Garduaction, Cara Warga Mengelola Sampah Berbasis Edukasi di Pesisir Parangkusumo

Garduaction mengelola sampah anorganik yang diterima dari masyarakat sekitar, mencakup rumah tangga hingga industri pariwisata.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 27 Mei 2024, 10:33 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2024, 10:33 WIB
Garduaction
Garduaction (Garbage Care and Education) adalah inisiatif inovatif yang bertujuan merevolusi cara masyarakat disekitarnya memandang dan mengelola sampah. (Sumber: Dokumentasi pribadi/ Fitriyani)

Liputan6.com, Jakarta Didirikan pada Juli 2015, Garduaction (Garbage Care and Education) adalah inisiatif inovatif yang bertujuan merevolusi cara masyarakat memandang dan mengelola sampah di sekitarnya. Berbasis di Pesisir Parangkusumo, Yogyakarta, Garduaction telah mengubah tempat pembuangan sampah menjadi pusat pengelolaan sampah terpadu. Bahkan, kini juga berfungsi sebagai destinasi edukatif yang menarik. 

Garduaction lahir dari visi besar untuk melestarikan lingkungan. Perkumpulan ini berkomitmen untuk menciptakan solusi pengelolaan sampah terpadu dan menyebarluaskan edukasi yang bertujuan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan.

Dengan pendekatan yang inklusif dan partisipatif, para relawan di Garduaction mengajak semua orang untuk ikut serta dalam misi mulia ini. Sejak awal berdirinya, Garduaction terus berupaya untuk mengubah sampah menjadi sumber daya berharga. Dengan pendekatan yang inovatif, Garduaction menjadikan pengelolaan sampah sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat.

Destinasi Edukasi Pengelolaan Sampah

Garduaction
Sesi diskusi berdsama relawan Garduaction (Sumber: Instagram/garduaction)

Garduaction terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar tentang pengelolaan sampah. Sebagai pengelolaan sampah dan tempat edukasi, Garduaction menyediakan berbagai program dan fasilitas yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang isu-isu lingkungan, khususnya sampah.

Para relawan Garduaction siap untuk memfasilitasi ruang diskusi tanya jawab seputar lingkungan hidup dan pengelolaan sampah. Baik individu, komunitas, maupun instansi dapat datang dan belajar mengenai isu-isu lingkungan terkini. Diskusi ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru, tetapi juga mendorong tindakan nyata dalam pengelolaan sampah yang lebih baik.

Ada juga Sunday Sharing and Caring yang merupakan program belajar sambil bermain yang ditujukan untuk anak usia dini. Program ini bertujuan membentuk kebiasaan ramah lingkungan sejak dini, seperti menggunakan kertas bekas untuk dijadikan kerajinan dan menghemat penggunaan plastik baru. Melalui kegiatan yang menyenangkan dan edukatif, Garduaction menanamkan nilai-nilai kelestarian lingkungan pada generasi muda.

Melalui program Drop Sampah, Garduaction secara aktif mengajak masyarakat sekitar untuk memilah sampah yang mereka produksi. Sampah-sampah anorganik yang sudah terpilah kemudian dapat diserahkan ke Garduaction untuk dikelola menjadi sesuatu yang lebih bernilai. Program ini bertujuan agar sampah-sampah produksi masyarakat tidak berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), melainkan diolah kembali menjadi produk yang bermanfaat.

Ecobrick, Langkah Bijak Mengelola Sampah Residu

Ecobrick di Garduaction
Instalasi Ecobrick di Garduaction (Sumber: Dokumentasi pribadi/Fitriyani)

Untuk menjawab tantangan pengelolaan sampah residu terutama plastik multilayer yang banyak digunakan sebagai kemasan, Garduaction menyuarakan campaign Gerakan Ecobrick. Ecobrick adalah botol plastik yang diisi padat dengan plastik bekas untuk menciptakan blok bangunan yang dapat digunakan kembali dan berfungsi untuk mensekuestrasi plastik.

Konsep ecobrick adalah memanfaatkan dan mendaur ulang plastik pasca konsumsi, memberikan manfaat bagi Bumi kita. Ecobrick dapat digunakan untuk membuat berbagai produk, seperti furniture, dinding bangunan, dan struktur lainnya. Dengan memanfaatkan plastik pasca komsumsi ecobrick tidak hanya membantu mengelola sampah tetapi juga memberikan nilai tambah pada plastik bekas. Produk yang dihasilkan tahan lama dan dapat digunakan dalam berbagai proyek kreatif.

Melalui campaign Gerakan Ecobrick Garduaction tidak hanya mengajak masyarakat disekitarnya untuk mengelola sampah anorganik yang masuk kategori residu secara lebih baik dan bertanggung jawab. Pembuatan ecobrick membutuhkan usaha yang lebih dan kadang dianggap merepotkan bagi sebagian orang. 

Sebab, sebelum dimasukkan kedalam botol sampah anorganik yang akan dibuat ecobrick harus dalam kondisi bersih dan kering. Proses yang merepotkan ini bisa dijadikan motivasi oleh masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. 

“Harapannya ketika sudah mengenal Gerakan Ecobrick, masyarakat paham bahwa mengelola sampah anorganik sekali pakai itu membutuhkan usaha yang tidak sederhana. Sehingga masyarakat jadi lebih bijak dalam menggunakan plastik sekali pakai. Kalau malas buat ecobrick ya jangan konsumsi plastik sekali pakai,” ucap Prita, salah satu relawan Gardaction yang telah mempraktekkan pembuatan ecobrick di rumah.

Gerakan Ecobrick dilakukan oleh setiap orang yang terhubung dengan Garduaction dapat dikumpulkan secara kolektif di Garduaction. Botol-botol ecobrick tersebut kemudian akan dirakit menjadi barang yang bernilai guna. 

Pilot Project Paving Block dari Sampah

Pembuatan Paving Block dari sampah
Pembuatan Paving Block dari sampah di Garduaction ( Sumber: Instagram/garduaction)

Garduaction juga mengolah sampah plastik dan styrofoam menjadi bahan baku pembuatan paving block. Namun, kapasitas produksinya masih untuk penggunaan internal sebagai atau alat edukasi.

“Satu paving block membutuhkan setidaknya lima kilogram sampah residu. Artinya, dengan mengolah sampah residu menjadi paving block kita bisa mengurangi sampah-sampah yang ditolak oleh industri dengan efisien,” terang Ardha, relawan lainnya.

Ardha menambahkan, bahwa sudah ada yang membuat paving block dengan menggunakan sampah residu. Tapi komposisinya hanya sekitar dua puluh sampai tiga puluh persen sampah plastik dan ditambah dengan material lain seperti pasir dan semen. 

Gagasan membuat paving block dengan bahan seratus persen sampah residu pun masih perlu dikaji. Baik dari segi penggunaan produk maupun dampak proses pembuatannya bagi kesehatan dan lingkungan karena melibatkan pembakaran plastik. Untuk itu, Garduaction masih memerlukan dukungan dari berbagai pihak untuk mengembangkan pilot project yang mereka gagas ini.

“Kami sangat terbuka bagi para ahli dan pemangku kebijakan untuk terlibat dalam projek paving block dari sampah ini. Dengan begitu kami berharap dapat bisa memengaruhi kebijakan publik yang dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan,” jelas Ardha.

Dengan berbagai program yang dibuat, Garduaction terus berupaya tidak hanya mengelola sampah, tetapi juga mendidik, berkreasi, dan menunjukkan kepedulian terhadap sesama. Tujuannya adalah menginspirasi komunitas masyarakat untuk bersama-sama menjaga dan mencintai lingkungan.

Ardha menambahkan, “Apa yang kami lakukan sebenarnya sama dengan tempat pengelolaan sampah lain. Seperti kegiatan ngerosok kan sudah dikenal masyarakat sejak lama. Tapi harapannya, Garduaction dapat menjadi ruang diskusi bagi masyarakat, sehingga muncul kesadaran tentang pentingnya pengelolaan sampah di tingkat individu.” 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya