Liputan6.com, Rabat - Korban selamat gempa Maroko berjuang untuk mendapatkan makanan, air, dan tempat berlindung pada Minggu (10/9/2023), sementara operasi pencarian orang hilang terus berlanjut di desa-desa terpencil.
Banyak orang menghabiskan malam ketiga di tempat terbuka. Para pekerja bantuan dilaporkan menghadapi tantangan untuk menjangkau desa-desa yang terdampak paling parah di High Atlas, wilayah pegunungan terjal yang menjadi pusat gempa.
TV pemerintah mengumumkan bahwa jumlah korban tewas akibat gempa Maroko meningkat menjadi 2.122 orang dan 2.421 lainnya terluka.
Advertisement
Kerusakan yang terjadi terhadap warisan budaya Maroko menjadi lebih jelas ketika media lokal melaporkan runtuhnya sebuah masjid bersejarah yang penting pada Abad ke-12. Gempa juga telah merusak sebagian kota tua Marrakesh, yang merupakan situs Warisan Dunia UNESCO.
Yassin Noumghar (36) mengeluhkan kekurangan air, makanan, dan listrik, dan mengatakan sejauh ini dia hanya menerima sedikit bantuan pemerintah.
"Kami kehilangan segalanya, kami kehilangan seluruh rumah," kata Noumghar seperti dilansir Reuters, Senin (11/9). "Kami hanya ingin pemerintah membantu kami."
Dengan banyaknya rumah yang dibangun dari batu bata lumpur dan kayu atau semen dan balok angin, struktur bangunan mudah runtuh. Gempa magnitudo 6,8 yang mengguncang pada Jumat (8/9), merupakan yang paling mematikan di Maroko sejak tahun 1960, di mana gempa diperkirakan menewaskan sedikitnya 12.000 orang.
WHO: Lebih dari 300 Ribu Terdampak Gempa Maroko
Tentara, yang dimobilisasi untuk membantu upaya penyelamatan, mendirikan kamp dengan tenda untuk para tunawisma. Karena sebagian besar toko rusak atau tutup, warga pun kesulitan mendapatkan makanan dan perbekalan.
"Kami masih menunggu tenda. Kami belum punya apa-apa," kata Mohammed Nejjar, seorang buruh. "Saya mendapat sedikit makanan yang ditawarkan oleh seorang pria, tapi itu saja sejak gempa terjadi. Anda tidak dapat melihat satu toko pun buka di sini dan orang-orang takut untuk masuk ke dalam jika atapnya runtuh."
Pemerintah mengatakan pada Minggu bahwa mereka telah menyiapkan dana untuk mereka yang terdampak gempa. Selain itu, pemerintah mengungkapkan pula bahwa pihaknya memperkuat tim pencarian dan penyelamatan, menyediakan air minum dan mendistribusikan makanan, tenda, dan selimut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan lebih dari 300.000 orang terdampak gempa Maroko.
Advertisement
Bantuan Asing
Spanyol mengatakan bahwa 56 petugas dan empat anjing pelacak telah tiba di Maroko, sementara tim kedua yang terdiri dari 30 orang dan empat anjing sedang menuju ke sana. Inggris mengumumkan bahwa pihaknya mengerahkan 60 spesialis pencarian dan penyelamatan dan empat anjing pada Minggu, serta tim penilai medis yang terdiri dari empat orang.
Qatar juga menuturkan bahwa tim pencarian dan penyelamatannya berangkat ke Maroko.
Di Amerika Serikat (AS), Presiden Joe Biden mengungkapkan kesedihannya atas hilangnya nyawa dan kehancuran yang disebabkan oleh gempa Maroko.
"Kami siap memberikan bantuan apa pun yang diperlukan kepada rakyat Maroko," kata Biden dalam konferensi pers di Hanoi, Vietnam.
Seorang pejabat AS kemudian menyatakan bahwa sebuah tim kecil ahli bencana yang dikirim oleh AS tiba di Maroko pada Minggu untuk menilai situasi.
Prancis turut menyatakan siap membantu dan menunggu permintaan resmi dari Maroko. Negara lain yang menawarkan bantuan termasuk Turki, yang juga dilanda gempa mematikan pada Februari dan menewaskan lebih dari 50.000 orang. Hingga Minggu, tim Turki belum juga berangkat.
"Dua hingga tiga hari ke depan akan sangat penting untuk menemukan orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan," kata Caroline Holt, direktur operasi global Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC).
Holt mengatakan sistem bantuan internasional telah menunggu undangan dari Maroko untuk memberikan bantuan. Dia menambahkan, bukanlah hal yang aneh ketika pemerintah menilai apa saja yang dibutuhkan.
Paus Fransiskus menyampaikan doa dan solidaritas bagi para korban.
Maroko telah mengumumkan tiga hari masa berkabung dan Raja Mohammed VI menyerukan agar doa bagi korban meninggal digelar di masjid-masjid di seluruh negeri.