'Bajapuik' Tradisi Unik Pernikahan Minang, Perempuan Beri Uang kepada Laki-Laki

Pesta pernikahan kemudian dilaksanakan, diawali dengan tradisi berbalas pantun antara perwakilan kedua keluarga. Tradisi bajapuik bukan sekadar pemberian materi, melainkan mengandung filosofi kehidupan masyarakat Minangkabau.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 17 Apr 2025, 04:00 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2025, 04:00 WIB
Pernikahan adat minang
Selebriti yang menikah dengan adat minang. [Instagram/enzystoria] [Instagram/thedharmawangsa]... Selengkapnya

Liputan6.com, Padang - Dalam adat pernikahan Minang di Pariaman, Sumatera Barat, terdapat tradisi unik bernama bajapuik. Berbeda dengan kebanyakan budaya di Indonesia, keluarga mempelai perempuan justru memberikan sejumlah uang kepada pihak laki-laki sebagai bentuk penghargaan.

Mengutip dari berbagai sumber, prosesi pernikahan bajapuik dimulai ketika keluarga perempuan, diwakili oleh ninik mamak (paman dari pihak ibu), mendatangi keluarga laki-laki untuk menyampaikan niat pernikahan. Jika disetujui, tahap berikutnya adalah tunangan, di mana keluarga perempuan kembali membawa makanan sebagai tanda penghormatan.

Selanjutnya, kedua keluarga berunding untuk menentukan besaran uang japuik, yaitu pemberian dari perempuan kepada laki-laki. Jumlahnya bervariasi, tergantung kesepakatan dan kemampuan ekonomi keluarga.

Selain uang japuik, ada juga uang ilang, yang diberikan sebagai simbol pengganti jika ada pembatalan sepihak. Setelah kesepakatan tercapai, keluarga perempuan menjemput mempelai pria dengan membawa uang japuik.

Pesta pernikahan kemudian dilaksanakan, diawali dengan tradisi berbalas pantun antara perwakilan kedua keluarga. Tradisi bajapuik bukan sekadar pemberian materi, melainkan mengandung filosofi kehidupan masyarakat Minangkabau.

Pertama, uang japuik dimaknai sebagai bentuk penghargaan kepada laki-laki yang akan menjadi suami. Kedua, uang tersebut dapat digunakan untuk modal membangun rumah tangga.

Bajapuik merupakan tradisi unik yang tidak diterapkan di seluruh wilayah Minangkabau. Melainkan, hanya di beberapa daerah tertentu seperti Pariaman.

Dalam praktiknya, tradisi ini memiliki kekhasan tersendiri di mana uang japuik yang diberikan tidak selalu berbentuk uang tunai, namun juga bisa berupa emas atau barang-barang berharga lainnya sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak keluarga.

Aspek menarik lainnya dari tradisi Bajapuik adalah ketentuan mengenai uang ilang jika pernikahan batal dilaksanakan. Berbeda dengan pemahaman umum, uang ilang ini tidak harus dikembalikan secara utuh kepada pihak perempuan.

Besaran pengembalian sangat bergantung pada penyebab pembatalan pernikahan tersebut. Biasanya diputuskan melalui musyawarah antarkeluarga dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang melatarbelakangi pembatalan tersebut.

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya