7 Skandal Penghargaan Nobel, Ketidaksempurnaan di Balik Penghormatan

Nobel kerap menjadi sorotan sebagai pengakuan terbesar yang dapat diterima seseorang dalam karir seseorang. Meskipun begitu, penghargaan ini juga memiliki celah ketidaksempurnaan.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 11 Okt 2023, 16:35 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2023, 16:35 WIB
Mengintip Pembuatan Medali Hadiah Nobel
Medali hadiah Nobel (Jonathan NACKSTRAND/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Penghargaan Nobel yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 1901, telah menjadi salah satu penghargaan paling bergengsi di dunia. Penghargaan ini diberikan kepada individu dan organisasi yang dianggap telah memberikan kontribusi luar biasa bagi dunia dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra, perdamaian, kedokteran, serta ekonomi.

Nobel kerap menjadi sorotan sebagai pengakuan terbesar yang dapat diterima seseorang dalam karir seseorang. Meskipun begitu, penghargaan ini juga memiliki celah ketidak sempurnaan. Dalam beberapa kasus, Nobel telah menjadi subyek skandal yang mengejutkan. Hal ini menimbulkan kontroversial yang mempertanyakan integritas penghargaan ini.

Skandal dalam sejarah penghargaan Nobel adalah cerminan dari sifat manusia yang kompleks, sekaligus mengingatkan kita untuk selalu menilai dengan hati-hati kebenaran di balik penghargaan-penghargaan tersebut. Berikut skandal Nobel yang tercatat dalam sejarah, dirangkum Liputan6.com dari laman britannica.com, Rabu (11/10/2023).


1. Sudah Dimulai Sejak Pendirian

Alfred Nobel  seorang kimiawan, insinyur dan pebisnis asal Swedia yang menemukan dinamit. Dalam surat wasiatnya, ia mewakafkan hartanya untuk membuat Penghargaan Nobel.
Alfred Nobel. (Wikimedia Commons)

Skandal Penghargaan Nobel sebenarnya sudah dimulai sejak awal pendiriannya. Alfred Bernhard Nobel, seorang ilmuwan Swedia yang terkenal karena penemuan dinamit dan bahan peledak lainnya adalah founder dari penghargaan ini. Alfred sendiri sebenarnya merupakan sosok yang tidak memiliki citra publik yang baik.

Saat saudaranya meninggal, sebuah surat kabar Prancis yang mengira bahwa itu adalah Alfred menulis “The merchant of death is dead” atau "Pedagang kematian telah meninggal". Julukan Merchant of Death disematkan pada diri Alfred kara ia mendapatkan kekayaannya dari menjual alat untuk membunuh orang. Banyak yang berpendapat bahwa Penghargaan Nobel yang ia buat hanyalah cara Alfred untuk meningkatkan citra baiknya di mata publik.

2. Ketidaksetaraan Gender 

Hingga tahun 2022, lebih dari 960 orang dan 30 organisasi telah menerima Penghargaan Nobel, tetapi hanya 61 di antaranya adalah perempuan. Ini telah memicu tudingan bahwa komite penghargaan mengabaikan kontribusi perempuan dalam berbagai bidang. 

Salah satu contoh yang paling mencolok adalah penemuan pulsar, bintang neutron yang berotasi denga, oleh Jocelyn Bell Burnell pada tahun 1967. Penemuan ini  kemudian diterbitkan bersama dengan pembimbingnya, Antony Hewish. Namun, hanya Hewish dan rekan lainnya, Martin Ryle, yang menerima Penghargaan Nobel Fisika pada tahun 1974 atas penemuan tersebut, sementara Bell Burnell diabaikan.


3. Perebutan Penghargaan Perdamaian

Yasser Arafat meninggal dunia di Prancis pada 11 November 2004
Yasser Arafat (AFP)

Penghargaan Nobel untuk perdamaian sering kali menjadi pusat perdebatan yang sengit. Banyak penerima penghargaan perdamaian dianggap memiliki catatan perilaku yang tidak sejalan dengan prinsip perdamaian. Salah satu contoh yang paling kontroversial adalah pemberian penghargaan kepada pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Yasser Arafat.

