Liputan6.com, Jakarta Permukaan bumi sebagian besar ditutupi oleh air. Bumi kerap dijuluki sebagai planet biru, yang terlihat dari luar angkasa. Tak lain warna biru ini berasal dari warna laut. Namun siapa sangka, jika terus berlangsung, perubahan iklim menyebabkan warna laut ikut berubah. Meski sederhana, namun fenomena ini punya dampak serius.
Baca Juga
Advertisement
Lewat satelit Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS), penelitian ini dipimpin oleh MIT dan Pusat Oseanografi Nasional Inggris. Mereka menemukan adanya perubahan warna laut selama 20 tahun terakhir. Perubahan ini berawal dari ekosistem laut yang disebabkan oleh perubahan iklim yang oleh manusia.
"Saya telah melakukan simulasi yang selama bertahun-tahun telah memberitahu saya bahwa perubahan warna laut ini akan terjadi. Melihatnya terjadi secara nyata tidaklah mengejutkan, tetapi cukup menakutkan,” kata Stephanie Dutkiewicz salah satu penulis studi tersebut.
Warna lautan mencerminkan kehidupan yang ada di dalamnya. Permukaan laut mencakup kedalaman sekitar 330 kaki (100 m) di seluruh lautan. Lautan bertemu dengan atmosfer dan menyerap karbon dioksida dari udara. Berikut Liputan6.com merangkum perubahan warna laut akibat perubahan iklim melansir dari New Atlas dan Jurnal Nature, Senin (17/7/2023).
Dampak Warna Laut Biru Berubah Jadi Hijau
Air laut berwarna biru tua memiliki sedikit kehidupan, sedangkan air yang berwarna hijau menunjukkan adanya ekosistem, terutama fitoplankton. Fitoplankton adalah mikroba mirip tumbuhan kecil yang mengandung pigmen hijau bernama klorofil dan menjadi dasar rantai makanan di perairan.
Fitoplankton menjadi makanan bagi zooplankton, kerang, ikan, dan mamalia laut yang lebih besar. Tanpa fitoplankton, banyak rantai makanan laut akan terganggu, yang sangat berdampak pada kehidupan laut dan manusia yang bergantung pada ikan sebagai sumber makanan.
Selain memberikan nutrisi, fitoplankton juga memproduksi oksigen melalui fotosintesis, melepaskannya ke laut dan atmosfer, serta menyerap karbon dioksida. Oleh karena itu, memantau fitoplankton di permukaan laut dapat memberikan indikasi tentang bagaimana mereka merespons perubahan iklim.
Sebelumnya, pengukuran klorofil dalam fitoplankton telah digunakan untuk memperkirakan tren warna laut dalam jangka panjang. Namun, penelitian ini menemukan bahwa diperlukan lebih dari 30 tahun data satelit untuk mendeteksi tren klorofil yang dipengaruhi oleh perubahan iklim.
Advertisement
Metode Pengukuran Gunakan Tujuh Perubahan Warna Laut
MODIS melakukan pengukuran di beberapa pita gelombang dalam spektrum yang terlihat. Dengan menganalisis data dari tahun 2002 hingga 2022 dengan menggunakan tujuh warna lautan. Para peneliti dapat melihat bagaimana warna berubah dari satu wilayah ke wilayah lain selama tahun tertentu memberikan gambaran variasi alami.
Melihat bagaimana variasi ini berubah selama 20 tahun, analisis mereka menunjukkan adanya tren yang jelas, yang melebihi variasi normal dari tahun ke tahun.
Data dunia nyata ini dibandingkan dengan model yang dikembangkan oleh Dutkiewicz pada tahun 2019. Model ini mensimulasikan lautan di Bumi dalam dua skenario: satu dengan peningkatan gas rumah kaca dan satu lagi tanpa peningkatan tersebut.
Cael mengatakan, "Ini menunjukkan bahwa tren yang kita amati bukanlah variasi acak dalam sistem Bumi. Ini konsisten dengan perubahan iklim yang diinduksi manusia. Ini memberikan bukti tambahan tentang bagaimana aktivitas manusia mempengaruhi kehidupan di Bumi dalam skala yang sangat besar."
Warna Laut Mempengaruhi Penyerapan Karbon
Para peneliti menyatakan bahwa temuan studi ini menunjukkan bahwa mengukur warna laut di luar klorofil dapat memberikan cara yang lebih cepat dan lebih sensitif bagi ilmuwan untuk mendeteksi dampak perubahan iklim terhadap ekosistem laut.
Dutkiewicz berkomenta warna laut telah berubah. Mereka tidak bisa dengan pasti mengatakannya, bagaimana hal itu terjadi. Namun, pihaknya dapat menyimpulkan bahwa perubahan warna mencerminkan perubahan komunitas plankton, yang akan berdampak pada segala sesuatu yang memakan plankton
Ini juga akan mempengaruhi seberapa banyak laut menyerap karbon. Pasalnya jenis plankton yang berbeda memiliki kemampuan yang berbeda dalam melakukannya. Jadi, harapan kami orang-orang memandang serius hal ini. Ini bukan hanya prediksi dari model yang mengatakan lautan sedang berubah.
Para peneliti menyatakan bahwa penelitian berkelanjutan diperlukan, dengan menggabungkan data dari beberapa satelit untuk menjelaskan apa yang ditunjukkan oleh tren dalam studi mereka tentang bagaimana ekologi permukaan laut secara tepat berubah.
Advertisement