Liputan6.com, Jakarta Langit kelabu menyelimuti Dusun Kemiri, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, DIY. Siang itu, Jumat (22/3/2024) Rini Handayani (50) sedang duduk di depan rumah produksi olahan salak, Sarisa Merapi yang ia dirikan sejak 2016 silam.
Kediamannya berada di seberang rumah produksi. Sambil memandang beranda rumahnya, Rini jadi teringat saat-saat muka rumahnya jadi tempat berkumpul rentenir.
Baca Juga
Kala itu, lokasi produksi masih berada di rumahnya. Produksi olahan salak dilakukan oleh anggota Kelompok Tani Wanita (KWT) Kemiri Edum. Rini bercerita, dulu sebagian besar anggota KWT masih bergantung pada rentenir ketika membutuhkan pinjaman uang. Banyak rentenir yang akhirnya menagih ke rumah Rini.
Advertisement
“Itu di teras situ buat nongkrong rentenir. Jejer-jejer nungguin orang,” ujar Rini menunjukkan teras rumahnya.
Banyak anggota KWT yang merasa tercekik dari tingginya bunga yang diberikan. Akhirnya, skema gali lubang-tutup lubang dilakukan. Ini pada akhirnya membuat mereka makin terlilit utang. Dalam sehari, Rini mengibaratkan anggotanya harus dua kali membayar angsuran saking tingginya bunga.
“Kalau orang biasa kan, satu minggu ada tujuh hari. Tapi kalau orang yang pinjam di rentenir itu, bisa delapan sampai sembilan hari. Itu yang bener-bener mencekik,” ujar Rini.
Datangkan mantri BRI untuk kenalkan KUR
Seluruh anggota KWT Kemiri Edum merupakan petani dan pengolah salak di Sarisa Merapi. Sebagai ketua KWT, Rini ingin anggotanya lepas dari jeratan lintah darat. Ia pun menyusun strategi untuk memberi edukasi tentang keuangan. Rini berpikir, jalan keluar terlepas dari rentenir adalah mengenalkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI).
“Alhamdulillah enggak sulit sih waktu itu meyakinkan warga-warga di sini buat lepas dari rentenir,” ujar Rini.
Rini mulai mengedukasi melalui pertemuan rutin KWT. Ia bahkan sempat mengundang salah satu mantri dari BRI Unit Pakem untuk memberikan sosialisasi tentang skema KUR.
“Dulu saya ngundang mantri, terus mereka menjelaskan pinjaman itu kalau rp10 juta angsurannya sekian, potongannya sekian. Ternyata lebih ringan dari rentenir,” imbuhnya.
Rini menuturkan, salah satu alasan warga meminjam di rentenir adalah tidak adanya jaminan dan langsung cepat cair. Padahal, BRI juga punya KUR dengan skema serupa, dengan bunga yang sangat rendah. Hal inilah yang berusaha diedukasi oleh Rini.
“Di BRI dengan adanya KUR Super Mikro itu juga enggak ada jaminan. Jaminannya hanya KWT. Saya bilang ke temen-temen jaminannya itu KWT,” tambah Rini.
Akhirnya satu persatu anggota mulai beralih ke KUR dan meninggalkan rentenir. Hingga kini masih banyak anggota yang mengambil KUR untuk mengembangkan usaha, ternak, hingga perkebunan.
Advertisement
Buka Agen BRILink untuk permudah angsuran
Untuk mempermudah pengangsuran, KWT Kemiri Edum akhirnya membuka agen BRILink pada 2021. Agen BRILink milik KWT ini tak mengambil keuntungan admin sama sekali karena tujuannya untuk mempermudah warga sekitar. Agen BRILink KWT Kemiri Edum berada di rumah Rini, tempat para rentenir dulu berkumpul.
“Jadi teman-teman langsung ngangsur ke sini. Enggak perlu nambah admin. Jadi enggak perlu repot juga ke BRI,” ujar Rini.
Agen BRILink akhirnya juga dimanfaatkan warga sekitar untuk bertransaksi seperti setor dan tarik tunai, transfer, hingga membayar tagihan. Dengan adanya Agen BRILink milik KWT, warga tak perlu jauh-jauh ke ATM atau bank.
Proses pencairan KUR juga, Rini mendatangkan langsung teller dari BRI. Ini mempermudah warga untuk bisa mengakses pinjaman karena banyak yang tidak punya kendaran. Rini mengaku senang kini anggotanya sudah terbebas dari rentenir.
“Senang sih melihat anggota kami bisa lepas dari rentenir. Karena itu menjadi salah satu misi kami dari KWT itu mensejahterakan anggota, khususnya masyarakat pada umumnya,” kata Rini berseri-seri.
BRI bantu penyaluran KUR
BRI sebagai lembaga keuangan yang mendukung usaha mikro memiliki sejumlah produk pinjaman dengan bunga ringan. Ini seperti Kupedes, Kupedes Rakyat, dan KUR Mikro. Regional CEO Bank Rakyat Indonesia (BRI) Yogyakarta, John Sarjono menuturkan, BRI akan terus membantu masyarakat dalam memperbaiki ekonomi keluarga dengan tetap menyalurkan KUR sesuai dengan ketentuan pemerintah.
“BRI berharap para KWT tersebut dapat lebih mandiri mengelola usahanya sehingga dapat mengembangkan ekonomi anggota-anggotanya,” ujar John pada Liputan6.com, Minggu (28/4/2024).
Produk KUR merupakan ujung tombak untuk meningkatkan pembiayaan yang lebih inklusif. Pada 2023, BRI sudah menyalurkan KUR sebesar Rp163,3 triliun.
Advertisement