Arti Kata Hujan dan Proses Terbentuknya, di Indonesia Capai 2.000 mm Lebih Per Tahun

Arti kata hujan sendiri merujuk pada proses jatuhnya titik air ke permukaan bumi atau tanah.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 18 Apr 2024, 09:50 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2024, 09:50 WIB
Ilustrasi hujan
Ilustrasi hujan. (Photo by Misael Silvera/Pexels)

Liputan6.com, Jakarta  Arti kata hujan merujuk pada fenomena alam, di mana air jatuh dari langit ke bumi dalam bentuk tetesan air. Ini terjadi ketika uap air di atmosfer mengembun dan membentuk awan, lalu tetesan air tersebut menjadi terlalu berat dan jatuh ke bumi. Hujan sangat penting bagi kehidupan di Bumi karena menyediakan air untuk tanaman, hewan, manusia, serta menjaga keseimbangan ekosistem.

 

Arti kata hujan juga bisa mengacu pada proses terbentuknya air yang membantu membersihkan udara dari polusi, juga mengisi kembali sumber daya air di bumi. Dalam beberapa budaya, hujan juga memiliki makna simbolis dan digambarkan sebagai pertanda pembaruan atau kesuburan.

Adapun curah hujan bisa bervariasi menurut lokasi geografis dan iklim. Beberapa daerah di dunia mungkin mengalami hujan sepanjang tahun, sementara daerah lainnya hanya mengalami hujan musim. Ada juga beberapa wilayah yang jarang, atau bahkan tidak pernah mengalami hujan sama sekali.

Selain memberikan air yang penting untuk kehidupan, hujan juga memiliki dampak besar pada lingkungan dan aktivitas manusia. Misalnya, hujan dapat menyebabkan banjir jika curah hujan yang tinggi melebihi kapasitas drainase alami atau infrastruktur manusia. Di sisi lain, hujan yang cukup merupakan sumber air penting bagi pertanian, pengairan tanaman dan kehidupan satwa liar. Berikut ini Liputan6.com merangkum dari berbagai sumber tentang arti kata hujan dan faktor yang mempengaruhinya, Kamis (18/4/2024). 

 

Arti Kata Hujan

Ilustrasi hujan ringan hingga sedang (Istimewa)
Ilustrasi hujan ringan hingga sedang (Istimewa)

Hujan adalah salah satu peristiwa alam yang sangat umum terjadi dan biasanya dikenal sebagai presipitasi dalam bentuk cairan. Arti kata hujan merujuk pada proses di mana tetesan air jatuh dari atmosfer ke permukaan bumi atau tanah. Adapun proses terbentuknya hujan melibatkan beberapa tahap yang kompleks, di mana lapisan atmosfer yang tebal memegang peran penting, dalam memastikan bahwa kandungan air di awan hujan mencapai titik leleh es, baik dekat maupun di atas permukaan bumi. Selain itu, peran sinar matahari juga tidak bisa diabaikan dalam proses pembentukan awan hujan.

Indonesia sebagai negara tropis dengan dua musim, memiliki curah hujan yang relatif tinggi. Curah hujan di Indonesia bisa mencapai lebih dari 2.000 mm per tahun. Kondisi geografis dan topografi Indonesia memengaruhi distribusi hujan di seluruh wilayah, dengan beberapa daerah menerima curah hujan yang lebih tinggi daripada yang lain.

Ketika kita mempertimbangkan Indonesia, karakteristik negara ini sebagai negara tropis dengan dua musim memainkan peran signifikan dalam pola curah hujan. Musim kemarau dan musim hujan memiliki pengaruh yang jelas terhadap ketersediaan air, pertanian, dan ekosistem secara keseluruhan. Daerah dengan curah hujan tinggi mungkin mengalami banjir dan tanah longsor, sementara daerah dengan curah hujan rendah mungkin mengalami kekeringan.

Proses terbentuknya hujan:

Evaporasi

Proses ini merupakan awal dari siklus air. Pada tahap ini, air di permukaan bumi seperti sungai, danau, dan laut mengalami penguapan akibat panas matahari. Selain itu, proses evaporasi juga terjadi dari tanah basah dan tumbuhan melalui proses yang disebut transpirasi. Air yang menguap ini berubah menjadi uap air dan naik ke atmosfer.

Kondensasi

Setelah air menguap dan berubah menjadi uap air, uap air tersebut naik ke atmosfer yang lebih dingin. Di sana, suhu lebih rendah menyebabkan uap air tersebut mengembun dan berubah kembali menjadi tetesan air kecil atau partikel es yang sangat kecil. Proses ini disebut sebagai kondensasi. Butiran-butiran kecil ini kemudian berkumpul bersama-sama membentuk awan.

Pembentukan Awan

Partikel-partikel air atau es yang berkumpul membentuk awan. Awan terbentuk ketika udara yang mengandung uap air dingin dan terkondensasi naik ke atmosfer. Ketika udara naik, tekanannya berkurang, sehingga udara menjadi lebih dingin. Hal ini menyebabkan uap air dalam udara mengembun dan membentuk awan. Proses ini biasanya terjadi di ketinggian yang tinggi di atmosfer.

Pertumbuhan Awan

Awan terus tumbuh karena proses kondensasi terus berlanjut. Partikel-partikel air atau es terus bertambah di dalam awan karena adanya uap air yang terus naik ke atmosfer. Seiring waktu, awan menjadi semakin besar dan lebih berat.

Presipitasi

Akhirnya, partikel-partikel air atau es di dalam awan menjadi terlalu berat untuk dijaga oleh angin yang berhembus. Maka, tetesan air atau butiran es tersebut jatuh ke permukaan bumi. Proses ini disebut presipitasi yang biasanya terjadi dalam bentuk hujan, tetapi bisa juga dalam bentuk salju atau hujan es tergantung pada kondisi atmosfer di lokasi tersebut.

Faktor Curah Hujan

Ilustrasi hujan
Ilustrasi hujan. (Photo by Alvin Leopold on Unsplash)

1. Jarak dari sumber air

Hujan adalah fenomena alam di mana air jatuh dari langit ke bumi dalam bentuk tetesan air. Fenomena ini terjadi ketika uap air di atmosfer mengalami proses kondensasi dan membentuk awan. Ketika tetesan air di awan menjadi terlalu berat, gravitasi menariknya ke bumi, menyebabkan hujan. Salah satu faktor yang mempengaruhi intensitas hujan adalah jarak dari sumber air.

Meskipun mekanisme terjadinya hujan umumnya sama di mana pun kita berada, namun ada perbedaan dalam intensitas dan pola hujan di berbagai wilayah. Salah satu faktor yang memengaruhi perbedaan tersebut, adalah jarak dari sumber air yang dapat mempengaruhi kelembapan udara.

Udara yang lebih dekat dengan sumber air biasanya memiliki kelembapan yang lebih tinggi. Misalnya, wilayah pesisir laut atau wilayah dengan banyak sungai cenderung memiliki lebih banyak uap air di udara, dibandingkan dengan daerah yang jauh dari sumber air. Akibatnya, wilayah yang lebih dekat dengan sumber air cenderung memiliki intensitas hujan yang lebih tinggi.

Selain itu, topografi daerah juga dapat mempengaruhi terjadinya hujan. Daerah dengan pegunungan atau bukit-bukit cenderung mengalami hujan lebih tinggi di lereng yang menghadap ke arah angin. Hal ini disebabkan oleh angin yang naik ke atas dan mendinginkan udara, menyebabkan pembentukan awan yang lebih banyak dan akhirnya hujan yang lebih intens.

2. Perbandingan suhu antara daratan dan lautan

Perbedaan suhu antara daratan dan lautan memiliki pengaruh besar terhadap terjadinya hujan. Suatu fenomena alam yang disebut sebagai angin laut dan angin darat dapat mempengaruhi distribusi hujan di suatu wilayah.

Perbandingan suhu antara daratan dan lautan dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik keduanya. Daratan memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk menyerap dan memancarkan panas dengan cepat, sehingga suhu daratan dapat meningkat dengan cepat saat terkena sinar matahari.

Sementara itu, lautan memiliki kemampuan termal yang lebih tinggi, sehingga lautan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memanas dan mendingin. Selama siang hari, suhu di daratan umumnya lebih tinggi dibandingkan suhu di laut. Perbedaan suhu ini menyebabkan terjadinya angin laut, di mana udara di atas laut yang lebih dingin akan bergerak ke daratan karena menuruni suhu yang lebih rendah.

Angin laut ini membawa udara yang lembab dari laut ke daratan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan pembentukan awan dan kemungkinan adanya hujan. Sementara itu pada malam hari, suhu di daratan umumnya lebih rendah dibandingkan suhu di laut.

Perbedaan suhu ini menyebabkan terjadinya angin darat, di mana udara di atas daratan yang lebih dingin akan bergerak ke laut karena menuruni suhu yang lebih rendah. Fenomena angin darat ini cenderung membuat udara di atas lautan menjadi lebih kering, sehingga kemungkinan terjadinya hujan lebih rendah pada malam hari.

3. Arah angin

Arah angin merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi fenomena hujan. Dalam mendefinisikan arah angin, kita mengacu pada arah dari mana angin bertiup. Pada dasarnya, angin bertiup dari daerah bertekanan tinggi menuju daerah bertekanan rendah. Arah angin dapat memiliki pengaruh signifikan terhadap distribusi curah hujan dalam suatu wilayah.

Pada umumnya, arah angin dapat diukur menggunakan arah mata angin seperti utara, selatan, timur, dan barat. Namun, dalam bidang meteorologi, arah angin diukur menggunakan mata angin yang lebih presisi seperti utara, utara laut, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, dan barat laut. Pemahaman tentang arah angin sangat penting untuk memprediksi pola curah hujan di suatu daerah.

Misalnya, pada musim hujan di Indonesia, arah angin sering kali berubah-ubah. Pada awal musim hujan, arah angin dominan bertiup dari barat atau barat laut, membawa uap air dari Samudra Hindia. Namun, ketika musim hujan berlanjut, arah angin bisa beralih ke timur atau tenggara, membawa uap air dari Samudra Pasifik. Perubahan arah angin ini dapat mempengaruhi curah hujan di berbagai wilayah di Indonesia. Misalnya, daerah pantai di barat Jawa cenderung menerima curah hujan lebih tinggi dibandingkan daerah pegunungan di Jawa Timur.

 

4. Topografi

Ilustrasi hujan di pagi hari
Ilustrasi hujan di pagi hari. (Image by Freepik)

Topografi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pola hujan di suatu daerah, di mana mengacu pada bentuk dan relief permukaan bumi. Daerah dengan topografi yang berbeda-beda dapat memiliki pola hujan yang berbeda pula.

Misalnya, daerah dengan pegunungan tinggi cenderung menerima hujan yang lebih banyak daripada dataran rendah. Ketika angin lewat pegunungan, udara naik dan berkondensasi menjadi awan, yang kemudian turun sebagai hujan ketika mencapai ketinggian tertentu. Oleh karena itu, daerah pegunungan sering kali lebih lembab dan sering terjadi curah hujan yang tinggi.

Di sisi lain, daerah dataran rendah atau daerah pantai seringkali memiliki pola hujan yang lebih sedikit. Angin yang bertiup dari lautan mungkin tidak mengalami perubahan signifikan dalam hal peningkatan ketinggian atau pendinginan, sehingga tidak ada kondensasi yang mencukupi untuk membentuk awan dan hujan.

