Keren, Startup Ini Bikin Mesin Pengelolaan Sampah Pintar yang Bisa Diakses Publik

Mesin pengelolaan sampah besutan startup Jangjo diklaim hanya membutuhkan 3.000 m2 untuk mengelola 6.000 ton sampah campur per bulan menjadi habis.

oleh Iskandar diperbarui 22 Mei 2024, 11:00 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2024, 11:00 WIB
Proses pemilahan sampah dengan mesin tromel milik startup Jangjo. Credit: Jangjo
Proses pemilahan sampah dengan mesin tromel milik startup Jangjo. Credit: Jangjo

Liputan6.com, Jakarta - Startup yang berbasis di Jakarta, Jangjo, memperkenalkan mesin pengelolaan sampah pintar bernama Jangjo Zero Waste Integrated (JOWI) System.

JOWI System dinilai efektif untuk mendukung sistem desentralisasi pengolahan sampah di perkotaan karena membutuhkan area yang lebih sedikit dibandingkan sistem konvensional.

Co-Founder & COO Jangjo, Eki Setijadi, mengklaim mesin pengelolaan sampah besutannya hanya membutuhkan 3.000 m2 untuk mengelola 6.000 ton sampah campur per bulan menjadi habis.

"JOWI hanya membutuhkan area pengelolaan sampah seluas 3.000 m2, sedangkan sistem konvensional membutuhkan 10.000 m2," ujar Eki melalui keterangannya, Rabu (22/5/2024).

Ia menambahkan, perusahaan mendukung penuh sirkular ekonomi, di mana semua sampah akan diproses menjadi barang bernilai, baik itu Refuse Derived Fuel (RDF) atau Solid Recovered Fuel (SRF), serta energi lainnya.

"Kami juga menggunakan 'adaptive system' di mana teknologi yang digunakan akan menyesuaikan dengan jenis sampah yang ada, dan tentunya menyesuaikan dengan perilaku masyarakat di Indonesia,” ucap Eki.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Keseimbangan Alam dan Manusia Lewat Teknologi

Refuse Derived Fuel (RDF) hasil dari Jangjo Zero Waste Integrated System. Credit: Jangjo
Refuse Derived Fuel (RDF) hasil dari Jangjo Zero Waste Integrated System. Credit: Jangjo

Co-Founder dan Chief Executive Officer Jangjo, Joe Hansen, mengatakan JOWI System dapat diaplikasikan di berbagai daerah di Indonesia dan secara efektif mampu mengubah sampah menjadi material yang lebih berguna.

"Sistem ini pun sudah dimanfaatkan oleh berbagai mall dan hotel seperti Plaza Indonesia, FX Mall, SCBD Park, Hotel Aston Pluit, serta beberapa komplek perumahan lainnya," ia menjelaskan.

Joe menyebut perusahaan terus mengajak para pemilik gedung, komplek perumahan, dan institusi pemerintah untuk menjadikan bumi lebih baik.

“Kami percaya, melalui dukungan teknologi, keseimbangan alam dan manusia dapat dicapai dengan baik," ia memungkaskan.

 


Indonesia Bersih Sampah 2025

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, mengapresiasi langkah yang dilakukan Jangjo karena telah berperan aktif dalam membantu pemerintah merealisasikan Peraturan Gubernur (PERGUB) Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 102 Tahun 2021 tentang Kewajiban Pengelolaan Sampah di Kawasan dan Perusahaan.

"Kontribusi Jangjo ini untuk membantu tercapainya misi Indonesia Bersih Sampah 2025. Ini merupakan sebuah sinergi yang baik antara pemerintah dan pihak swasta untuk menghasilkan tata kelola sampah yang tidak hanya sebatas kuantitatif, tetapi juga kualitatif,” kata Asep.

Jangjo, perusahaan rintisan (startup) yang memiliki fokus pada solusi pengelolaan sampah sejak 2019, hadir untuk mengurangi persoalan sampah dengan mengimplementasikan strategi dan teknik yang dirancang dengan teknologi canggih.

Jangjo menyediakan kebutuhan yang menyeluruh untuk persampahan mulai dari edukasi, pengangkutan terpilah, pengolahan zero waste to landfill untuk sampah rumah tangga, dan pelaporan yang komprehensif termasuk dampak lingkungan.


Infografis bahaya sampah plastik di laut. (dok. TKN PSL)

Bahaya Sampah Plastik di Laut
Infografis bahaya sampah plastik di laut. (dok. TKN PSL)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya