Mengapa Kita Harus Menghormati Guru? Ini Adab dan Akhlak kepada Pengajar

Sebenarnya hanya ada satu alasan mengapa kita harus menghormati guru, yakni karena itu adalah perintah agama.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 07 Jun 2023, 15:20 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2023, 14:20 WIB
Ilustrasi guru, mengajar, ruang kelas
Ilustrasi guru, mengajar, ruang kelas. Photo by Max Fischer from Pexels)

Liputan6.com, Jakarta Pemandangan murid-murid yang mencium tangan guru sebelum masuk kelas atau meninggalkan kesal mungkin menjadi hal yang biasa terjadi di sekolah. Itu adalah salah satu perwujudan rasa hormat dari seorang murid kepada guru. Lalu mengapa kita harus menghormati guru?

Sebenarnya hanya ada satu alasan mengapa kita harus menghormati guru, yakni karena itu adalah perintah agama. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

ليس منا من لم يجل كبيرنا و يرحم صغيرنا و يعرف لعالمنا حقه

Artinya: "Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama." (HR. Ahmad dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami).

Jawaban itu mungkin tidak cukup memuaskan bagi murid-murid yang cerdas dan kritis. Namun memang ada beberapa alasan logis yang mendasari mengapa kita harus menghormati guru. Oleh karena itulah, dalam Islam mengenal akhlak dan adab kepada guru.

Berikut adalah sejumlah alasan mengapa kita harus menghormati guru, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (7/6/2023).

Telah Menyampaikan Ilmu

Alasan mengapa kita harus menghormati guru dalah kara itu adalah perintah agama, sebagaimana Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

ليس منا من لم يجل كبيرنا و يرحم صغيرنا و يعرف لعالمنا حقه

Artinya: "Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama." (HR. Ahmad dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami).

Redaksi dalam hadis tersebut disebutkan ulama. Bagi sebagian besar orang, ulama mungkin dipahami sebagai seorang ustadz atau kyai yang mengajarkan ilmu agama. Padahal dari segi bahasa, kata ulama adalah bentuk kata pelaku plural (jama') dari kata alim (bentuk tunggal), yang arti dasarnya adalah "orang yang mengetahui" atau "orang berpengetahuan."

Berdasarkan penjelasan tersebut, orang yang berpengetahuan tidak hanya sebatas pada kyai atau ustadz yang mengajarkan ilmu agama saja, melainkan juga guru, dosen, mentor, tutor, dan siapa saja yang mengajarkan ilmu, termasuk ilmu alam, matematika, ilmu sosial, dan sebagainya.

Ada beberapa alasan mengapa Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk menghormati guru. Salah satu alasan mengapa kita harus menghormati guru karena guru atau orang-orang yang menyampaikan ilmu memiliki kontribusi yang besar sehingga kita dapat mengenal Islam seperti saat ini.

Maka tidak mengherankan jika orang yang berilmu, termasuk guru memiliki kedudukan yang tinggi di hadapan Allah SWT. Tidak hanya mengenal Islam, berkat guru pula kita dapat membaca, menulis, memahami ilmu alam, matematika, ilmu sosial dan ekonomi, sehingga dengan ilmu tersebut kita dapat bertahan hidup dan bekerja untuk mengais rezeki.

Itulah yang menjadi alasan mengapa kita harus menghormati guru. Apa yang telah kita ketahui saat ini, mulai dari mengenal Islam, mengetahui ilmu berhitung, ilmu alam, ilmu ekonomi, ilmu sosial, dan ilmu-ilmu lainnya yang bermanfaat, tidak lepas dari kontribusi guru.

Demi Mendapatkan Ridho Guru

Ilustrasi kata-kata ucapan, hari guru nasional 2020
Ilustrasi kata-kata ucapan, hari guru nasional 2020. (Photo by Sasin Tipchai on Pixabay)

Selain karena kontribusi guru sehingga kita bisa memahami berbagai macam ilmu pengetahuan, alasan mengapa kita harus menghormati guru adalah kita mendapatkan ridhonya. Sebab, ridho guru adalah salah satu sumber kesuksesan seorang murid.

Disebutkan dalam kitab Ta’limul Muta’alim,

اِعْلَمْ، بِأَنَّ طَالِبَ العِلْم لاَيَنَالُ اْلعِلْمَ وَلَا يَنْتَفِعُ بِهِ اِلَّا بِتَعْظِيْمِ اْلعِلْمِ وَاَهْلِهِ وَ تَعْظِيْمِ الاُسْتَاذِ وَتَوْقِيْرِهِ

Artinya: "Ketahuilah, sesungguhnya orang yang mencari ilmu tidak akan memperoleh ilmu dan manfaatnya, kecuali dengan memuliakan ilmu beserta ahlinya, dan menghormati guru."

Banyak sekali cerita-cerita para ulama’ terdahulu yang sebagaian besar mendapatkan kemanfaatan ilmunya bukan hanya lantaran kesungguhannya belajar, namun karena ta’dzimnya kepada guru beliau, seperti yang dicontohkan Imam Syafi’i.

Dikisahkan, suatu hari Imam Syafi'i sedang mengajar santri-santrinya di kelas. Namun tiba-tiba saja beliau dikejutkan dengan kedatangan seorang pria yang berpakaian lusuh, kumal dan kotor, saat itu juga, Imam Syafi'i mendekati dan kemudian memeluknya.

Para santri kaget bukan kepalang, rasa heran melihat pemandangan tersebut, dimana gurunya telah memeluk orang berpakaian kumal serta lusuh tersebut.Salah seorang santri Imam Syafi'i bertanya,

“Siapakah dia wahai guru, sampai engkau memeluknya erat-erat. Padahal ia kumuh, kotor serta menjijikkan?”

Imam Syafi’i menjawab, “Beliau adalah Guruku. Ia telah mengajariku tentang perbedaan antara anjing yang cukup umur dengan anjing yang kecil. Pengetahuan itulah yang membuatku bisa menulis buku fiqih ini.”

Adab dan Akhlak kepada Guru

kemendikbud
Ketua Pengurus Besar (PB) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Irman Yasin Limpo saat melihat siswa belajar di kelas. (Istimewa)

Lalu bagaimana cara kita untuk bisa menunjukkan rasa hormat pada guru dan para ulama? Berdasarkan hadis yang telah disebutkan di atas, bahwa mereka para ulama wajib di perlakukan sesuai dengan haknya. Akhlak serta adab yang baik merupakan kewajiban yang tak boleh dilupakan bagi seorang murid.

Menurut Imam Al-Ghazali dalam risalahnya berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali, ada 10 adab seorang murid terhadap guru.

آداب المتعلم مع العالم: يبدؤه بالسلام ، ويقل بين يديه الكلام ، ويقوم له إذا قام ، ولا يقول له : قال فلان خلاف ما قلت ، ولا يسأل جليسه في مجلسه ، ولا يبتسم عند مخاطبته ، ولا يشير عليه بخلاف رأيه ، ولا يأخذ بثوبه إذا قام ، ولا يستفهمه عن مسألة في طريقه حتى يبلغ إلى منزله، ولا يكثر عليه عند ملله.

Artinya: “Adab murid terhadap guru, yakni: mendahului beruluk salam, tidak banyak berbicara di depan guru, berdiri ketika guru berdiri, tidak mengatakan kepada guru, “Pendapat fulan berbeda dengan pendapat Anda”, tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya ketika guru di dalam majelis, tidak mengumbar senyum ketika berbicara kepada guru.

Tidak menunjukkan secara terang-terangan karena perbedaan pendapat dengan guru, tidak menarik pakaian guru ketika berdiri, tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan hingga guru sampai di rumah, tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah.” (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 431, dikutip dari NU Online)

Untuk lebih sederhana, berikut uraian adab-adab murid kepada guru menurut Imam Al-Ghazali.

  1. Mendahulukan beruluk salam;
  2. Tidak banyak berbicara di depan guru;
  3. Berdiri ketika guru berdiri;
  4. Tidak mengatakan kepada guru bahwa pendapat Fulan berbeda dengan pendapat gurunya;
  5. Tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya sewaktu guru di dalam majelis;
  6. Tidak mengumbar senyum ketika berbicara kepada guru;
  7. Tidak menunjukkan secara terang-terangan karena berbeda pendapat dengan guru;
  8. Tidak menarik pakaian guru ketika berdiri;
  9. Tidak menanyakan suatu persoalan ketika guru masih di dalam perjalanan, tanyakanlah ketika guru sudah sampai di rumah; dan
  10. Tidak banyak mengajukan pertanyaan ketika guru sedang lelah.

Demikian penjelasan mengenai alasan mengapa kita harus menghormati guru.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya