Etnosentrisme adalah Cara Pandang dalam Berbudaya, Kenali Dampaknya

Etnosentrisme kerap memiliki konotasi negatif.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 10 Jun 2023, 07:30 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2023, 07:30 WIB
Ilustrasi perbedaan
Ilustrasi perbedaan (sumber: Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Etnosentrisme adalah bagian dari ilmu sosial dasar. Etnosentrisme adalah istilah yang tidak hanya terbatas pada antropologi tetapi juga dapat diterapkan pada bidang ilmu sosial lain seperti sosiologi atau psikologi.

Istilah etnosentrisme banyak digunakan untuk menilai sebuah cara pandang terhadap suatu kelompok. Terkadang, etnosentrisme kerap memiliki konotasi negatif di dalam masyarakat.

Etnosentrisme adalah kecenderungan alamiah dari psikologi manusia. Cara pandang ini bisa dengan alami hadir dalam pemikiran seseorang di suatu kelompok. Etnosentrisme adalah konsep yang sangat terkait dengan relativisme budaya.

Etnosentrisme adalah pemikiran yang mengimplikasikan identifikasi yang kuat dengan anggota dalam kelompok. Etnosentrisme adalah perilaku yang dipelajari dan tertanam dalam berbagai keyakinan serta nilai-nilai individu atau kelompok.

Etnosentrisme adalah ilmu yang dapat dijelaskan pada berbagai tingkat analisis. Berikut pengertian tentang etnosentrisme, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu(25/11/2020).

Pengertian etnosentrisme

Ilustrasi Kerja Sama, Berkumpul
Ilustrasi kerja sama, berkumpul (Photo by Ali Yahya on Unsplash)

Etnosentrisme adalah praktik memandang dan menilai budaya orang lain berdasarkan nilai dan kepercayaannya sendiri. Istilah etnosentrisme berasal dari dua kata Yunani: "ethnos," yang berarti bangsa, dan "kentron," yang berarti pusat. Ini artinya etnosentrisme adalah bangsa yang menjadi sebuah pusat.

Etnosentrisme adalah keyakinan bahwa kelompok satu budaya atau etnis lebih unggul daripada kelompok budaya atau etnis lain.

Etnosentrisme adalah perilaku menerapkan budaya atau etnis sendiri sebagai kerangka acuan untuk menilai budaya, praktik, perilaku, kepercayaan, dan orang lain. Dalam ilmu sosial, etnosentrisme adalah menilai budaya lain berdasarkan standar budaya sendiri, bukan standar budaya tertentu lainnya.

Ketika orang menggunakan budaya mereka sendiri sebagai parameter untuk mengukur budaya lain, mereka sering cenderung menganggap budaya mereka lebih unggul dan melihat budaya lain sebagai inferior dan aneh. Ini membuat sikap etnosentrisme dipandang negatif.

Praktik etnosentrisme dalam interaksi sosial menciptakan batas-batas sosial. Batas-batas tersebut mendefinisikan dan menggambarkan batas-batas simbolis dari kelompok yang ingin dikaitkan atau dimiliki seseorang.

Faktor penyebab etnosentrisme

Berkumpul dengan Support Group
Ilustrasi Support Group Credit: pexels.com/Jopwell

Sejarah

Sejarah menjadi salah satu terbentuknya sikap etnosentrisme. Ketika seseorang memiliki kaitan erat dengan sejarah kelompoknya di masa lalu, ini akhirnya bisa berubah menjadi sebuah identitas. Ini membuat individu atau kelompok tersebut merasa memiliki kebudayaan dan sejarah tersebut. Berbagai identitas tersebut yakni berupa bahasa, kebiasaan, hingga peristiwa masa lalu yang berasal dari nenek moyang.

Multikulturalisme

Adanya budaya yang beragam bisa menjadi faktor munculnya etnosentrisme. Dengan kondisi lingkungan sosial yang beragam tersebut, terkadang timbul perasaan untuk membandingkan hingga terjadi konflik. Hal ini rentan terjadi saat beberapa kebudayaan saling bertemu.

Faktor penyebab etnosentrisme

etnosentrisme
etnosentrisme (sumber: Pixabay)

Politik

Ketika individu atau kelompok ingin mencapai suatu kekuasaan yang dilegitimasi, biasanya akan timbul dengan sendirinya perasaan fanatisme terhadap identitas yang melekat padanya. Hal ini lantaran politik seringkali dianggap sebagai suatu wadah yang tepat untuk melancarkan kepentingan pribadi hingga kelompok.

Loyalitas yang tinggi

Sebuah budaya yang kuat membuat individu dalam kelompok memiliki rasa loyalitas yang lebih dalam dan lebih cenderung mengikuti norma dan mengembangkan hubungan dengan anggota terkait. Ini bisa menimbulkan sikap etnosentrisme terhadap suatu kelompok.

Dampak negatif etnosentrisme

Ilustrasi Marah
Ilustrasi marah (dok. Pixabay.com/Putu Elmira)

Menyebabkan konflik horizontal

Membanggakan budaya sendiri dan melihat rendah budaya lain dapat memicu konflik sesama warga negara. Terlebih jika paham etnosentrisme tersebut tidak hanya melekat pada seorang individu saja.

Menghambat integrasi

Etnosentrisme juga dapat menghambat tumbuhnya integrasi suatu budaya. Padahal, berbagai budaya tersebut dapat saling melengkapi antara satu sama lain sehingga tidak tercipta suatu konflik yang berarti.

Menurunkan objektivitas ilmu

Etnosentrisme juga dapat menurunkan perkembangan ilmu pengetahuan. Sebab, seorang individu tersebut akan lebih mengedepankan sisi subjektivitas dibandingkan dengan objektivitas dalam menilai sesuatu.

Dampak positif etnosentrisme

Faktor yang Membangkitkan Semangat Nasionalisme
Ilustrasi Budaya Masyarakat Indonesia Credit: unsplash.com/Ruben

Dari sudut pandang ini, seseorang mungkin membingkai budaya lain sebagai budaya yang aneh, eksotis, menarik, dan bahkan sebagai masalah yang harus diselesaikan.

Namun jika disikapi dengan benar, ketika seseorang menyadari bahwa banyak budaya di dunia memiliki keyakinan, nilai, dan praktiknya sendiri yang telah berkembang dalam konteks sejarah, politik, sosial, material, dan ekologis tertentu dan masuk akal bahwa budaya tersebut akan berbeda dari budayanya sendiri.

Ini membuat kesimpulan bahwa tidak ada yang selalu benar atau salah, baik atau buruk. Ini sebabnya, etnosentrisme termasuk dalam konsep relativisme budaya.

Efek etnosentrisme dalam masyarakat

Sebuah penelitian di Selandia Baru membandingkan bagaimana individu berasosiasi dengan kelompok dalam dan kelompok luar. Ini membuat etnosentrisme memiliki konotasi terhadap diskriminasi. Favoritisme dalam kelompok yang kuat menguntungkan kelompok dominan.

Etnosentrisme melibatkan identifikasi yang kuat dengan kelompok dalam, sebagian besar secara otomatis mengarah pada perasaan negatif dan stereotip terhadap anggota kelompok luar. Ini dapat disalahartikan sebagai rasisme.

Etnosentrisme juga memengaruhi preferensi konsumen atas barang yang mereka beli. Sebuah studi yang menggunakan beberapa orientasi in-group dan out-group telah menunjukkan korelasi antara identitas nasional, kosmopolitanisme konsumen, etnosentrisme konsumen, dan metode konsumen memilih produk mereka, baik impor maupun domestik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya