1 Masehi Berapa Tahun? Kenali Sejarah dan Penjelasannya

1 Masehi berapa tahun yaitu satu tahun.

oleh Husnul Abdi diperbarui 27 Sep 2023, 17:30 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2023, 17:30 WIB
1 Masehi Berapa Tahun?
1 Masehi Berapa Tahun? (dok. Pexels.com/tigerlily713)

Liputan6.com, Jakarta 1 Masehi berapa tahun mungkin tidak asing lagi bagi kebanyakan orang. Pasalnya, tahun Masehi adalah sistem penanggalan yang umumnya digunakan di seluruh dunia. Tahun Masehi ini juga secara umum digunakan di Indonesia. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Masehi merupakan perhitungan waktu yang dimulai sejak lahirnya Yesus Kristus. Masehi dihitung sejak hari tersebut, sedangkan sebelum itu disebut juga sebagai Sebelum Masehi atau SM.

1 Masehi berapa tahun yaitu satu tahun. Contohnya, sekarang adalah tahun 2023 Masehi. Selain tahun Masehi, di Indonesia juga kerap digunakan penanggalan Hijriah, kalender Jawa, kalender Saka Bali, dan lain sebagainya.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (27/9/2023) tentang 1 Masehi berapa tahun.

1 Masehi Berapa Tahun?

1 Masehi Berapa Tahun?
Tahun 2023. (Foto: Unsplash/Behnam Norouzi)

1 Masehi berapa tahun lebih tepatnya yaitu satu tahun, seperti sekarang ini yaitu tahun 2023 Masehi. 1 Masehi berapa tahun yaitu satu tahun, sedangkan 1 tahun terdiri dari 365 hari. Selain itu, 1 Masehi berapa tahun perlu kamu kenali dari perbedaan kalender Masehi biasa dan kalender Masehi Kabisat, karena keduanya agak berbeda walaupun tidak begitu signifikan. Tahun Kabisat terjadi setiap empat tahun sekali. Biasanya tahun Kabisat terjadi pada tahun yang habis dibagi 4, contohnya tahun 2016, 2020, 2024, dan seterusnya. Sementara itu, 1 tahun berapa hari dalam kalender Kabisat berbeda dengan tahun biasa.

1 Masehi berapa tahun atau 1 tahun berapa hari pada kalender Masehi biasa adalah 365 hari. Sementara itu, 1 tahun berapa hari pada kalender Kabisat adalah 366 hari. Perbedaan 1 tahun dalam kalender Masehi biasa dengan Kabisat disebabkan karena akumulasi selisih ¼ hari dalam satu tahun, kemudian dikalikan 4 tahun menjadi 1 hari. Sehingga dalam tahun kabisat terdapat 365 hari + 1 hari (akumulasi ¼ hari dalam 4 tahun) = 366 hari.

Jadi, 1 Masehi berapa tahun maksudnya yaitu satu tahun, atau 365 hari, atau bisa juga 366 hari. 1 Masehi berapa tahun tentunya perlu kamu kenali sejarahnya sehingga digunakan sebagai penanggalan secara umum di dunia.

Mengenal Tahun Masehi

[Bintang] Kalender
Ilustrasi Kalender (Sumber Foto: cloudfront.net)

Tahun Masehi adalah sistem kalender yang digunakan oleh masyarakat dunia hari ini. Mengutip buku TOP MODUL: Rangkuman Pengetahuan Alam Lengkap (2018) karya Tim Smart Genesis, perhitungan tahun pada kalender Masehi berdasarkan peredaran matahari yaitu peredaran bumi mengelilingi matahari atau revolusi bumi. Pada umumnya, tahun Masehi dihitung berdasarkan dengan lamanya gerak bumi memutari matahari.

Oleh sebab itu, tahun Masehi juga biasa disebut sebagai tahun Matahari atau tahun Syamsiah. Dalam perjalanan awalnya, terdapat keragaman mengenai panjang tahun matahari ini. Ada yang menetapkan 360 hari, 365 hari, 365,25 hari dan 366 hari. Demikian lagi mengenai bilangan bulan-bulannya.

Satu hari adalah lama waktu yang dibutuhkan oleh bumi untuk melakukan rotasinya. Sementara itu, satu tahun adalah lama waktu yang dibutuhkan oleh bumi untuk memutari matahari secara penuh. Dengan demikian, satu revolusi bumi membutuhkan waktu satu tahun dengan lama hari yaitu 365,25 hari.

Pada kalender Masehi, satu tahun dibagi menjadi 12 bulan yaitu Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan Desember. Jumlah hari setiap bulan tidak sama. Penetapan tahun Masehi mula-mula dilakukan oleh Julius Caesar dari Kerajaan Romawi.

Sejarah Tahun Masehi

[Bintang] Kalender
Ilustrasi Kalender (Sumber Foto: ep.jhu.edu)

Sebelum berdirinya kerajaan Roma, tahun Masehi (yang pada awalnya disebut kalender Romawi kuno) memiliki 10 bulan yang jumlah harinya 304 hari dalam setahun. Waktu itu Maret dijadikan sebagai bulan pertama, sedangkan Desember sebagai bulan terakhir. Adapun Januari dan Pebruari tidak diperhitungkan dalam kalender ini. Adapun 10 bulan dalam kalender Romawi Kuno (yang berikutnya menjadi penanggalan Masehi) itu adalah Martius (Maret), Aparailis (April), Maius (Mei), Junius (Juni), Quintilis (Juli), Sextilis (Agustus), September (September), October (oktober), November (November), dan December (Desember). Nama-nama bulan ini sendiri memiliki kaitan dengan Dewa bangsa Romawi kala itu. Bulan Maret misalnya berasal dari Dewa Mars, bulan Mei berasal dari nama dewa Maia, bulan Juni berasal dari nama dewi Juno, demikian seterusnya.

Penanggalan Masehi adalah sebutan untuk penanggalan atau penomoran tahun yang digunakan pada kalender Julian dan Gregorian. Pada awalnya penanggalan di kekaisaran Roma ditetapkan berdasarkan berdirinya Kota Roma. Melalui perintah Kaisar Justinian, seorang Rahib Katolik, Dionisius Exoguus pada tahun 527 M ditugaskan pimpinan Gereja untuk membuat perhitungan tahun dengan dasar tahun kelahiran Yesus. Oleh karena itu, pula penanggalan ini menggunakan istilah Masehi (M) dan Sebelum Masehi (SM) yang merujuk pada kelahiran Nabi Isa (Yesus) atau Mesias (Masehi). Kata Masehi sendiri dalam bahasa Arab disebut “al-masih”. Kata ini dalam Alkitab bahasa Arab dipakai untuk istilah bahasa Ibrani "Mesiah" atau "Mesias".

Setelah melalui persetujuan, saat zaman Kerajaan Romawi tepatnya pada masa pemerintahan Raja Julius Caesar, akhirnya ditetapkanlah bahwa satu tahun kalender Masehi adalah 365 hari. Jadi, 1 Masehi berapa tahun yaitu 1 tahun atau 365 hari. Sementara itu, untuk 0,2422 atau 1/4 hari tersebut dikumpulkan selama empat tahun sehingga jumlahnya sama dengan satu hari. Kemudian, satu hari tersebut ditambahkan ke dalam bulan Februari yang jumlah harinya hanya berisi 28 hari dalam satu bulan. Sejak saat itulah, setiap empat tahun sekali, bulan Februari akan memiliki jumlah hari yang berbeda, yakni 29 hari. Tahun istimewa tersebut pun dikenal dengan nama tahun kabisat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya