Realita adalah Kenyataan, Ketahui Perbedaannya dengan Kebenaran

Realita adalah keadaan hal-hal sebagaimana adanya, bukan seperti yang dibayangkan; keadaan sebenarnya, atau fakta-fakta yang terlibat dalam keadaan seperti itu.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 29 Nov 2022, 10:30 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2022, 10:30 WIB
Fans Inggris
Seorang fan timnas Inggris saat perhelatan Piala Dunia 2014. Pihak otoritas Inggris menyatakan, setengah dari fans The Three Lions yang datang ke Prancis tak memiliki tiket resmi pertandingan. (EPA/Ballesteros)

Liputan6.com, Jakarta Realita adalah kata yang cukup sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Biasanya, kata ini digunakan untuk menjadi pembanding dari apa yang menjadi teori atau rencana di atas kertas. Dengan kata lain, realita adalah hal yang nyata dan benar-benar ada.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sebenarnya tidak ada lema "realita", adapun yang terdapat dalam KBBI adalah kata "realitas". KBBI sendiri mengartikan realitas hanya sebagai kenyataan. Selain itu tidak ada keterangan lain yang bisa menjelaskan mengenai kenyataan seperti apa yang dimaksud dengan realita.

Jika dilihat dari bentuk katanya, realita adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris "reality," yang berarti kenyataan. Sementara itu, jika mengacu Merriam-Webster, realita adalah kata yang memiliki tiga arti. Yang pertama, realita adalah kualitas atau keadaan menjadi nyata. Yang kedua, realita adalah peristiwa nyata, entitas, atau keadaan. Dan yang ketiga, realita adalah sesuatu yang bukan turunan atau ketergantungan tetapi ada dengan sendirinya.

Sedangkan jika mengacu pada Cambridge Dictionary, realita adalah keadaan hal-hal sebagaimana adanya, bukan seperti yang dibayangkan; keadaan sebenarnya, atau fakta-fakta yang terlibat dalam keadaan seperti itu.

Realita kadang juga sering dikaitkan dengan kebenaran. Namun apakah keduanya adalah hal yang sama? Berikut ulasan lengkapnya, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (29/11/2022).

Realita dalam Perspektif Filsafat

Seperti apa yang telah dibahas sebelumnya, realita adalah kenyataan atau sesuatu yang nyata dan benar-benar terjadi. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa sifat dari realita adalah real atau nyata. Apa yang nyata atau apai itu kenyataan, sering sekali menjadi pertanyaan dalam ranah kajian filsafat.

Menurut filsafat barat, ada tingkat-tingkat dalam sifat dan konsep tentang realitas. Tingkat-tingkat ini mencakup, dari yang paling subjektif hingga yang paling ketat. Tingkatan realitas ini dapat dibedakan berdasarkan dari apa yang paling mudah dirasakan dengan panca indera sampai yang tak kasat mata.

Pertanyaan mengenai apakah itu realita memang telah menjadi perdebatan di antara para filsuf. Ini mencakup pertanyaan apakah realita adalah hal-hal yang menyangkut objek fisik saja (fisikalisme); apakah hal-hal non-fisik seperti pikiran, gagasan, dan ini (idealisme) juga termasuk dalam realita. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu kemudian berkembang dan berujung pada pertanyaan seperti, "apakah Tuhan itu nyata?"

Inilah hal yang membuat realita adalah hal yang memiliki banyak tingkatan, mulai dari yang paling subjektif sampai yang paling ketat.

Realitas Fenomenologis

10 Kata-kata Bijak Bahasa Inggris dan Artinya Agar Pantang Menyerah
Ilustrasi Menemukan Ide Credit: pexels.com/Bella

Realitas fenomenologis adalah tingkatan yang subjektif. Dalam tingkatan ini, pengalaman pribadi, rasa ingin tahu, pencarian, dan selektivitas terlibat dalam penafsiran pribadi tentang suatu kejadian yang akan membentuk realitas sebagaimana yang dilihat oleh satu pandangan sehingga dapat disebut fenomenologis.

Realitas fenomenologis, bisa jadi merupakan hal umum dan bisa terjadi pada hampir semua orang. Namun di sisi lain, realitas fenomenologis bisa jadi merupakan hal unik, yang hanya terjadi pada sebagian kecil orang saja, sehingga masih ada ruang untuk ketidaksetujuan dan perdebatan.

Pengalaman spiritual termasuk dalam realitas jenis ini. Dari perspektif fenomenologis, realita adalah sesuatu yang secara fenomenal nyata sementara non-realitas dianggap tidak ada. Persepsi individual dapat didasarkan pada kepribadian seorang individu, fokus, dan gaya atribusinya, sehingga membuat pribadi memandang kebenaran sebagai sesuatu yang telah dilihatnya.

Realita dan Kebenaran

Ilustrasi mengungkap kebenaran, kejujuran
Ilustrasi mengungkap kebenaran, kejujuran. (Photo by Brett Jordan on Unsplash)

Realita dan kebenaran sering disalahpahami dan dianggap sesuatu hal yang sama. Padahal keduanya merupakan hal yang berbeda. Perbedaan antara realita dan kebenaran bisa dilihat dari definisi masing-masing.

Kebenaran

Para filsuf telah memperdebatkan definisi kebenaran selama berabad-abad. Sepanjang sejarah filsafat, definisi kebenaran terus dikaji dan dianalisis. Definisi kebenaran yang paling umum menghubungkan proposisi dengan fakta dunia nyata.

Dengan kata lain, menetapkan kebenaran bergantung pada fakta sebagaimana adanya, dan keyakinan atau proposisi didefinisikan sebagai benar jika keyakinan atau proposisi tersebut sesuai dengan fakta di dunia nyata. Logika dan bukti empiris mengatur dunia nyata, jadi kebenaran harus memenuhi standar ini.

Menurut para filsuf, proposisi yang sesuai dengan realitas eksternal memenuhi definisi kebenaran ini. Lebih tepatnya, para filsuf membingkai ini sebagai teori kebenaran korespondensi.

Teori kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling terkenal, terdiri dari proposisi yang sesuai dengan fakta yang diterima sebagaimana adanya di dunia luar kita. Misalnya, proposisi, di luar jendela sedang hujan, adalah benar jika di luar jendela (di dunia luar) sedang hujan.

Selain itu, proposisi didasarkan pada pengalaman dan fakta. Hujan turun seperti hujan sebelumnya di masa lalu, dan kebenaran proposisi konsisten dengan fakta yang diterima seperti kesepakatan tentang apa yang kita anggap hujan di luar. Oleh karena itu, dunia luar adalah independen, dan kebenaran harus sesuai dengan dunia eksternal independen itu.

Kebenaran dapat dibuktikan dengan fakta dan pengalaman yang diterima tentang dunia luar. Dengan demikian, prinsip nonkontradiksi menyatakan bahwa dua proposisi atau pernyataan yang berlawanan tidak mungkin keduanya benar.

Prinsip nonkontradiksi menyatakan bahwa ada kebenaran yang berlawanan. Hanya satu pernyataan yang bisa benar, yang akan ditentukan sesuai dengan fakta tentang dunia luar yang independen.

Kembali pada contoh hujan, hujan bisa mulai dan kemudian berhenti, akan tetapi tidak mungkin di satu tempat dan waktu yang sama bisa terjadi hujan dan tidak hujan. Oleh karena itu, kebenaran suatu pernyataan dapat dibuktikan dengan tetap berpegang pada prinsip non-kontradiksi karena dunia luar bersifat independen, berdasarkan logika, dan ditentukan secara empiris.

Realita

Realitas adalah sesuatu yang telah ada sejak masa lalu sedangkan kebenaran seperti penemuan yang harus ditemukan dengan bantuan fakta. Realitas adalah sesuatu yang tidak berubah baik di masa sekarang maupun di masa depan, sedangkan kebenaran berubah pada waktunya.

Misalnya, gerak planet adalah kenyataan yang ada sejak dahulu kala. Akan tetapi manusia memahami itu sebagai kebenaran setelah mengembangkan berbagai teori dalam waktu yang lama. Dengan demikian, seseorang dapat menyimpulkan bahwa realitas adalah sebagaimana adanya tetapi kebenaran berubah seiring waktu, dengan persepsi orang dalam berbagai situasi. Selanjutnya, persepsi manusia dan titik referensi adalah penentu utama kebenaran dan tindakan manusia dipengaruhi berdasarkan kebenaran yang dirasakannya.

Sederhananya, realita adalah sesuatu yang tidak dipertanyakan, sedangkan kebenaran masih dapat dipertanyakan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa realitas itu asli. Memang faktor otentisitas yang memisahkan realitas dari kebenaran.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya