Liputan6.com, Jakarta Mengapa mendung belum tentu hujan? Langit yang mendung sudah sejak lama dianggap sebagai menjadi penanda umum akan datangnya hujan. Kondisi awan menutupi hampir 95% bagian langit seringkali diasosiasikan dengan tetesan air yang akan segera membasahi bumi.Â
Baca Juga
Advertisement
Namun nyatanya, langit yang gelap tertutup awan tidak selalu diikuti dengan riuh rendah hujan yang diharapkan. Mungkin Anda pernah mengalami momen awan tebal berkumpul dan memberikan nuansa sejuk pada atmosfer. Meskipun demikian, hujan tak kunjung turun, meninggalkan keadaan yang misterius dan kadang membuat kita bertanya-tanya, "mengapa mendung belum tentu hujan?"
Langit mendung adalah hasil dari adanya uap air yang berkumpul dan membentuk awan. Meskipun awan dapat terlihat begitu tebal, namun tidak semua awan tersebut mampu menghasilkan hujan. Proses pembentukan hujan memerlukan beberapa faktor tambahan, seperti suhu dan kelembaban udara yang sesuai. Berikut ulasan lebih lanjut tentang mengapa mendung belum tentu hujan yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (4/1/2023).
Proses Pembentukan Mendung yang Tidak Selalu Berujung Hujan
Langit yang agak gelap seringkali membuat kita mengasumsikan bahwa hujan akan segera menyusul. Namun, fenomena mendung ternyata merupakan hasil dari proses yang kompleks, dan keberadaannya belum tentu diikuti oleh riuh rendah butiran air yang turun ke bumi.
Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), suasana mendung dapat bertahan selama beberapa jam hingga berhari-hari. Proses terbentuknya mendung melibatkan tiga tahapan yang kompleks. Semuanya dimulai dari penguapan air dari laut, sungai, atau danau akibat panas sinar matahari, yang kemudian mengalami kondensasi menjadi uap air. Proses ini tergantung pada tingkat kejenuhan uap di udara dan penurunan suhu.
Suhu udara yang tinggi dapat menyebabkan titik embun bertambah banyak dan air uap mengalami kondensasi, membentuk awan. Awan ini, yang disebut sebagai awan mendung, terdiri dari gumpalan besar air yang berkumpul membentuk lapisan yang menutupi langit.
Namun, kehadiran awan mendung belum tentu membawa hujan. Keberhasilan hujan terjadi setelah pembentukan awan, tergantung pada arah angin. Jika angin membawa awan mendung ke lokasi dengan suhu lebih rendah, tetesan air hujan akan jatuh ke tanah. Sebaliknya, jika angin membawa awan mendung ke lokasi dengan suhu lebih tinggi, maka hujan tidak akan terjadi.
Â
Advertisement
Hujan Dapat Terjadi tanpa Mendung
Selain mendung yang tidak berujung hujan, ada pula anomali hujan tanpa diawali mendung. Fenomena hujan tanpa mendung merupakan suatu peristiwa yang umum terjadi, terutama selama musim pancaroba. BMKG, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, memberikan penjelasan mendalam terkait dengan misteri cuaca ini.
Menurut Deni Septiadi, seorang peneliti meteorologi BMKG, proses pembentukan awan melibatkan pemanasan, konveksi, dan kondensasi awan. Awan memiliki tiga fase: kumulus, matang atau mature, dan disipasi atau punah. Seharusnya, awan mencurahkan hujan setelah memasuki fase matang. Namun, fenomena hujan tanpa mendung terjadi ketika awan sudah menghasilkan hujan sebelum mencapai fase matang.
Deni menyebut fenomena ini sebagai "hujan prematur." Ia menjelaskan bahwa awan yang belum mencapai fase matang dapat kehabisan energi pembentukan atau terpengaruh oleh angin, sehingga menyebabkan awan mengeluarkan tetes air sebelum mencapai fase matang. Fenomena ini lebih banyak terjadi antara Maret hingga Agustus, meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi juga di musim hujan atau kemarau, terutama di daerah-daerah dengan konvektif termal murni seperti Kalimantan.
Menariknya, fenomena ini jarang terjadi di Jawa karena proses konvektif di pulau ini dipengaruhi oleh orografi, yaitu pengaruh topografi atau perbedaan ketinggian dalam suatu wilayah. Sebagai contoh, di Kalimantan, hujan tanpa mendung sering terjadi secara tiba-tiba, menggambarkan karakteristik unik dari setiap daerah dalam dinamika cuaca.
Fenomena hujan tanpa mendung bukan hanya sekadar misteri cuaca, tetapi juga mencerminkan kompleksitas proses atmosfer yang masih perlu dijelajahi lebih lanjut. Penjelasan BMKG membuka pintu wawasan baru tentang bagaimana cuaca dapat menghadirkan kejutan tanpa pemberitahuan, mengingatkan kita bahwa alam masih menyimpan banyak rahasia yang menanti untuk diungkap.