Liputan6.com, Jakarta - Kelompok Sunni adalah salah satu aliran dalam Islam yang menganut ajaran Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah. Nama "Sunni" berasal dari penyingkatan frasa "Ahlus-Sunnah wal Jama'ah," yang memiliki arti pengikut jalan Nabi dan jamaah yang bersatu. Kelompok sunni, ajarannya mencakup segala hal yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.Â
Ajaran Sunni berdasarkan pada konsep tauhid, yaitu kepercayaan pada keesaan Allah, serta menghormati dan mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW sebagai landasan utama dalam menjalankan ajaran Islam.
Advertisement
Golongan Sunni, memegang prinsip bahwa penerus Nabi dapat dipilih melalui konsensus, dan mereka menganggap kepemimpinan sebagai jabatan yang berkaitan dengan urusan umat dan kepala negara, berbeda dengan peran ajaran tauhid. Sunni mengakui empat madzhab utama, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali, yang merupakan panduan dalam pemahaman dan aplikasi hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Advertisement
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang sunni dan ajarannya, Jumat (11/8/2023).
Â
Golongan yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW
Kelompok Sunni adalah salah satu aliran dalam agama Islam yang memiliki akar teologi aliran Asy'ariah dan Maturidiah. Sebutan "Suni" sebenarnya adalah singkatan dari frasa "Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah," yang memiliki makna penting dalam keyakinan dan ajaran kelompok ini.
Mazhab Sunni menjadi golongan sangat menghormati sunnah Nabi Muhammad SAW, dan mereka memandang sunnah ini sebagai landasan utama dalam menjalankan ajaran Islam. Salah satu keyakinan kunci dalam aliran Sunni adalah bahwa penerus Nabi dapat dipilih melalui konsensus.
Ada empat mahzab besar dalam Islam Sunni yang diakui, yaitu madzab Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali. Seseorang yang mengikuti salah satu dari empat mahzab ini dianggap sebagai Muslim Sunni.
Perbedaan antara Sunni dan Syiah telah menjadi isu kompleks yang sering memicu konflik di antara umat Islam. Akar perbedaan ini berawal dari pertanyaan tentang siapa yang berhak memimpin umat setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Buku "Sunni dan Syiah: Mustahil Bersatu" karya Kholili Hasib mencatat bahwa perpecahan ini terjadi karena Nabi tidak sempat menunjuk pengganti secara langsung, sehingga timbul perdebatan mengenai siapa yang pantas menjadi pemimpin agama Islam pada saat itu yang sedang mengalami perkembangan pesat.
Seiring berjalannya waktu, Islam mengalami perpecahan menjadi beberapa kelompok, termasuk Sunni, Syiah, Khawarij, Mu'tazilah, dan berbagai aliran lainnya. Fenomena ini terus berkembang dan bahkan melahirkan kelompok-kelompok baru seiring berjalannya waktu, menciptakan keragaman dalam pemahaman dan praktik keagamaan Islam.
Istilah"Ahlussunnah wal Jamaah" yang terdiri dari tiga kata, yaitu "ahl," "as-sunnah," dan "jamaah," memiliki makna mendalam. "Ahl" merujuk pada keluarga, pengikut, atau penduduk; "as-sunnah" mengacu pada jalan, cara, atau perilaku yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW; sementara "jamaah" mengartikan orang banyak atau sekelompok manusia yang berkumpul dengan satu tujuan.
Secara istilah, "ahlussunnah" atau kelompok sunni, ajarannya mencakup segala hal yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Seperti ucapan, perilaku, dan ketetapannya. "Jamaah" merujuk pada kesepakatan yang dihasilkan oleh para sahabat Nabi pada masa khulafaur rasyidin.
Â
Advertisement
Perbedaan ajaran-ajaran Sunni dan Syiah
Ini perbedaan antara Islam Sunni dan Islam Syiah, yang mencakup berbagai aspek kepercayaan, praktik ibadah, dan struktur ajaran, sebagaimana dikutip dari buku berjudul Sunni dan Syiah, Mustahil Bersatu (2014) oleh Kholili Hasib:
1. Konsep Tauhid
Dalam Islam Syiah, konsep tauhid diperluas dengan memasukkan kepercayaan pada Imamah. Hal ini berarti, Selain dari keimanan pada Allah, juga percaya bahwa Ali dan keturunannya adalah imam yang tak mungkin salah dalam menyampaikan ajaran agama. Pemimpin-pemimpin ini dianggap memiliki kedudukan istimewa dalam mengemban tugas keimaman.
Di lain pihak, Islam Sunni melihat khalifah dan imam sebagai jabatan yang bisa diisi melalui pemilihan dalam majelis, dengan kedudukan yang lebih terkait dengan kepemimpinan negara daripada konsep tauhid. Perbedaan ini menggambarkan pandangan masing-masing aliran tentang keberadaan pemimpin religius dan kelembagaan negara.
2. Hadis dan Mazhab
Sunni menggunakan enam hadis utama (al-Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Abu Dawud, al-Turmudzi, dan al-Nasa'i), dan memiliki empat mazhab utama (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali). Di sisi lain, Syiah hanya menggunakan empat hadis dan memiliki tiga mazhab utama (Zaydi, Ismaili, dan Ashariyya). Perbedaan ini mencerminkan variasi dalam sumber-sumber hukum yang digunakan dalam memahami ajaran Islam, serta perbedaan dalam pandangan-pandangan mazhab yang diikuti.
3. Rukun Iman
Terdapat perbedaan dalam penyebutan rukun iman antara Sunni dan Syiah. Sunni memiliki enam rukun iman yang mencakup iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab Allah, nabi dan rasul, hari akhir, serta qada dan qadar (takdir).
Sementara itu, Syiah juga memiliki elemen-elemen yang serupa, tetapi ditambahkan dengan iman kepada imamah, yaitu keyakinan pada keberadaan imam sebagai pemimpin umat yang memiliki wewenang sebagai penerus risalah kenabian. Perbedaan ini menggarisbawahi fokus masing-masing aliran pada rukun-rukun iman yang diakui.
4. Rukun Islam
Rukun Islam bagi Sunni mencakup syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Namun, Syiah memiliki lima rukun Islam, dengan penghilangan syahadat sebagai salah satu perbedaan mendasar. Selain itu, Syiah menambahkan rukun wilayah. Ini mencerminkan perbedaan pandangan tentang elemen-elemen yang membangun praktek ibadah dalam Islam, serta cara pengorganisasian ajaran keagamaan dalam masing-masing aliran.
5. Berwudhu
Dalam tata cara berwudhu, terdapat perbedaan antara Sunni dan Syiah. Sunni mengikuti sunah dengan mencuci tangan, berkumur-kumur, menghirup air hidung, dan mengusap telinga. Di sisi lain, Syiah mengikuti anjuran surah Al-Maidah ayat 6, dengan membasuh muka dan kedua tangan hingga siku, mengusap rambut, dan kedua punggung kaki. Perbedaan ini mencerminkan variasi dalam interpretasi mengenai tata cara bersuci sebelum ibadah.
6. Beribadah
Meskipun keduanya melaksanakan shalat lima waktu, Sunni memperbolehkan shalat jamak dalam situasi tertentu, sedangkan Syiah tidak. Selain itu, perbedaan dalam penggunaan sajadah dan kopiah dalam ibadah juga menjadi pembeda. Hal ini menunjukkan variasi dalam praktek ibadah sehari-hari yang dilakukan oleh masing-masing aliran.
Â
Â