Kisah Pilu Bocah Terjebak di Rumah Saat Gempa Maroko, Tak Sempat Diselamatkan

Keluarga tak sempat menyelamatkan, bocah 8 tahun tewas tertimbun reruntuhan di dalam rumah saat gempa Maroko.

oleh Selma Intania Hafidha diperbarui 11 Sep 2023, 15:15 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2023, 15:15 WIB
Update Gempa Maroko
Seorang anak bereaksi setelah memeriksa kerusakan akibat gempa bumi di kotanya Amizmiz, dekat Marrakesh, Maroko, Minggu (10/9/2023). TV pemerintah mengumumkan bahwa jumlah korban tewas akibat gempa Maroko meningkat menjadi 2.122 orang dan 2.421 lainnya terluka. (AP Photo/Mosa'ab Elshamy)

Liputan6.com, Jakarta Gempa bumi yang mengguncang Maroko pada Jumat malam (8/9/2023) menjadi perhatian dunia. Pasalnya gempa bumi ini yang terjadi pada pukul 23.14 waktu setempat ini merupakan gempa bumi terbesar sepanjang sejarah Maroko.

Melansir dari kanal Global Liputan6.com (11/9/2023), TV pemerintah Maroko mengumumkan bahwa jumlah korban tewas akibat gempa Maroko meningkat menjadi 2.122 orang dan 2.421 lainnya terluka.

Dua ribu orang menjadi korban, bahkan bisa saja lebih karena masih banyak korban yang tertimbun reruntuhan, kesedihan menyelimuti warga Maroko yang kehilangan anggota keluarganya.

Bocah berusia 8 tahun bernama Marouane menjadi salah satu korban gempa dahsyat Maroko. Marouane terjebak di dalam rumah dan orangtuanya baru mengetahui bahwa ia terjebak setelah gempa.

Berikut Liputan6.com melansir dari Reuters, bocah 8 tahun yang tertimbun reruntuhan karena terjebak di dalam rumah saat gempa, Senin (11/9/2023).


Bocah 8 Tahun Terjebak di Dalam Rumah

Pencarian Korban Gempa Maroko di Antara Puing Bangunan
Gempa mengguncang negara itu pada Jumat (8/9/2023) pukul 23.11 waktu setempat. (FADEL SENNA / AFP)

Gempa yang mengguncang Maroko pada pukul 23.14 waktu setempat terjadi ketika banyak orang tengah menikmati momen kebersamaan bareng keluarga, begitu juga dengan keluarga Hamid ben Henna.

Beberapa saat sebelum gempa Maroko, Hamid ben Henna baru saja meminta putranya yang masih kecil, Marouane, untuk mengambil pisau untuk memotong melon untuk makan malam dan bincang ringan dengan putranya terkait persiapan sang anak untuk tahun ajaran mendatang.

"Saat itulah terjadi," kata Ben Henna melansir dari Reuters. Ruangan mulai bergetar, lampu padam dan puing-puing mulai berjatuhan dari langit-langit rumah adat mereka di desa terpencil pegunungan High Atlas.

Saat gempa mengguncang, Ben Henna dan putranya yang lain, Mouad, terhuyung keluar dari pintu yang terbuka menuju gang saat rumah mereka mulai runtuh. Mereka berhasil membebaskan istrinya, Amina dan putri kecilnya Meryem.


Tertimbun Reruntuhan Setinggi 1 Meter

Gempa kuat di Maroko
Seorang warga berjalan di antara reruntuhan bangunan setelah gempa berkekuatan 6,8 SR di Marrakesh, Maroko, Sabtu (9/9/2023). (Photo by FADEL SENNA / AFP)

Ketika keadaan mulai tenang, mereka melihat bahwa Marouane tidak berhasil keluar rumah dan tidak bisa diselamatkan. Anak berusia delapan tahun itu berlari lebih jauh ke dalam rumah dan tergeletak di bawah reruntuhan setinggi satu meter.

Jenazah baru ditemukan keesokan harinya, setelah saudara laki-laki Ben Henna tiba dengan mobil dari Casablanca, lima jam perjalanan, untuk membantu mengangkat puing-puing yang menimbun tubuh Marouane.

Sang anak dimakamkan pada Sabtu pagi, ayah Marouane mengenang buah hati tercinbta itu. Ayah Marouane menyebut bahwa anak laki-lakinya itu selalu antusias dan mencintai sekolah.


Rumah Hancur

Pencarian Korban Gempa Maroko di Antara Puing Bangunan
Petugas penyelamat mencari korban selamat di rumah yang runtuh pasca gempa bumi Maroko di Moulay Brahim, provinsi Al Haouz, Sabtu (9/9/2023). (FADEL SENNA / AFP)

Gempa tersebut merupakan yang paling dahsyat di Maroko setidaknya sejak tahun 1900 dan menewaskan lebih dari 2.000 orang, sebagian besar di desa-desa pegunungan kecil seperti Tafeghaghte tempat tinggal keluarga Ben Henna.

Semua harta benda mereka tergeletak di reruntuhan rumah mereka yang runtuh dan Sumber penghidupan Ben Henna, sepeda motor roda tiga yang ia gunakan untuk mengangkut barang di sekitar lingkungan dengan biaya murah, terkubur di antara puing-puing yang berjatuhan dan tidak berfungsi lagi.

Hampir tidak ada satu rumah pun di Tafeghaghte yang tidak terkena dampak bencana. Tumpukan puing-puing besar memenuhi desa. Selain itu, gang menuju reruntuhan rumah mereka tertutup bebatuan yang berjatuhan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya