Liputan6.com, Jakarta Zuhud adalah sifat yang dimiliki manusia untuk memandang dunia dan akhirat. Meski begitu, banyak yang menganggap zuhud adalah upaya melupakan dunia untuk mencintai Allah SWT saja.
Memang benar sifat zuhud adalah mengesampingkan segala yang berkaitan dengan duniawi. Hanya saja banyak yang tak memerhatikan tingkatannya. Zuhud memiliki beberapa tingkatan.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Tingkatan zuhud adalah ada tiga yang dijelaskan Imam Ahmad. Dari ketiga tingkatan ini bisa disimpulkan bahwa kezuhudan seseorang tidak bisa disamaratakan. Tidak pula menuntut dan bisa dilakukan sesuai kemampuan.
Berikut Liputan6.com ulas zuhud adalah melupakan dunia untuk Allah SWT, beserta tingkatan, dan dalilnya dari berbagai sumber, Rabu (4/11/2020).
Zuhud
Zuhud adalah upaya manusia mengalihkan perhatiannya jauh dari dunia. Orang yang bersikap zuhud adalah mereka yang hanya fokus pada kepentingan akhirat atau surgawinya. Meski menurut beberapa pendapat juga menyebutkan, zuhud bukan berarti melupakan dunia.
Jika dilihat secara kasat mata, zuhud adalah praktik yang tak memerlukan harta kekayaan di dunia. Tak hidup dengan mencari harta kekayaan seperti manusia kebanyakan. Orang yang zuhud hanya mencari harta seperlunya, asal cukup untuk bertahan hidup di dunia.
Bisa dikatakan, zuhud adalah keputusan melupakan dunia untuk mencintai Allah SWT saja. Melupakan angan-angan dan hanya melihat dunia dari sudut pandang “tidak membutuhkannya”. Zuhud adalah mengganggap kecil dunia.
Advertisement
Zuhud Menurut Ahli
Imam Abu Sulaiman Ad-Darani
Zuhud adalah meninggalkan segala sesuatu yang menyibukkan seseorang dari Allah SWT.
Imam Sufyan Ats-Tsauri
Zuhud adalah terbatasnya angan-angan.
Imam Junaidi
Zuhud adalah mengganggap kecil dunia dan menghapus pengaruhnya di hati.
Wahib bin Ward
Zuhud adalah tidak merasa putus asa tatkala harta benda dunia terlepas dari genggaman dan tidak merasa senang ketika ada perkara dunia yang datang.
Ibu ‘Ajibah
Zuhud adalah terbebasnya hati dari ketergantungan selain kepada Allah SWT.
Tingkatan Zuhud
Menurut Imam Ahmad ada tiga tingkatan zuhud yang bisa dipahami:
1. Orang awam menganggap zuhud adalah meninggalkan keharaman.
2. Orang istimewa (khawash) menganggap zuhud adalah meninggalkan hal-hal yang halal sekalipun melebihi kebutuhannya.
3. Orang sangat istimewa (al-‘arifin) mengganggap zuhud adalah meninggalkan segala sesuatu yang mengganggunya untuk mengingat Allah SWT.
Menurut Abdul Mun’im al-Hasyimi dalam bukunya “Akhlak Rasul” yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, ada lima faktor pemengaruh zuhud:
1. Memikirkan kehidupan akhirat dengan menganggap dunia sebagai ladang akhirat.
2. Menyadari bahwa kenikmatan di dunia bisa memalingkan hari dari mengingat Allah SWT.
3. Menumbuhkan keyakinan bahwa memburu kehidupan dunia saja sangat melelahkan.
4. Menyadari bahwa dunia sebagai bentuk laknat, kecuali dzikir, belajar, mengajar, dan pekerjaan yang hanya ditujukan pada Allah SWT.
5. Merasakan dunia dari sudut pandang hina dan godaan yang bisa membahayakan kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
Advertisement
Dalil Zuhud
Al-Qur’an Surat Al-Hadid ayat 23
لِّكَيْلَا تَأْسَوْا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا۟ بِمَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Likai lā ta`sau 'alā mā fātakum wa lā tafraḥụ bimā ātākum, wallāhu lā yuḥibbu kulla mukhtālin fakhụr
Artinya:
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
Tafsir Al-Mukhtashar:
Agar kalian tidak bersedih atas dunia yang luput dari tangan kalian, kalian juga tidak berbangga dengan apa yang Allah berikan kepada kalian dengan kebanggaan yang mengandung keangkuhan dan kesombongan.
Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang menyombongkan diri dengan dunia yang dimilikinya, membanggakannya di depan orang lain. Orang- orang yang sombong itu adalah orang-orang yang kikir dengan harta mereka, mereka tidak menafkahkannya di jalan Allah, juga menyuruh orang-orang agar bersikap bakhil dengan menghiasinya bagi mereka.
Barangsiapa berpaling dari ketaatan kepada Allah, ia tidak merugikan kecuali dirinya sendiri, dan sama sekali tidak merugikan Allah. sesungguhnya Allah Mahakaya, tidak membutuhkan mahklukNya, juga Maha Terpuji, Pemilik semua sifat yang baik dan sempurna, serta perbuatan baik yang berhak untuk dipuji karenanya.
Doa Rasulullah SAW
Ibnu ‘Umar pernah mendengar Rasulullah SAW melantunkan doa, “Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini.” (HR.Tirmidzi, An Nasa’i, Al Hakim, dan Al Baghawi)
Dalil Zuhud
Al-Qur’an Surat Shad ayat 17
ٱصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَٱذْكُرْ عَبْدَنَا دَاوُۥدَ ذَا ٱلْأَيْدِ ۖ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ
Iṣbir 'alā mā yaqụlụna ważkur 'abdanā dāwụda żal-aīd, innahū awwāb
Artinya:
“Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan).”
Tafsir Kementerian Agama Saudi Arabia:
Hai Rasulullah, bersabarlah atas perkataan mereka yang tidak ingin kamu dengar dan takut akan mendatangkan azab itu. Dan ingatlah hamba dan nabi Kami, Daud, orang yang memiliki kekuatan untuk menjalankan ketaatan Allah, dan memiliki kesabaran dan kekuatan dalam melawan musuh-musuh Allah; dia senantiasa bertaubat kepada Allah dan menuju apa yang Allah ridhai.
Al-Qur’an Surat Al-A’la ayat 16
بَلْ تُؤْثِرُونَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا
Bal tu`ṡirụnal-ḥayātad-dun-yā
Artinya:
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.”
Tafsir Kementerian Agama Saudi Arabia:
Akan tetapi orang-orang kafir tidak mempedulikan kemenangan itu; namun lebih menginginkan kehidupan dunia. Mereka jauh sekali dari usaha untuk meraih kemenangan, dan tidak menghiraukan kehidupan akhirat yang kekal. Jika disebutkan kehidupan akhirat kepada mereka maka mereka akan berpaling darinya, sungguh mereka telah berpaling dari hal yang lebih baik dan lebih kekal.
Al-Qur’an Surat Al-A’la ayat 17
وَٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰٓ
Wal-ākhiratu khairuw wa abqā
Artinya:
“Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.”
Tafsir Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah:
Bersamaan dengan itu, Allah menjelaskan yang tidaklah mereka menjadi (hamba) yang berhasil kecuali mereka jadikan (keimanannya) memberikan dampak dari kelezatan-kelezatan fana yang berlalu begitu saja dengan cepat di dunia, dibandingkan dengan akhirat yang akan datang dan abadi; Mereka menjadikan apa yang menjadikannya berhasil dengan (meninggikan) keadaan hari akhirat yang mereka tidak banyak berpikir (ragu-ragu) yaitu dengan (balasan) mendapatkan surga yang lebih utama dibandingkan dunia.
Nah, itu tadi ulasan mengenai ulas zuhud adalah melupakan dunia untuk Allah SWT, beserta tingkatan, dan dalilnya yang wajib dipahami umat Islam.
Advertisement