Liputan6.com, Jakarta Cognitive Behavioral Therapy atau CBT adalah pendekatan terapeutik yang digunakan dalam bidang psikoterapi, untuk membantu individu mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat. Metode ini berfokus pada hubungan kompleks antara pikiran, perasaan dan perilaku, serta mengakui bahwa cara seseorang memandang suatu situasi dapat memengaruhi perasaan dan tindakan mereka.
CBT adalah metode pengobatan yang dikembangkan sebagai respons terhadap pengamatan, bahwa pemikiran negatif atau distorsi kognitif dapat berkontribusi pada berbagai masalah psikologis, seperti depresi, kecemasan, gangguan makan dan stres. CBT bertujuan untuk membantu individu mengidentifikasi, memahami dan mengubah pola pikir yang merugikan, serta mengembangkan keterampilan adaptif yang lebih sehat.
CBT adalah pendekatan yang kuat dan terbukti efektif dalam mengatasi berbagai masalah mental, di mana setiap tekniknya menitikberatkan pada eksplorasi pikiran dan perilaku pasien. Pikiran negatif memiliki potensi memicu perasaan dan perilaku negatif pada pasien dan sebaliknya. Dalam konteks CBT, pasien didorong untuk mengidentifikasi distorsi dalam proses pemikirannya yang terkait dengan gangguan yang dialaminya. Distorsi ini, terutama dalam situasi-situasi tertentu, menjadi fokus untuk diubah guna menghindari atau mengatasi masalah.
Advertisement
Berikut ini dasar dan proses CBT yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (29/1/2024).Â
Â
Dasar-Dasar
Dalam perkembangannya, CBT telah diterapkan secara efektif dalam bidang telemedicine, menghadirkan alternatif terapeutik yang relevan dengan perkembangan teknologi terkini. Pikiran negatif atau distorsi pikiran yang muncul secara otomatis ketika pasien menghadapi masalah dikenal sebagai Automatic Negative Thoughts (ANTs). Dalam pendekatan CBT, hubungan antara berbagai komponen ini disebut sebagai model kognitif. Model ini menjadi alat untuk memahami distress mental atau masalah yang dihadapi pasien, sekaligus menjadi kerangka kerja untuk mengembangkan prosedur terapi individual yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Berikut ini dasar-dasar CBT yang perlu diketahui anatar lain:Â
1. CBT mengemukakan bahwa pikiran, perasaan dan perilaku individu bukanlah entitas terpisah, melainkan saling berhubungan dan memengaruhi satu sama lain. Pemikiran yang berkaitan dengan distorsi kognitif dapat memicu perasaan tertentu, yang selanjutnya dapat memengaruhi perilaku seseorang. Terapi ini menggali interkoneksi kompleks di antara tiga komponen ini untuk memahami lebih baik reaksi individu terhadap berbagai stimulus.
2. Konsep distorsi kognitif menjadi inti dari CBT yang mengidentifikasi berbagai pola pikir tidak sehat, seperti generalisasi berlebihan, pemikiran absolut dan filtrasi negatif. Fokus terapi adalah mengenali, memahami dan mengatasi distorsi ini, memungkinkan individu untuk menggantinya dengan pemikiran yang lebih seimbang dan realistis.
3. Kesadaran diri merupakan pilar penting dalam CBT. Terapi ini mengembangkan kapasitas individu untuk mengamati secara objektif pemikiran, perasaan dan perilaku mereka sendiri tanpa penilaian berlebihan. Kesadaran diri inilah yang memicu proses perubahan, karena individu menjadi lebih mampu mengidentifikasi dan memahami pola-pola maladaptive.
4. CBT menekankan bahwa perubahan dalam pola pikir, akan mengarah pada perubahan perilaku dan respons emosional. Melalui pengembangan pemahaman yang lebih baik terhadap pemikiran negatif, individu dapat mengubah cara mereka merespon dan bertindak dalam situasi tertentu.
5. Model siklus perilaku dalam CBT menggambarkan bagaimana pemikiran, perasaan dan tindakan saling berinteraksi dan membentuk suatu siklus. Pemahaman tentang siklus ini membantu individu mengenali titik-titik intervensi potensial, di mana perubahan dapat dimulai untuk memecah siklus negatif dan mengarahkan individu menuju respons yang lebih sehat.
6. CBT tidak hanya ditujukan untuk mengatasi gejala saat ini, tetapi juga memiliki fokus jangka panjang pada pencegahan kambuh dan peningkatan kesejahteraan mental. Ini melibatkan pemberdayaan individu dengan keterampilan koping yang dapat diterapkan, dalam berbagai konteks dan situasi kehidupan.
7. Terapis CBT dan klien bekerja bersama secara kolaboratif. Terapis berperan sebagai fasilitator yang membimbing klien dalam mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat. Kolaborasi ini memungkinkan klien merasa lebih terlibat dalam proses perubahan dan meningkatkan efektivitas terapi.
Advertisement
Manfaat
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) tidak hanya dikenal sebagai metode pengobatan yang efektif untuk mengatasi gejala masalah mental, tetapi juga sebagai pendekatan terapeutik yang memberikan manfaat holistik dan berkelanjutan bagi individu yang menjalani terapi ini. Dengan menggabungkan aspek-aspek kognitif, emosional dan perilaku, CBT membuka pintu bagi pertumbuhan pribadi yang signifikan dan peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan.
Mengatasi Gangguan Mental secara Holistik
CBT merinci kompleksitas hubungan antara pikiran, perasaan dan perilaku, di mana memungkinkan individu untuk mengatasi gangguan mental secara holistik. Terapi ini memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana komponen-komponen ini saling berinteraksi, memungkinkan terapis dan klien untuk merumuskan strategi yang lebih efektif.
