Burnout adalah Kondisi Psikologis, Pahami Gejala dan Penyebabnya

Burnout adalah sebuah kondisi psikologis yang dialami oleh seseorang ketika merasa kelelahan fisik dan emosional secara berlebihan

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 24 Mar 2023, 15:15 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2023, 15:15 WIB
burnout
Burnout dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik (Credit: Unsplash/Kinga Cichewicz)

Liputan6.com, Jakarta Burnout adalah suatu kondisi psikologis yang terjadi, ketika seseorang mengalami kelelahan emosional dan fisik berkepanjangan, akibat dari stres kronis yang dialami dalam pekerjaan atau aktivitas lainnya. Burnout ditandai oleh perasaan kelelahan yang berlebihan, kehilangan semangat dan motivasi, serta kesulitan dalam berkonsentrasi.

Burnout adalah kondisi kelelahan, ketika seseorang mengalami tekanan atau tuntutan yang terus-menerus tanpa adanya dukungan, atau waktu yang cukup untuk istirahat dan pemulihan. Kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja, termasuk pada orang yang bekerja di bidang yang penuh tekanan, pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang intensif, atau dalam situasi lingkungan yang tidak menyenangkan. 

Burnout adalah kondisi psikologis yang bisa mempengaruhi kesejahteraan fisik dan mental seseorang, sehingga penting untuk mengenali gejala burnout dan mengambil tindakan untuk mencegah atau mengatasi burnout. Penyebab burnout sendiri bisa beragam, tetapi umumnya terkait dengan faktor-faktor yang memicu stres kronis dalam kehidupan sehari-hari. 

Berikut ini pengertian burnout, gejala dan penyebab burnout yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (24/3/2023). 

Gejala

Ilustrasi burnout
Ilustrasi burnout. (Photo by Anna Tarazevich from Pexels)

1. Kelelahan emosional

Gejala pertama dari burnout adalah kelelahan emosional. Seseorang yang mengalami burnout akan merasa kelelahan secara emosional, dan merasa tidak mampu lagi menangani tuntutan dari pekerjaannya atau aktivitasnya. Hal ini ditandai dengan perasaan lelah yang berkepanjangan, sulit untuk merasa segar kembali setelah istirahat, dan merasa terus-menerus terbebani oleh pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan. Kelelahan emosional ini dapat membuat seseorang merasa tidak tertarik lagi dengan pekerjaan atau aktivitasnya.

2. Kelelahan fisik

Gejala ini meliputi perasaan kelelahan yang berlebihan, bahkan setelah istirahat yang cukup, energi yang rendah, dan kesulitan untuk menghadapi rutinitas harian. Orang yang mengalami kelelahan fisik juga dapat merasakan gejala fisik lain seperti sakit kepala, sakit otot, dan gangguan pencernaan.

3. Depersonalisasi

Gejala ini meliputi perasaan menjauh dari lingkungan sosial dan perasaan terisolasi. Orang yang mengalami depersonalisasi, mungkin merasa sulit untuk terhubung dengan orang lain, kehilangan minat dalam aktivitas sosial, dan merasa bahwa hubungan interpersonal sulit dijaga. Mereka juga dapat merasa tidak berdaya dan tidak berguna.

Beberapa gejala burnout lainnya termasuk kesulitan berkonsentrasi, kehilangan minat pada pekerjaan atau aktivitas yang biasa disukai, kesulitan untuk membuat keputusan, dan merasa tidak memiliki kontrol atas situasi. Orang yang mengalami burnout juga mungkin merasa tidak memiliki dorongan atau motivasi untuk melakukan tugas-tugas sehari-hari. Penting untuk diingat bahwa gejala burnout dapat berbeda pada setiap individu dan tidak selalu muncul secara bersamaan. 

Penyebab Burnout

Ilustrasi Job Burnout
Ilustrasi Job Burnout. (Dok. Andrea Piacquadio/Pexels/Brigitta Bellion).

1. Beban kerja yang berlebihan

Seseorang yang mengalami beban kerja yang terlalu berat atau deadline ketat, dapat membuatnya merasa stres dan tertekan. Hal ini dapat terjadi ketika seseorang merasa harus bekerja lebih dari jam kerja yang seharusnya, atau merasa harus selalu bekerja dengan tingkat performa yang tinggi. Beban kerja yang terlalu berat dan terus menerus tanpa adanya waktu untuk istirahat, dapat memicu terjadinya burnout.

2. Kurangnya dukungan sosial 

Dukungan sosial dan dukungan dari atasan sangat penting, untuk membantu seseorang mengatasi stres dan tekanan dalam pekerjaan. Kurangnya dukungan sosial, dapat membuat seseorang merasa terisolasi dan kesepian, sedangkan kurangnya dukungan dari atasan membuat pekerja atau karyawan merasa tidak dihargai dan tidak diakui atas usahanya. Jika perasaan ini dibiarkan terus berlanjut, maka dapat menyebabkan kelelahan dan kejenuhan pada pekerjaan.

3. Kurangnya kontrol atau otonomi dalam pekerjaan

Seseorang yang tidak memiliki kendali atau otonomi dalam pekerjaannya, mungkin merasa kehilangan rasa kontrol dalam hidupnya. Kurangnya otonomi dapat membuat seseorang merasa terkekang, dan tidak dapat membuat keputusan yang penting dalam pekerjaannya. Kondisi ini dapat membuat seseorang merasa tidak memiliki kontrol atas kehidupannya, dan menyebabkan stres dan kecemasan yang berlebihan.

4. Konflik antar rekan kerja atau atasan

Konflik di tempat kerja, dapat membuat suasana kerja menjadi tidak nyaman dan memicu stres. Konflik antar rekan kerja atau atasan dapat terjadi, ketika perbedaan pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Konflik yang tidak terselesaikan dengan baik, dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman dan tidak bahagia di tempat kerja, yang dapat berkontribusi pada terjadinya burnout.

5. Ketidakjelasan dalam tugas atau tanggung jawab

Ketidakjelasan mengenai tugas atau tanggung jawab yang harus dilakukan, dapat membuat seseorang merasa bingung dan tidak yakin apa yang harus dilakukan. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan dan stres yang berlebihan, dan membuat seseorang merasa tidak produktif. Ketidakjelasan dalam tugas atau tanggung jawab, juga dapat membuat seseorang merasa tidak percaya diri dan meragukan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas.

6. Kurangnya waktu istirahat dan pemulihan

Seseorang yang terus menerus bekerja tanpa waktu istirahat dan pemulihan yang cukup, mungkin mengalami kelelahan dan stres yang berlebihan. Ketika seseorang tidak memiliki waktu untuk merelaksasikan diri dan memulihkan energi, maka dapat memicu terjadinya kejenuhan dan burnout.

Cara Mengatasi Burnout

Cara Agar Karyawan Berani Berbicara Tentang Kesehatan Mental
1 dari 3 karyawan mengalami burnout atau kelelahan yang berdampak pada hasil pekerjaan yang tidak maksimal. Credits: pexels.com by Andrea Piacquadio

1. Lakukan aktivitas yang menyenangkan

Lakukan aktivitas yang menyenangkan di luar pekerjaan, untuk mengurangi stres dan membantu seseorang merelaksasikan diri. Contohnya adalah berolahraga, meditasi, yoga, bermain musik, atau melakukan kegiatan kreatif lainnya. Olahraga terbukti dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental, mengurangi stres, dan meningkatkan kualitas tidur. Meditasi dan yoga juga dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan konsentrasi.

2. Ambil cuti atau istirahat

Jika memungkinkan, ambil cuti atau istirahat selama beberapa hari atau minggu. Ini dapat membantu seseorang memulihkan energi, dan memperbaiki keseimbangan hidupnya. Jangan takut untuk mengambil cuti atau istirahat, jika merasa membutuhkannya. Pekerjaan yang berlebihan dapat mengakibatkan kelelahan dan stres yang berlebihan, dan mengambil waktu untuk diri sendiri dapat membantu mengatasi hal tersebut.

3. Kurangi beban kerja

Jika beban kerja terlalu berat, bicaralah dengan atasan untuk mencari solusi. Pekerjaan dapat dibagi dengan rekan kerja, atau delegasikan tugas ke orang lain untuk mengurangi beban kerja. Banyak orang merasa sulit untuk mengatasi burnout, karena mereka merasa terjebak dalam rutinitas dan tuntutan kerja yang berlebihan. Oleh karena itu, mengurangi beban kerja dapat membantu mengatasi burnout.

4. Tingkatkan dukungan sosial

Cari dukungan dari keluarga, teman, atau rekan kerja. Bicaralah dengan seseorang yang dapat dipercaya, dan yang dapat memberikan saran dan dukungan. Dukungan sosial dapat membantu seseorang mengatasi stres, dan mengurangi risiko mengalami burnout. Jika merasa kesulitan untuk mencari dukungan sosial, bergabunglah dengan kelompok atau komunitas, yang memiliki minat yang sama atau bekerja pada proyek yang membangun hubungan dengan orang lain.

5. Atur waktu dan prioritas dengan bijak

Buat jadwal yang realistis dan atur prioritas dengan bijak. Fokus pada tugas-tugas yang penting, dan manfaatkan waktu dengan efektif. Hal ini dapat membantu seseorang merasa lebih teratur dan terorganisir, dan mengurangi risiko merasa terbebani oleh pekerjaan. Jangan terlalu banyak menyelesaikan tugas yang tidak penting, dan fokuslah pada tugas-tugas yang memberikan dampak yang lebih besar bagi karir dan hidup seseorang.

6. Tingkatkan keterampilan

Pelajari keterampilan baru atau tingkatkan keterampilan yang sudah ada. Ini dapat memberikan tantangan baru, dan meningkatkan rasa percaya diri. Belajar keterampilan baru dapat membantu seseorang mengembangkan diri, memberikan peluang karir yang lebih baik, dan meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang lebih efektif. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya