Liputan6.com, Jakarta Tradisi dan makna perayaan hari raya Nyepi perlu kamu pahami. Hari raya Nyepi adalah tahun baru umat Hindu berdasarkan kalender Saka. Nyepi berasal dari kata sunyi, senyap, dan tidak ada kegiatan. Hari raya Nyepi atau tahun baru Saka pertama kali diselenggarakan pada tahun 78 Masehi. Pada tahun 2022 ini, hari raya Nyepi bertepatan pada tanggal 2 Maret 2022.
Baca Juga
Pada hari raya Nyepi, umat hindu memilih untuk berdiam diri di rumah dan beribadah tanpa melakukan aktivitas lain termasuk ke luar rumah. Untuk menjaga kekhusyukan, akses internet, saluran tv, hingga jaringan atm juga akan dimatikan untuk sementara. Semua kegiatan di bali ditiadakan seperti tempat makan, pusat perbelanjaan, hingga bandara ditutup. Tetapi, rumah sakit tetap berjalan seperti biasa.
Advertisement
Tradisi perayaan hari raya Nyepi biasanya dilakukan dengan berbagai rangkaian upacara keagamaan. Rangkaian upacara tersebut dilakukan sejak beberapa hari sebelum hari raya Nyepi tiba. Kamu tentunya perlu memahami apa saja aturan dan makna yang terdapat pada perayaan hari raya Nyepi.
berikut liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, rabu (2/3/2022) tentang tradisi dan makna perayaan hari raya nyepi.
Aturan-Aturan dan Makna Hari Raya Nyepi
Aturan dan Tujuan Perayaan Hari Raya Nyepi
Tujuan perayaan nyepi adalah memohon kepada tuhan yang maha esa untuk menyucikan bhuana alit (alam manusia) dan bhuana agung (alam semesta). Oleh karena itu, ada beberapa aturan yang harus ditaati saat hari raya Nyepi.
Pertama adalah amati geni, yaitu larangan menyalakan api atau menunjukkan sifat-sifat amarah yang disimbolkan dengan menyalakan lampu. Selanjutnya yaitu amati lelanguan yaitu larangan melakukan kegiataan foya-foya atau bersenang-senang.
Aturan terakhir adalah amati karya, yaitu larangan melakukan pekerjaan pada perayaan tersebut. Dengan tiga hal tersebut dapat diketahui selain untuk menyucikan alam, nyepi juga diperuntukkan guna menyucikan diri seseorang dengan berdoa dan merenung.
Makna Perayaan Hari Raya Nyepi
Hari raya Nyepi sendiri dirayakan sejak kemenangan suku Saka yang dipimpin Raja Kaniskha I yang dinobatkan menjadi raja dan turunan Saka tanggal 1 (satu hari sesudah tilem) bulan 1 (caitramasa) tahun 01 saka, pada bulan maret tahun 78 Masehi. sejak saat itu, masyarakat Hindu memperingati tahun baru Saka lewat perayaan Nyepi yang dimaknai sebagai hari kebangkitan, toleransi, pembaharuan, kebersamaan, sekaligus kerukunan nasional.
Advertisement
Tradisi Perayaan Hari Raya Nyepi
Dalam perayaannya, umat Hindu mengikuti lima ritual di antaranya Upacara Melasti, Menghaturkan Pemujaan, Tawur Agung, Nyepi, dan Ngembak Geni.
Upacara Melasti
Inti dari Upacara Melasti yakni untuk menyucikan alam manusia (bhuana alit) dan alam semesta (bhuana agung). Upacara ini diselenggarakan di sumber air suci kelebutan, segara, campuran, dan patirtan. Namun, kegiatan ini paling banyak dilakukan di segara. Upacara dilakukan dengan bersembahyang menghadap laut.
Upacara melasti mengusung pralingga atau pratima ida bhatara dengan berkeliling desa sebelum ke laut. Pratima atau patung adalah pengganti arca yang ada di pura. Meskipun terbuat dari kertas, kayu, maupun batu, pratima sangat berharga dan dihormati oleh umat hindu. Tujuan berkeliling desa yakni untuk menyucikan desa berdasarkan kesucian pratima. semua umat melakukan upacara ini dengan khidmat, tertib, dan ikhlas.
Menghaturkan Pemujaan
Setelah melakukan Upacara Melasti, umat hindu mengusung pratima dan segala perlengkapannya langsung menuju balai agung atau pura desa di setiap desa pakraman. Sebelum ngrupuk umat melakukan nyejer, kemudian mereka menghaturkan bhakti atau pemujaan sesuai tujuan utama hari raya nyepi.
Tawur Agung
Dalam bahasa jawa, tawur berarti saur. Dalam bahasa Indonesia memiliki arti melunasi hutang. Di setiap perempatan desa atau pemukiman, mengandung lambang untuk menjaga keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksud yaitu buana alit, buana agung, manusia bhuta, keseimbangan dewa, serta mengubah kekuatan bhuta menjadi dewa yang memiliki harapan dapat memberikan kesejahteraan dan kedamaian.
Acara dilanjutkan dengan ngrupuk atau mebuu-buu di setiap rumah tangga. ini bertujuan untuk membersihkan lingkungan dari pengaruh bhuta kala, yang diartikan sebagai sesuatu yang merusak kehidupan, kemakmuran, kesehatan, dan kesuburan. Acara ngrupuk menghadirkan ogoh-ogoh sebagai simbol bhuta kala sekaligus menunjukkan kreativitas seni dalam budaya bali.
Nyepi
Umat hindu melaksanakan catur brata penyepian yang terdiri dari amati karya, amati geni, amati lelanguan, dan amati lelungan. Amati karya adalah larangan melakukan pekerjaan. Amati geni dilarang menyalakan api, menyalakan lampu, dan menunjukkan perasaan marah. Amati lelanguan merupakan larangan untuk bersenang-senang. Terakhir, amati lelungan yang merupakan larangan untuk melakukan perjalanan atau bepergian keluar rumah.
Ngembak Geni
Ngembak Geni diawali dengan aktivitas baru dengan mesima krama di lingkungan keluarga, tetangga, dan dalam cakupan yang lebih luas. Mesima krama diartikan sebagai dialog antarsesama tentang sesuatu yang sudah terjadi, baru terjadi, dan yang akan datang. Ini juga membicarakan tentang upaya meningkatkan kehidupan lahir batin di masa depan dengan bertumpu pada pengalaman.