Peningkatan Keterampilan Koping Sehari-hari
CBT bukan sekadar metode terapeutik, tetapi juga merupakan pelatihan keterampilan koping untuk menghadapi tantangan sehari-hari. Individu belajar bukan hanya mengidentifikasi pemikiran negatif, tetapi juga mengembangkan keterampilan untuk merespon dengan lebih sehat, serta memberikan mereka keunggulan dalam mengelola stres dan tekanan hidup.
Pencegahan KambuhÂ
Fokus CBT pada pencegahan kambuh, sehingga memastikan bahwa individu tidak hanya mengalami perbaikan jangka pendek, tetapi juga membangun dasar untuk perubahan jangka panjang. Terapi ini melibatkan pembentukan kebiasaan positif, merancang strategi preventif, dan memberdayakan individu dengan alat untuk memelihara kesejahteraan mental mereka.
Peningkatan Kualitas Hidup secara Keseluruhan
CBT membuka pintu menuju peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan. Dengan membantu individu mengidentifikasi dan mengatasi hambatan psikologis yang mungkin menghambat kebahagiaan pribadi, terapi ini memberikan peluang untuk pertumbuhan dan pencapaian penuh potensi.
Manajemen Stres dan Kecemasan yang Efektif
Salah satu keunggulan CBT adalah kemampuannya dalam mengajarkan individu cara mengelola stres dan kecemasan secara efektif. Dengan membuka wawasan terhadap sumber kecemasan dan memberikan alat untuk mengatasi perasaan yang tidak sehat, CBT membantu individu menghadapi kehidupan sehari-hari dengan lebih tenang dan terkontrol.
Reduksi Gejala Fisik Terkait Stres
CBT memberikan manfaat tambahan dengan mengurangi gejala fisik yang terkait dengan stres. Insomnia, sakit kepala dan masalah pencernaan yang sering kali terkait dengan tekanan mental, dapat mengalami perbaikan melalui perubahan pola pikir dan respon yang lebih sehat terhadap situasi hidup.
Proses CBT
1. Pengumpulan Informasi (Assessment)
Terapi CBT dimulai dengan fase pengumpulan informasi yang komprehensif. Terapis bekerja sama dengan klien untuk memahami sejarah hidup, kondisi saat ini, serta faktor-faktor pemicu dan penguat yang terkait dengan masalah mental atau emosional yang sedang dihadapi. Informasi ini membantu membentuk dasar pemahaman yang holistik.
2. Penetapan Tujuan (Goal Setting)
Setelah pengumpulan informasi, terapis dan klien berkolaborasi untuk menetapkan tujuan spesifik dan terukur untuk terapi. Tujuan ini mungkin mencakup pengurangan gejala, perubahan pola pikir, atau pengembangan keterampilan koping yang lebih baik. Penetapan tujuan memberikan arah yang jelas untuk perjalanan terapi.
3. Pengembangan Kesadaran (Psychoeducation)
Sebagai bagian dari tahap ini, terapis memberikan penjelasan mendalam tentang konsep dasar CBT. Ini mencakup menjelaskan hubungan antara pikiran, perasaan, dan perilaku, serta bagaimana distorsi kognitif dapat mempengaruhi persepsi individu terhadap diri mereka sendiri dan dunia di sekitarnya. Pemahaman ini merupakan dasar bagi perubahan yang konstruktif.
4. Identifikasi Pemikiran Negatif (Thought Identification)
Klien diajak untuk mengidentifikasi dan mencatat pemikiran negatif atau distorsi kognitif yang muncul dalam berbagai situasi. Proses ini melibatkan pengamatan diri secara cermat untuk mengidentifikasi pola pikir yang merugikan. Ini adalah langkah kunci untuk membuka wawasan terhadap potensi perubahan yang diperlukan.
5. Pencarian Solusi dan Pembentukan Strategi (Problem Solving and Strategy Building)
Terapis dan klien bersama-sama mencari solusi praktis dan mengembangkan strategi perubahan. Ini mungkin melibatkan diskusi alternatif pemikiran yang lebih positif, identifikasi solusi konkret untuk situasi tertentu, atau perencanaan tindakan yang dapat membantu dalam mengubah perilaku.
6. Penerapan Perubahan (Behavioral Activation)
Tahap ini melibatkan penerapan perubahan melalui tugas-tugas rumah atau aktivitas yang dirancang untuk membantu klien mengintegrasikan perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas ini dapat mencakup menghadapi situasi yang menantang atau melibatkan diri dalam kegiatan yang meningkatkan kesejahteraan.
7. Evaluasi dan Pemantauan (Assessment and Monitoring)
Terapis dan klien secara bersama-sama mengevaluasi kemajuan terapi secara berkala. Pemantauan dilakukan untuk menilai sejauh mana tujuan-tujuan tercapai, memungkinkan penyesuaian strategi atau tujuan jika diperlukan. Evaluasi yang berkala menjadi acuan penting dalam mengukur keberhasilan terapi.
8. Pemrosesan Kognitif (Cognitive Restructuring)
 Langkah ini melibatkan proses pemrosesan kognitif yang mendalam. Terapis membantu klien mengidentifikasi pemikiran negatif atau distorsi kognitif, dan kemudian mendukung mereka dalam menggantikan pemikiran tersebut dengan alternatif yang lebih seimbang dan realistis. Ini adalah langkah penting dalam merombak pola pikir yang merugikan.
9. Penguatan Keterampilan Koping (Coping Skills Enhancement)
Terapis membimbing klien dalam mengembangkan dan memperkuat keterampilan koping yang lebih sehat. Ini mungkin mencakup teknik relaksasi, pemecahan masalah, atau pendekatan lain yang sesuai dengan kebutuhan individu. Penguatan keterampilan koping memberikan fondasi untuk menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik.
Advertisement