Selain itu, topografi juga mempengaruhi aliran air permukaan. Daerah dengan relief yang curam dan banyak bukit-bukit, mungkin memiliki aliran air permukaan yang lebih cepat dan lebih kuat, sementara daerah dataran rendah yang datar akan mengalami aliran air yang lebih lambat.

5. Lintang

Hujan adalah fenomena alam di mana air jatuh dari langit ke bumi dalam bentuk tetesan air. Fenomena ini terjadi ketika uap air di atmosfer mengembun dan membentuk awan, lalu tetesan air tersebut menjadi terlalu berat dan jatuh ke bumi. Namun, ada istilah lain yang juga sering dikaitkan dengan hujan, yaitu hujan lintang.

Hujan lintang adalah jenis hujan yang turun dengan deras dan tegak lurus terhadap permukaan bumi. Ketika hujan ini terjadi, tetesan air turun dengan cepat dan dengan sudut hampir 90 derajat terhadap permukaan tanah. Sehingga, hujan lintang sering kali memberikan dampak yang lebih besar daripada hujan biasa.

Hujan lintang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain intensitas curah hujan yang tinggi, angin yang bertiup kencang, atau kondisi topografi yang memengaruhi arah jatuhnya hujan. Fenomena ini biasanya terjadi dalam waktu yang singkat dan dapat memiliki dampak yang signifikan, seperti menyebabkan banjir, longsor, atau kerusakan pada bangunan.

Dalam kondisi hujan lintang, sangat penting bagi kita untuk selalu waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan. Misalnya, menghindari area yang berisiko banjir atau longsor, serta memastikan kelancaran saluran air dan pembuangan air hujan agar tidak mengalami penyumbatan.

6. Semakin luas wilayah

Semakin luas wilayah yang terkena hujan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap alam dan lingkungan sekitarnya. Fenomena alam ini memiliki dampak yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan di Bumi. Salah satu pengaruh hujan yang paling terlihat adalah pada kehidupan tumbuhan.

Hujan memberikan air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Di wilayah yang sering hujan, tanah menjadi subur dan ideal untuk pertanian. Hujan juga membantu menghilangkan racun dan membersihkan daun serta mengendalikan jumlah hama yang ada.

Di sisi lain, hujan juga dapat memiliki pengaruh negatif terhadap lingkungan. Semakin luas wilayah yang terkena hujan, semakin besar kemungkinan terjadi banjir. Pada wilayah perkotaan, aliran air yang berlebih akibat hujan dapat menyebabkan banjir yang merusak infrastruktur dan pemukiman penduduk. Pada wilayah alami seperti hutan, hujan yang berlebih dapat memicu longsor dan erosi tanah yang mengancam keberlanjutan ekosistem.

7. Pegunungan dan jajaran pegunungan

Pegunungan dan jajaran pegunungan merupakan faktor penting yang mempengaruhi fenomena hujan. Saat uap air di atmosfer mengembun dan membentuk awan, angin membawa awan-awan tersebut melewati pegunungan atau jajaran pegunungan.

Ketika angin mengalami pertemuan dengan permukaan pegunungan, ia terpaksa naik ke ketinggian yang lebih tinggi. Proses ini disebut dengan angin terpaksa. Pada saat angin naik ke ketinggian yang lebih tinggi, ia mendinginkan udara sekitar dan menyebabkan air dalam awan tersebut berubah menjadi uap air yang lebih dingin.

Vapour air yang lebih dingin tersebut akhirnya akan membeku dan menjadi kristal es, membentuk kristal es yang lebih besar atau salju. Selama perjalanan awan melintasi pegunungan atau jajaran pegunungan, kristal-kristal es tersebut tumbuh dan akan membentuk droplet es yang lebih berat.

Ketika droplet es ini menjadi terlalu berat dan mencapai batas yang dapat ditopang oleh angin, mereka jatuh dari langit sebagai hujan. Itulah sebabnya mengapa daerah yang berada di dekat pegunungan cenderung memiliki curah hujan yang lebih tinggi, dibandingkan dengan daerah yang letaknya lebih rendah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya