Tanaman yang Dapat Dijadikan sebagai Indikator Pencemaran Air Adalah Hidrofit, Kenali Cirinya

Tanaman yang dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran air adalah tanaman jenis hidrofit seperti enceng gondok dan kangkung air.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 20 Agu 2023, 10:50 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2023, 10:50 WIB
Dari 40 Situ Hanya 23 Situ Tersisa di Kota Depo
Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono membersihkan gulma di Situ Tujuh Muara, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto)

Liputan6.com, Jakarta Tanaman yang dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran air adalah tanaman jenis hidrofit. Tanaman hidrofit adalah jenis tanaman yang memiliki adaptasi khusus untuk tumbuh dan hidup di lingkungan yang tergenang air atau memiliki kondisi yang sangat lembap. Tanaman hidrofit sering ditemukan di rawa-rawa, kolam, sungai, dan area dengan air yang cukup melimpah.

Tanaman yang dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran air adalah tanaman hidrofit. Tanaman hidrofit bisa dijadikan indikator pencemaran air karena mereka sensitif terhadap perubahan kualitas air.

Jika terjadi pencemaran, seperti peningkatan konsentrasi polutan atau zat-zat beracun dalam air, tanaman hidrofit dapat menunjukkan gejala yang mencerminkan kondisi tersebut. Ini bisa termasuk perubahan warna, bentuk, atau pertumbuhan tanaman, serta adanya gangguan dalam fungsi fotosintesis atau penyerapan nutrien.

Contohnya, jika air tercemar oleh limbah industri atau bahan kimia beracun, tanaman hidrofit mungkin akan menunjukkan perubahan warna daun yang tidak normal atau pertumbuhan yang terhambat. Jika air mengandung banyak nutrien akibat polusi eutrofikasi, tanaman hidrofit seperti eceng gondok dapat tumbuh berlebihan dan menutupi permukaan air.

Untuk memahami lebih dalam mengenai tanaman yang dijadikan sebagai indikator pencemaran air adalah apa saja, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Minggu (20/8/2023).

Ciri-Ciri dan Fungsi Tumbuhan Hidrofit

Tanaman yang dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran air adalah tanaman jenis hidrofit. Tanaman hidrofit memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan tanaman lainnya. Adapun ciri-ciri tanaman hidrofit adalah sebagai berikut:

  1. Kutikula Tipis: Kutikula tumbuhan hidrofit biasanya tipis. Kutikula adalah lapisan pelindung di permukaan daun yang mengurangi penguapan air. Kutikula tipis membantu tumbuhan hidrofit beradaptasi dengan lingkungan yang cenderung lembap.
  2. Stomata Terbuka dan Banyak: Stomata adalah pori-pori kecil di permukaan daun yang mengatur pertukaran gas. Tumbuhan hidrofit memiliki stomata yang terbuka dan banyak, memungkinkan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang lebih efisien dalam air.
  3. Daun Mengapung: Tumbuhan hidrofit sering memiliki daun datar yang dapat mengapung di permukaan air. Bentuk ini membantu tumbuhan mendapatkan sinar matahari untuk fotosintesis dan juga mencegah tenggelamnya tumbuhan.
  4. Akar Kecil dan Ringan: Akar tumbuhan hidrofit cenderung lebih kecil dan ringan. Hal ini membantu tumbuhan agar dapat menyebar di dalam air atau di tanah yang lembap.
  5. Kemampuan Mengambil Oksigen di Dalam Air: Akar tumbuhan hidrofit memiliki adaptasi khusus yang memungkinkan mereka untuk mengambil oksigen langsung dari air. Ini penting karena di lingkungan air, ketersediaan oksigen bisa berkurang.

Ciri-ciri tersebut memungkinkan tanaman hidrofit memiliki fungsi antara lain sebagai berikut:

  1. Penghias Kolam: Tanaman hidrofit dapat digunakan untuk menghias dan memperindah kolam, memberikan sentuhan alami dan hijau pada lingkungan air.
  2. Penyerap Racun dalam Air: Tumbuhan hidrofit mampu menyerap zat-zat berbahaya seperti amonia dari air. Ini membantu menjaga kualitas air dan menjaga kesehatan organisme di dalamnya.
  3. Penyedia Oksigen: Melalui proses fotosintesis, tumbuhan hidrofit menghasilkan oksigen yang dapat memperbaiki kadar oksigen dalam air. Ini mendukung organisme akuatik lainnya untuk bernafas dan hidup dengan baik.

Dengan ciri-ciri dan fungsi ini, tumbuhan hidrofit memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan dan membantu mengatasi masalah pencemaran air.

Tanaman yang Dapat Dijadikan sebagai Indikator Pencemaran Air adalah Kangkung Air

Air Lele Cocok untuk Menanam Kangkung
Air lele dari budidaya bioflok ini juga cocok untuk mengairi sayur kangkung, sehingga perawatan lele dan sayur bisa dilakukan bersamaan. (Foto: Liputan6.com).

Tanaman yang dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran air adalah kangkung air. Kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk.) adalah sebuah tanaman yang hidup lebih dari satu tahun. Tanaman kangkung air memiliki potensi untuk dikembangkan dalam agribisnis. Kangkung merupakan sumber gizi yang baik, memiliki sifat pencahar (obat sembelit) dan obat tidur tradisional. Selain itu, kangkung memiliki harga yang terjangkau dan mudah ditemukan.

Pada tanaman kangkung, akarnya dibagi menjadi dua kategori. Pertama, akar normal berasal dari embrio dan biasanya tetap ada sepanjang siklus hidup tanaman. Kedua, akar liar muncul dari bagian batang, daun, atau jaringan lain secara sekunder, dan bisa bersifat permanen atau sementara. Akar utama berfungsi sebagai penopang tumbuhan di dalam tanah, serta untuk menyerap air dan zat-zat terlarut dari tanah. Akar juga berperan sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan untuk tanaman. Ujung akar cenderung pendek, dan di dekat ujung akar terdapat rambut-rambut akar yang membantu dalam proses penyerapan air dan nutrisi.

Kangkung air merupakan salah satu tanaman yang dapat memberikan manfaat gizi dan kesehatan bagi manusia, serta memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bagian dari usaha pertanian atau agribisnis.

Seperti dilansir dari artikel "Perubahan Potensial Membran Sel Akar Kangkung (Ipomoea Aquatica Forsk) Sebagai Indikator Pencemaran Lingkungan Air Limbah" (Natural B, Vol. 1, No. 1, April 2011), tanaman kangkung air dapat menjadi indikator pencemaran air berdasarkan perubahan potensial membran sel akar kangkung sebagai respons terhadap kandungan ion-ion pencemar dalam air. Berdasarkan penelitian tersebut, tanaman kangkung dapat menjadi indikator pencemaran air dengan cara sebagai berikut:

1. Perubahan Potensial Membran Sel Akar Kangkung

Kandungan zat pencemar dalam air, terutama ion timbal (Pb2+), mempengaruhi perubahan potensial membran sel akar kangkung.Kadar zat pencemar yang semakin tinggi menyebabkan perubahan potensial membran sel yang semakin besar.

Terdapat hubungan berbanding lurus antara perubahan konsentrasi ion timbal dan perubahan potensial membran sel. Dengan meningkatnya konsentrasi ion timbal, potensial membran sel akar kangkung juga mengalami perubahan yang signifikan.

2. Sensitivitas Kangkung Terhadap Ion Timbal (Pb2+)

Kangkung lebih sensitif terhadap ion timbal (Pb2+) daripada ion kalsium (Ca2+).Hasil analisis menunjukkan bahwa perubahan potensial membran sel akar kangkung lebih terpengaruh oleh ion timbal daripada ion kalsium.

3. Lokasi Pencemaran Air dan Kadar Ion Pencemar

Kandungan ion timbal (Pb2+) dalam air di lokasi tertentu, seperti tepi sawah, dapat lebih tinggi daripada lokasi lain, seperti jarak 25 m atau 50 m dari tepi sawah.Namun, ada variasi dalam kandungan ion timbal di berbagai lokasi, tidak selalu mengikuti hipotesis bahwa kandungan paling tinggi terdapat di tepi dan menurun ke tengah.

4. Kandungan Ion dalam Kangkung

Kangkung yang tumbuh di berbagai lokasi juga mengandung ion-ion pencemar dalam proporsi yang berbeda. Terdapat variasi dalam kandungan ion timbal (Pb2+) dan ion kalsium (Ca2+) dalam kangkung.

Tanaman yang Dapat Dijadikan sebagai Indikator Pencemaran Air Adalah Gulma Air

rawa pagi
Eceng gondok berbunga. Akar eceng gondok ini sangat cepat pertumbuhannya, sehingga gulma air ini juga cepat menutup permukaan Rawa Pening. (foto: Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Tanaman yang dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran air adalah gulma air. Gulma air merujuk pada jenis tumbuhan yang tumbuh secara liar dan tidak terkendali di perairan. Tumbuhan ini mampu bertahan hidup dalam berbagai kondisi perairan baik dan buruk dengan toleransi tertentu. Pengelolaan gulma air dilakukan dengan berbagai tujuan, seperti untuk tujuan estetika, perikanan, diversifikasi biologi, atau panen. Pengendalian gulma air dapat dilakukan melalui metode manual, mekanis, biologi, atau menggunakan herbisida seperti Anchrolein, Ametryn, dan Bromacil.

Meskipun tidak selalu merugikan, beberapa jenis gulma air dapat memiliki manfaat. Beberapa masyarakat menggunakannya sebagai tanaman hias, pakan ternak, atau dalam budidaya ikan. Dengan sifatnya yang mudah tumbuh dan berkembang dalam air, perubahan populasi dan kesehatan gulma air dapat memberikan informasi tentang kondisi ekologis dan kualitas air suatu lingkungan.

Seperti dilansir dari artikel "Studi Pengetahuan Masyarakat Mengenai Gulma Air Sebagai Bioindikator Pencemaran Air Di Desa Lambur Luar Kabupaten Tanjung Jabung Timur" (BIOLOGI SEL vol 8 no 2 edisi jUL-DES 2019), gulma air memiliki potensi untuk menjadi indikator pencemaran air karena kemampuannya dalam merespons dan menunjukkan perubahan pada kualitas air.

Beberapa jenis gulma air memiliki kemampuan untuk menyerap logam berat dan zat pencemar lainnya dari air. Contohnya adalah kemampuan Monochoria vaginalis (Eceng Padi) untuk menyerap logam berat. Perubahan pertumbuhan, kesehatan, atau penampilan gulma ini dapat memberikan petunjuk tentang tingkat pencemaran air.

Beberapa jenis gulma air memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai tumbuhan pengendali pencemaran dan remediasi lahan tercemar. Pengetahuan ini bisa menjadi dasar untuk mengembangkan metode pengelolaan yang lebih berkelanjutan dalam mengatasi pencemaran air.

Tanaman yang Dapat Dijadikan sebagai Indikator Pencemaran Air Adalah Enceng Gondok

VIDEO: Setelah Amarilis, Bunga Eceng Gondok Jadi  Sasaran Selfie
Bunga enceng gondok merupakan hama tanaman, namun kini di Bantul jadi buruan untuk berfoto.

Salah satu tanaman gulma yang dikenal dapat menjadi indikator pencemaran air adalah enceng gondok. Eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah sejenis tumbuhan air yang dikenal sebagai gulma air invasif. Tumbuhan ini memiliki daun berbentuk bulat dan bunga-bunga berwarna biru-violet yang menarik.

Tanaman yang dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran air adalah enceng gondok. Eceng gondok dapat menjadi tanaman yang digunakan sebagai indikator pencemaran air karena tumbuhannya sensitif terhadap kondisi lingkungan air yang tercemar.

Ketika air terkontaminasi oleh zat-zat pencemar seperti logam berat atau bahan kimia, pertumbuhan dan perkembangan eceng gondok dapat terganggu. Perubahan warna, ukuran daun, dan bentuk tumbuhan ini dapat mengindikasikan adanya pencemaran dalam air. Oleh karena itu, pemantauan pertumbuhan dan kondisi eceng gondok di suatu perairan dapat memberikan petunjuk awal terhadap tingkat pencemaran lingkungan air tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya