Pantangan Mengejek Anak Gimbal Dieng, Diyakini Undang Nasib Buruk

Rambut mereka tumbuh secara alami dalam bentuk ikal atau keriting. Masyarakat setempat meyakini, anak gimbal adalah titipan leluhur dan memiliki kedekatan dengan dunia spiritual.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 17 Apr 2025, 03:00 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2025, 03:00 WIB
Bocah Gembel atau anak berambut gimbal, Dieng. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Bocah Gembel atau anak berambut gimbal, Dieng. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)... Selengkapnya

Liputan6.com, Banjarnegara - Masyarakat dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, masih memegang teguh sejumlah larangan adat yang diwariskan turun-temurun. Salah satu pantangan yang paling dijaga adalah larangan mengejek anak berambut gimbal.

Mengutip dari laman Kemenparekraf, pelanggaran aturan ini dapat mendatangkan nasib buruk bagi si pengejek. Anak gimbal merupakan fenomena unik di kawasan Dieng.

Rambut mereka tumbuh secara alami dalam bentuk ikal atau keriting. Masyarakat setempat meyakini, anak gimbal adalah titipan leluhur dan memiliki kedekatan dengan dunia spiritual.

Karena itu, anak-anak ini mendapat perlakuan khusus, termasuk larangan untuk diejek atau diolok-olok. Pantangan mengejek anak gimbal dianggap memiliki konsekuensi nyata.

Kepercayaan yang beredar menyebutkan, orang yang menertawakan atau merendahkan anak gimbal akan mengalami kesialan. Bentuk nasib buruk itu bervariasi, mulai dari sakit mendadak, gagal panen, hingga kecelakaan dalam perjalanan.

Selain larangan mengejek, masyarakat Dieng juga memperlakukan anak gimbal dengan sejumlah aturan lain. Misalnya, mereka tidak boleh dipotong rambutnya secara sembarangan.

Pemotongan rambut gimbal harus melalui prosesi adat yang disebut ruwat gimbal. Ritual ini dilakukan dengan tata cara khusus dan dihadiri oleh tetua adat serta warga setempat.

Kepercayaan terhadap pantangan ini tidak hanya dipegang oleh generasi tua. Generasi muda Dieng juga banyak yang tetap mematuhi aturan adat tersebut.

Mereka menganggap, melanggar larangan berarti tidak menghormati leluhur. Beberapa warga bahkan mengaku pernah menyaksikan langsung orang yang mengalami musibah setelah mengejek anak gimbal.

Larangan adat ini juga berpengaruh pada interaksi wisatawan dengan anak gimbal. Pengunjung Dieng sering kali diingatkan untuk tidak bersikap kurang sopan, seperti memotret tanpa izin atau mengolok-olok penampilan mereka.

Selain pantangan terkait anak gimbal, Dieng memiliki sejumlah larangan adat lain yang masih diikuti. Contohnya, warga tidak boleh menebang pohon besar tanpa izin tetua adat.

Ada juga kepercayaan bahwa mengambil benda-benda dari sekitar kawah dapat mendatangkan malapetaka. Aturan-aturan ini turut menjaga kelestarian alam Dieng.

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya