Mengenal Mandela Effect, Fenomena Sekelompok Orang Mengingat Fakta yang Salah

Mandela Effect adalah fenomena yang mungkin pernah dialami oleh sebagian besar orang.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 10 Okt 2023, 17:20 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2023, 17:20 WIB
Nelson Mandela
Nelson Mandela, pejuang anti-apartheid Afrika Selatan. (Sumber Flickr)

Liputan6.com, Jakarta Mandela Effect adalah fenomena yang mungkin pernah dialami oleh sebagian besar orang. Fenomena psikologis ini terjadi sekelompok orang secara kolektif salah mengingat fakta, peristiwa, atau detail lainnya dengan cara yang konsisten. Konsep "Mandela Effect" berawal dari Fiona Broome pada tahun 2009. Ia adalah seorang penulis yang banyak mengkaji hal-hal yang bersifat paranormal.

Fiona pertama kali mencetuskan konsep ini ketika ia menemukan bahwa dirinya dan orang lain memiliki kenangan yang kuat, tetapi salah, tentang kematian aktivis anti-apartheid Afrika Selatan Nelson Mandela. Oleh sebab itu, nama presiden kesembilan Afrika Selatan tersebut dipakai untuk merujuk pada fenomena ini.

Mandela Effect adalah fenomena yang menarik yang menggambarkan bagaimana kenangan kolektif dapat menyesatkan. Penelitian telah dilakukan untuk menemukan bukti adanya Mandela Effect. Namun, terjadi perdebatan sengit tentang mekanisme penyebab potensial fenomena ini. Selain itu, tersebar berbagai teori palsu di dunia maya.

Berikut ulasan Mandela Effect yang Liputan6.com rangkum dari laman britannica.com, Selasa (10/10/2023).

Asal Usul Mandela Effect

Ilustrasi meningitis, infeksi otak mematikan
Ilustrasi meningitis, infeksi otak yang bisa memicu disabilitas. Foto: Freepik.

Kisah awal Mandela Effect bermula ketika Fiona Broome secara tiba-tiba mengingat bahwa Nelson Mandela telah meninggal dunia ketika sedang dipenjara pada tahun 1980-an. Ia bahkan mengingat dengan sangat jelas pidato istri Mandela dan kerusuhan yang terjadi di beberapa kota setelah kematian Mandela. 

Ketika Fiona menyadari bahwa ingatannya salah karena pada kenyataanya Mandela meninggal pada 5 Desember 2013, ia menganggap ingatannya saja yang salah. Namun, saat berbicara dengan seorang staf keamanan di sebuah konvensi fiksi ilmiah dan fantasi pada tahun 2009, Fiona terkejut mendengar bahwa orang lain juga memiliki ingatan yang sama tentang kematian Mandela di penjara, dengan detail yang serupa.

Dari sinilah, Fiona menciptakan sebuah situs web di mana orang-orang dapat berbagi dan membahas kenangan mereka yang tidak sesuai dengan catatan sejarah. Fenomena ini mulai menyebar melalui ribuan komentar dan Mandela Effect menjadi viral. Bahkan, fenomena ini mengilhami sebuah film berjudul "The Mandela Effect" pada tahun 2019.

Contoh-contoh Mandela Effect

Mandela Effect dapat terjadi dalam berbagai jenis ingatan, sering kali berakar dalam budaya pop. Beberapa contoh yang sering dikutip termasuk keyakinan bahwa pria di papan permainan Monopoli memakai monocle (yang ternyata salah) atau bahwa logo Fruit of the Loom berisi keranjang buah (juga tidak benar). 

Kutipan terkenal dalam film juga sering menjadi sumber kenangan palsu, seperti mengingat "Magic mirror, on the wall" dari Snow White and the Seven Dwarfs sebagai "Mirror, mirror, on the wall". Hal yang sama juga terjadi pada dialog, "No, I am your father" dari Star Wars: Episode V—The Empire Strikes Back sebagai "Luke, I am your father."

Bahkan, terkadang kenangan palsu ini dapat berkaitan dengan karya media yang sama sekali tidak pernah ada, seperti film "Shazaam" dari tahun 1990-an dengan aktor Sinbad yang memerankan jin, yang sebenarnya tidak pernah ada.

Potensi Penyebab Mandela Effect

Contoh ilustrasi memahami informasi sebelum menghafal
Salah satu cara untuk meningkatkan daya ingat otak agar memudahkanmu untuk menghafal adalah dengan memahami informasi yang didapatkan terlebih dahulu (Foto: Unsplash.com/Scott Graham)

Pada tahun 2022, sebuah penelitian dilakukan oleh ilmuwan psikologi di University of Chicago yang mencoba memahami Mandela Effect yang terkait dengan gambar-gambar visual. Para ilmuwan berusaha mencari tahu mengapa manusia salah ingat ketika melihat gambar tertentu. 

Salah satu teori yang mereka ajukan adalah "teori skema memori," yang mengatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan salah mengingat ketika sebuah gambar sesuai dengan ekspektasi. Sebagai contoh, ingatan Monopoly Man memakai monocle bisa jadi berasal dari kenyataan bahwa kacamata sebelah tampak sebagai aksesori yang cocok untuk karakter tersebut. 

Penelitian ini kemudian menyimpulkan bahwa tidak ada penjelasan tunggal yang dapat menjelaskan semua kasus Mandela Effect visual, karena mungkin ada berbagai alasan yang berbeda. Psikolog lain juga memberikan penjelasan tambahan, yaitu "konfabulasi," di mana otak manusia secara tidak sadar menambahkan informasi yang salah ke dalam ingatan.

Konfabulasi bisa menyebabkan kelompok orang secara tidak sengaja mengingat sesuatu yang salah. Selain itu, ada "suggestibilitas," yang berarti kecenderungan manusia untuk menggabungkan informasi palsu dari orang lain ke dalam ingatan, terutama melalui media sosial dan internet. 

Contohnya, kutipan salah seperti "Luke, I am your father" sering kali beredar di internet, dan paparan terhadap kutipan itu bisa membuat kita percaya bahwa itulah yang sebenarnya diucapkan dalam film. Kadang-kadang, manusia juga bisa salah mengingat sumber asal dari ingatan. Misal, ingatan tentang film yang sebenarnya tidak pernah ada, seperti film "Shazaam". Bisa jadi ingatan ini adalah bentuk kebingungan dengan film "Kazaam" yang dibintangi oleh Shaquille O'Neal sebagai jin.

Namun, ada juga teori yang tidak berdasarkan ilmu utama, seperti teori tentang realitas paralel atau sejarah alternatif. Meskipun tidak ada penjelasan tunggal yang dapat menjelaskan semua kasus Efek Mandela, fenomena ini tetap menjadi topik menarik dan kontroversial dalam psikologi dan budaya populer.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya