingan dari fungsi sel normal ketika dihembuskan dari tubuh. CO2 juga dihasilkan ketika bahan bakar fosil dibakar atau vegetasi yang membusuk. Tanah permukaan terkadang dapat mengandung gas ini dalam konsentrasi tinggi, dari pembusukan vegetasi atau perubahan kimia di batuan dasar.
Paparan CO2 dapat menghasilkan berbagai efek kesehatan. Dampak buruk dari paparan CO2 adalah sakit kepala, pusing, gelisah, kesemutan, kesulitan bernapas, berkeringat, kelelahan, peningkatan denyut jantung, tekanan darah tinggi, koma, asfiksia, dan kejang-kejang.
Siklus Karbon
Karbon dioksida atau CO2 adalah gas yang berasal dari dua sumber, yakni alam dan proses pembakaran. Secara alami, CO2 berasal dari sumber alam termasuk gunung berapi, nafas hewan dan pembusukan tumbuhan. CO2 adalah gas yang juga dihasilkan dari sumber lain, terutama aktivitas pembakaran yang melibatkan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas alam untuk menghasilkan energi.
Jumlah karbon dioksida di atmosfer ditentukan oleh siklus karbon. Salah satu bagian dari siklus tersebut melibatkan batuan, dimulai dengan gunung berapi, yang menyemburkan CO2.
Jumlah CO2 di atmosfer kemudian dikurangi dengan proses 'pelapukan', di mana CO2 atmosfer bercampur dengan air hujan untuk membuat asam yang bereaksi dengan batu, mengunci CO2.
Bertambahnya populasi manusia dan hewan juga berkontribusi pada bertambahnya jumlah CO2 di atmosfer. Dengan kata lain, manusia dan hewan juga termasuk dalam siklus karbon. Tidak hanya itu, tanaman juga termasuk dalam siklus karbon.
Tanaman menyerap CO2 dari atmosfer untuk fotosintesis, dan ketika tanaman mati, CO2 dilepaskan lagi. Hewan yang mengkonsumsi tumbuhan juga menyimpan CO2 untuk sementara, sebelum mereka juga mati dan terurai.
Beberapa tanaman ada yang tidak terurai ketika mati. Tanaman-tanaman ini berproses hingga menjadi bahan tambang seperti batu bara, minyak, dan sedimen kaya organik lainnya seperti gambut. Akhirnya, lapisan-lapisan ini secara alami akan terbakar atau didaur ulang melalui gunung berapi, yang mengembalikan CO2.
Namun, manusia telah menemukan cara untuk menggali bahan tambang untuk digunakan sebagai sumber energi. Pada proses pembangkitan energi menggunakan bahan tambang ini, menghasilkan sejumlah besar CO2.
Advertisement