Pada tahun 1994, ia berbagi penghargaan dengan Yitzhak Rabin dan Shimon Peres dari Israel atas kerja mereka dalam Perjanjian Oslo. Perjanjian ini adalah bagian penting dari proses perdamaian antara Palestina dan Israel. Banyak kritikus mencatat bahwa ketika Arafat memimpin Fatah, yang merupakan bagian dari PLO, terlibat dalam tindakan terorisme.

4. Penghargaan Perdamaian Untuk Hitler

Pernahkah mendengar tentang nominasi Nobel Perdamaian untuk Adolf Hitler? Pada tahun 1939, seorang legislator Swedia mengusulkan nama Hitler sebagai lelucon, sayangnya tidak ada yang menemukan itu lucu. Sebaliknya, ini menimbulkan kontroversi besar, dan nominasinya segera ditarik. 

Namun, pada 1945 dan 1948 Joseph Stalin pemimpin Uni Soviet yang dikenal sebagai seorang diktator benar-benar terjadi. Hal ini tentu menuai kritik karena citra Joseph Stalin sebagai seorang diktator jelas-jelas tidak  sesuai dengan konsep perdamaian secara umum.


5. Hitler dan Larangan Penghargaan Nobel

Adolf Hitler memberikan salam Nazi (AFP Photo)
Adolf Hitler memberikan salam Nazi (AFP Photo)

Masih soal Hitler, pada 1935,  jurnalis asal Jerman berbnama Carl von Ossietzky yang sangat vokal mengkritik Hitler diberi Penghargaan Perdamaian tahun 1935. Mengetahui hal tersebut Hitler pun berang. Ia yang kala itu menguasai Jerman kemudian melarang semua warga Jerman untuk menerima penghargaan nobel dari bidang apapun. 

Adolf Hitler pun membuat penghargaan tandingan berskala nasional untuk berbagai bidang, sama seperti Nobel. Beberapa warga Jerman pemenang Nobel seperti Richard Kuhn, Adolf Butenandt, dan Gerhard Domagk pun terpaksa menolak penghargaan mereka. Mereka tetap menerima diploma dan medali, namun tidak dengan uangnya.

6. Penolakan Terhadap Penghargaan Nobel

Meskipun Penghargaan Nobel dianggap sebagai penghormatan tertinggi dalam berbagai bidang, dua orang yang dinyatakan memenangkan penghargaan ini menolak untuk menerimanya. Salah satunya adalah filsuf Jean-Paul Sartre, yang menolak semua penghargaan resmi, termasuk Penghargaan Nobel Sastra pada tahun 1964. 

Tindakan penolakan ini kemudian diikuti oleh Le Duc Tho dan Henry Kissinger yang  memenangkan Penghargaan Perdamaian pada tahun 1974 untuk upaya mereka mengakhiri Perang Vietnam. Tho menolak menerima penghargaan tersebut dengan alasan bahwa perdamaian sejati belum tercapai.

7. Konflik Kepentingan dalam Pemberian Penghargaan

Terakhir, Pada tahun 2008 muncul kontroversi yang melibatkan Harald zur Hausen, penerima Penghargaan Nobel Fisiologi atau Kedokteran atas penemuannya tentang virus papiloma manusia (HPV) dan hubungannya dengan kanker serviks. Masalah muncul ketika diketahui bahwa AstraZeneca, perusahaan yang memproduksi vaksin HPV, menjadi sponsor situs web Penghargaan Nobel. 

Diketahui ada dua anggota panel yang memilih Zur Hausen sebagai pemenang memiliki hubungan dekat dengan AstraZeneca. Meskipun tidak ada pelanggaran yang terbukti, konflik kepentingan yang dirasakan menimbulkan kritik terhadap integritas penghargaan ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya