Liputan6.com, Jakarta Dalam masyarakat yang kompleks, berbagai bentuk diskriminasi dan ketidakadilan kerap kali ditemui. Salah satu bentuk diskriminasi yang masih berlangsung hingga saat ini adalah seksisme. Meskipun ada kemajuan signifikan dalam kesetaraan gender, seksisme masih merupakan masalah yang menjadi salah satu bentuk diskriminasi yang banyak ditemui.
Seksisme merupakan sistem yang melibatkan pengabaian, stereotip, prasangka, dan perlakuan tidak adil terhadap seseorang berdasarkan jenis kelaminnya. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, seperti pendidikan, pekerjaan, politik, media, dan bahkan dalam hubungan personal. Seksisme merugikan baik perempuan maupun laki-laki, meskipun perempuan lebih sering menjadi korban utamanya.
Seksisme bukan hanya tentang kekerasan atau pelecehan yang terjadi secara fisik, tetapi juga tentang perlakuan dan sikap yang merendahkan, merugikan, atau membatasi kesempatan individu berdasarkan jenis kelamin seseorang. Kesadaran bahwa seksisme bukan hanya masalah individu tetapi masalah sosial adalah hal yang perlu ditingkatkan untuk mencegah perilaku diskriminasi ini. Berikut ulasan tentang seksime yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (9/6/2023).Â
Advertisement
Seksisme Sebagai Pelanggaran HAM
Istilah seksisme berasal dari kata "seks" yang merujuk pada perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, dan "isme" yang mengindikasikan suatu sistem atau keyakinan yang melibatkan prasangka dan ketidakadilan. Dalam laman Britannica seksisme dijelaskan sebagai prasangka dan anggapan bahwa salah satu jenis kelamin lebih superior atau lebih baik daripada jenis kelamin yang lain. Tindakan seksisme dapat dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan, meskipun yang lebih sering menjadi korban adalah kaum perempuan.Â
Anggapan salah satu jenis kelamin lebih unggul atau lebih rendah daripada jenis kelamin yang lain menciptakan ketimpangan dalam hak, peluang, dan perlakuan antara laki-laki dan perempuan. Seksisme bisa terjadi dalam berbagai bentuk dan tingkat keparahan, mulai dari sikap bias yang tersirat hingga tindakan diskriminatif yang jelas.
Salah satu aspek penting dalam seksisme adalah adanya stereotip jenis kelamin. Stereotip ini menciptakan pandangan yang dangkal dan sempit tentang peran dan karakteristik yang dianggap "wajar" untuk laki-laki dan perempuan. Misalnya, stereotip bahwa laki-laki lebih kuat, agresif, atau kompeten dalam bidang tertentu, sementara perempuan dianggap lebih lemah, emosional, atau hanya cocok untuk pekerjaan rumah tangga.
Seksisme merupakan salah satu bentuk pelanggaran HAM yang dapat ditemukan di berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, politik, media, dan hubungan personal. Misalnya, dalam dunia kerja, seksisme dapat tercermin dalam kesenjangan promosi antara laki-laki dan perempuan, preferensi terhadap laki-laki dalam pengambilan keputusan penting, atau pelecehan seksual yang tidak pantas.
Seksisme Sering Tidak Disadari
Perlu diingat bahwa seksisme tidak hanya merugikan perempuan, tetapi juga dapat merugikan laki-laki. Seksisme dapat merugikan laki-laki kerana ekspektasi yang tidak realistis untuk memenuhi norma maskulinitas yang ketat, seperti menekan emosi dan menunjukkan kekuatan fisik yang berlebihan. Ini menciptakan tekanan dan pembatasan terhadap individu untuk memenuhi standar yang seringkali tidak realistis.
Sayangnya, seksisme sebagai tindakan diskriminasi yang sering tidak disadari. Artinya, seseorang dapat secara tidak sengaja atau tanpa sadar melakukan diskriminasi karena jenis kelamin, baik pada orang lain maupun diri sendiri. Tindakan seksisme yang tidak disadari ini dapat terjadi karena adanya stereotip dan norma sosial yang melekat dalam budaya masyarakat.
Stereotip jenis kelamin yang diterima secara luas dapat mempengaruhi keyakinan, persepsi, dan tindakan anggota masyarakat tanpa disadari. Dengan stereotip yang sudah terkonstruksi dalam diri masyarakat sejak belia, seseorang dapat mempunyai prasangka tanpa menyadarinya, memberikan perlakuan yang berbeda kepada orang berdasarkan jenis kelamin mereka, atau membatasi kesempatan individu secara tidak langsung berdasarkan stereotip yang ada.
Tindakan seksisme yang tidak segera dihentikan dapat menciptakan lingkungan yang tidak inklusif dan mempertahankan status quo yang tidak adil. Penting untuk terus mengembangkan kesadaran diri dan refleksi atas sikap dan perilaku dalam masyarakat.Â
Advertisement
Dampak Seksisme
Seksisme memiliki dampak yang merugikan, baik secara individu maupun secara sosial. Berikut beberapa dampak utama dari seksisme.
1. Ketidaksetaraan dan Pembatasan
Seksisme menciptakan ketidaksetaraan dalam akses terhadap hak, peluang, dan sumber daya antara laki-laki dan perempuan. Ini dapat menghasilkan pembatasan terhadap potensi individu dan menghambat kemajuan mereka dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan pengambilan keputusan.
3. Diskriminasi
Seksisme menyebabkan individu diperlakukan secara tidak adil berdasarkan jenis kelamin mereka. Perempuan sering mengalami diskriminasi dalam hal upah yang lebih rendah, promosi yang lebih sedikit, atau kesulitan mengakses posisi kepemimpinan. Laki-laki juga dapat menghadapi diskriminasi ketika mereka tidak memenuhi stereotip maskulinitas yang ketat.
4. Pengaruh Psikologis
Seksisme dapat berdampak negatif terhadap kesehatan psikologisindividu. Pengalaman konstan dari diskriminasi, stereotip negatif, atau perlakuan tidak adil dapat menyebabkan stres, rendahnya harga diri, kecemasan, depresi, dan gangguan mental lainnya.
5. Kekerasan dan Pelecehan
Seksisme dapat memperburuk risiko kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan. Pandangan yang meremehkan dan objektifikasi perempuan dalam budaya seksis dapat memberikan ruang bagi kekerasan fisik, seksual, dan psikologis terhadap perempuan. Hal ini juga mempengaruhi laki-laki yang mungkin mengalami tekanan untuk menunjukkan dominasi dan kekerasan sebagai tanda maskulinitas.
6. Pembatasan Peran
Seksisme menciptakan harapan dan peran yang sempit berdasarkan jenis kelamin. Ini membatasi kebebasan individu untuk mengejar minat, bakat, dan aspirasi mereka. Perempuan mungkin merasa terbatas dalam pilihan karir atau diharapkan untuk memenuhi peran tradisional sebagai ibu dan pengasuh. Laki-laki juga mungkin merasa terkekang oleh ekspektasi yang mengharuskan mereka untuk menunjukkan kekuatan dan menekan ekspresi emosi.
7. Penghambatan Kemajuan Sosial dan Ekonomi
Seksisme menghambat kemajuan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ketidaksetaraan gender mengurangi kontribusi dan potensi individu dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik, dan inovasi. Hal ini merugikan masyarakat secara keseluruhan dengan mengabaikan sumbangsih berharga yang dapat diberikan oleh individu dari berbagai jenis kelamin.
Upaya Menghindari Seksisme
Menghindari seksisme adalah tanggung seluruh elemen masyarakat untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara. Menghindari seksisme adalah komitmen jangka panjang yang membutuhkan kesadaran, pemahaman, dan tindakan konkret. Melalui upaya bersama, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan setara bagi semua individu, independen dari jenis kelamin mereka. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk menghindari seksisme.
1. Meningkatkan Kesadaran
Penting untuk memiliki kesadaran dan pemahaman yang baik tentang seksisme dan dampaknya. Belajar tentang stereotip gender, prasangka yang mendasari, dan ketidaksetaraan yang ada dalam masyarakat adalah langkah pertama untuk menghindari seksisme. Pendidikan dan pembelajaran terus-menerus akan membantu memperluas pemahaman kita tentang permasalahan ini.
2. Perbaiki Sikap
Tinjau kembali sikap, prasangka, dan perilaku pribadi kita terhadap gender. Perhatikan sikap dan tindakan yang mungkin terkait dengan stereotip, diskriminasi, atau perlakuan tidak adil terhadap laki-laki atau perempuan. Lakukan refleksi diri secara teratur untuk memastikan bahwa kita tidak terjerat dalam pola pikir atau tindakan yang seksis.
3. Jaga Bahasa
Bahasa dapat mempengaruhi persepsi dan pemahaman kita tentang gender. Hindari menggunakan kata-kata atau ungkapan yang meremehkan atau memperkuat stereotip gender. Berkomunikasilah dengan menghormati dan mengakui keberagaman individu, tanpa menggeneralisasi atau mengekang berdasarkan jenis kelamin.
4. Tantang Stereotip Gender
Bertindak aktif untuk menggugah stereotip gender yang sempit dan merugikan. Ajak orang lain untuk mempertanyakan asumsi atau harapan yang tidak adil terhadap laki-laki atau perempuan. Perkuat pemahaman bahwa kemampuan dan minat individu tidak ditentukan oleh jenis kelamin mereka.
5. Fasilitasi Kesetaraan Gender
Dukung kesetaraan gender dengan memperjuangkan kebijakan dan praktik yang adil di tempat kerja, pendidikan, dan masyarakat secara luas. Promosikan keterwakilan yang seimbang dan kesempatan yang setara bagi laki-laki dan perempuan dalam berbagai bidang. Aktif mengamati dan melawan ketidakadilan yang mungkin terjadi di sekitar lingkungan sosial.
Advertisement