Liputan6.com, Jakarta Vaksinasi merupakan langkah penting untuk mencegah penyebaran virus, salah satunya COVID-19. Vaksin COVID-19 menghasilkan perlindungan terhadap penyakit, sebagai hasil dari pengembangan respons imun terhadap virus SARS-Cov-2. Saat ini, vaksinasi begitu digencarkan di seluruh dunia untuk menekan COVID-19.
Mendapatkan vaksinasi juga dapat melindungi orang-orang di sekitar. Ini karena jika seseorang terlindungi dari infeksi dan penyakit, ia cenderung tidak menulari orang lain. Di Indonesia, saat ini sudah ada 10 jenis vaksin COVID-19 yang digunakan.
Advertisement
Baca Juga
8 dari 10 vaksin ini merupakan jenis vaksin dosis ganda, dan dua lainnya merupakan vaksin dosis tunggal. Vaksin dosis tunggal adalah vaksin yang hanya diberikan sekali. Dua vaksin dosis tunggal yang mulai digunakan saat ini adalah vaksin Janssen dan Convidecia.
Selain kedua vaksin ini, ada juga vaksin dosis tunggal yang masih dikembangan di Rusia. Seperti apa cara kerja ketiga vaksin dosis tunggal ini dan bagaimana kemanjurannya?
Berikut 3 vaksin COVID-19 dosis tunggal, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Minggu(17/10/2021).
Janssen
Vaksin Janssen atau Johnson & Johnson merupakan jenis vaksin dosisi tunggal untuk mencegah COVID-19. Vaksin Janssen juga disebut Ad26.COV2.S, dikembangkan oleh Janssen Pharmaceuticals dari Johnson & Johnson. Vaksin ini dikategorikan sebagai vaksin vektor virus.
Bentuk vaksin ini menggunakan virus berbeda yang tidak berbahaya untuk mengirimkan instruksi genetik untuk membuat protein lonjakan permukaan virus SARS-CoV-2. Ia memicu respons imun tubuh untuk menghasilkan antibodi. Vaksin ini tidak mengandung virus SARS-CoV-2 dan tidak dapat menyebabkan COVID-19.
Advertisement
Kemanjuran vaksin Janssen
Menurut keterangan WHO, dosis tunggal Janssen Ad26.COV2.S ditemukan dalam uji klinis memiliki kemanjuran 66,9% terhadap infeksi SARS-CoV-2 gejala sedang dan berat. Di Indonesia, vaksin Janssen sudah mengantongi izin penggunaan darurat dari Badan POM pada tanggal 7 September 2021 lalu.
Dalam menangkal varian Delta, dengan vaksin Janssen setidaknya memiliki kesempatan 71 kali untuk mencegah rawat inap dan 95% mencegah risiko kematian akibat Delta. Keamanan dari vaksin Janssen setelah mendapatkan suntikan diantaranya lokal dan sistemik.
Vaksin Janssen bisa menimbulkan sejumlah efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Efek ini bisa berupa sakit kepala, demam, kelelahan, nyeri otot, mual, rasa sakit, iritasi, kemerahan, dan bengkak di tempat suntikan.
Convidecia
Vaksin convidecia atau AD5-nCOV merupakan vaksin COVID-19 dosis tunggal yang dikembangkan oleh CanSino Biologics. Indikasi penggunaan Convidecia pada orang berusia 18 tahun ke atas, dengan pemberian sekali suntikan atau dosis tunggal sebanyak 0,5 mL secara intramuscular. Memerlukan kondisi penyimpanan pada suhu khusus, yaitu 2-8oC.
Platform vaksin ini juga Non-Replicating Viral Vector, tapi vector yang digunakan adalah Adenovirus (Ad5). Convidecia adalah vaksin vektor virus mirip dengan AstraZeneca's AZD1222 dan Gamaleya's Gam-COVID-Vac. Ad5-nCOV dapat disimpan dalam kondisi dingin yang tidak terlalu ekstrem dibandingkan dengan vaksin mRNA.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dari pemberian Vaksin Convidecia menunjukkan reaksi ringan hingga sedang. KIPI lokal yang umum terjadi, antara lain nyeri, kemerahan, dan pembengkakan, serta KIPI sistemik yang umum terjadi adalah sakit kepala, rasa lelah (fatique), nyeri otot (myalgia), mengantuk, mual (nausea), muntah, demam (pyrexia), dan diare.
Advertisement
Kemanjuran vaksin Convidecia
Pada Februari 2021, data yang dirilis dari analisis sementara uji coba Fase III dengan 30.000 peserta dan 101 kasus COVID menunjukkan bahwa secara global, vaksin tersebut memiliki kemanjuran 65,7% untuk mencegah kasus COVID-19 sedang dan kemanjuran 90,98% untuk mencegah kasus yang parah.
Vaksin ini diproduksi oleh CanSino Biological Inc, China. DI Indonesia, vaksin ini didaftarkan oleh PT Bio Farma sebagai pemegang izin EUA yang akan bertanggungjawab untuk penjaminan keamanan, khasiat, dan mutu vaksin di Indonesia. Vaksin ini disetujui penggunaan daruratnya oleh BPOM pada waktu yang sama dengan vaksin Janssen.
Sputnik Light
Sputnik Light merupakan jenis vaksin dosis tunggal yang dikembangkan di Rusia. Vaksin ini merupakan pengembangan dari vaksin Sputnik V yang dikembangkan oleh Institut Penelitian Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya Rusia.
Sputnik Light terdiri dari dosis pertama vaksin Sputnik V, yang didasarkan pada vektor Ad26, dan dapat disimpan pada suhu lemari es normal 2–8 °C. Keunggulan utama yang dimiliki versi Light dibandingkan versi V standar adalah memungkinkan pengiriman vaksin sekali pakai dengan cepat ke suatu negara di tengah wabah COVID-19 yang akut.
Efek samping yang dilaporkan orang setelah menerima Sputnik Light, sejauh ini, mirip dengan vaksin COVID-19 lainnya. Mereka termasuk nyeri ringan di tempat suntikan, demam, sakit kepala, kelelahan, dan nyeri otot.
Advertisement
Kemanjuran vaksin Sputnik Light
Vaksin ini belum masuk ke Indonesia. Vaksin ini juga belum menerima izin untuk penggunaan darurat dari European Medicines Agency (EMA) atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Vaksin umumnya dianggap efektif jika perkiraannya 50% dengan batas bawah >30% dari interval kepercayaan 95%. Pada September 2021, tidak ada studi tentang Sputnik Light yang melaporkan interval kepercayaan, sehingga tidak mungkin untuk mengetahui keakuratan perkiraan.
Namun, dalam penelitian di negara asalnya, Sputnik Light terbukti 79,4 persen efektif ketika pertama kali mengantongi izin penggunaan pada Mei.