Liputan6.com, Jakarta Tingkat inflasi di Indonesia menunjukkan tanda-tanda pelambatan pada bulan Mei 2024, memberikan sinyal positif bagi perekonomian nasional. Penurunan ini mencerminkan hasil dari berbagai kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menstabilkan harga dan meningkatkan daya beli masyarakat. Dengan inflasi yang lebih terkendali, diharapkan kondisi ekonomi semakin kondusif untuk pertumbuhan yang berkelanjutan.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi bulanan tercatat menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ini dipengaruhi oleh stabilitas harga pangan dan energi, dua komponen utama yang sering memicu fluktuasi inflasi. Kebijakan subsidi dan kontrol harga yang diterapkan pemerintah tampaknya berhasil menekan kenaikan harga secara keseluruhan.
Agar lebih paham, berikut Liputan6.com ulas mengenai tingkat inflasi Indonesia mengalami penurunan pada bulan Mey 2024 yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (4/6/2024).
Advertisement
Tingkat Inflasi Indonesia pada Bulan Mei 2024
Menurut data Badan Pusat Statistik atau BPS, pada Mei 2024, Indonesia mengalami inflasi year-on-year (y-on-y) sebesar 2,84 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 106,37. Inflasi y-on-y tertinggi di tingkat provinsi terjadi di Papua Tengah, mencapai 5,39 persen dengan IHK 110,25, sementara inflasi terendah tercatat di Kepulauan Bangka Belitung dan Sulawesi Barat, masing-masing sebesar 1,25 persen dengan IHK 104,27 dan 105,46. Di tingkat kabupaten/kota, Kabupaten Nabire mencatat inflasi y-on-y tertinggi sebesar 7,58 persen dengan IHK 112,25, sedangkan Kabupaten Majene memiliki inflasi terendah sebesar 0,63 persen dengan IHK 105,87, dan Kabupaten Bangka Barat mengalami deflasi y-on-y sebesar 0,09 persen dengan IHK 102,47.
Inflasi year-on-year ini disebabkan oleh kenaikan harga di sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami kenaikan sebesar 6,18 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,10 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,54 persen, serta kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,85 persen. Selain itu, kelompok kesehatan naik 2,06 persen, transportasi 1,34 persen, rekreasi, olahraga, dan budaya 1,60 persen, pendidikan 1,71 persen, penyediaan makanan dan minuman/restoran 2,51 persen, dan perawatan pribadi serta jasa lainnya naik 4,99 persen, sementara kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan justru mengalami penurunan indeks sebesar 0,16 persen.
Tingkat deflasi month-to-month (m-to-m) pada Mei 2024 tercatat sebesar 0,03 persen, sedangkan tingkat inflasi year-to-date (y-to-d) mencapai 1,16 persen. Komponen inti inflasi y-on-y pada Mei 2024 adalah sebesar 1,93 persen, dengan inflasi m-to-m sebesar 0,17 persen, dan inflasi y-to-d sebesar 1,04 persen. Data ini menunjukkan dinamika harga yang cukup stabil namun tetap memerlukan perhatian, terutama dalam mengelola kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan signifikan.
Advertisement
Pergerakan Harga Kebutuhan Pokok Bulan Mei 2024
Pada bulan Mei 2024 lalu, terjadi pergerakan harga kebutuhan pokok yang cukup beragam, hal ini mencerminkan dinamika pasar dan faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhinya. Beberapa kelompok kebutuhan pokok mengalami kenaikan harga yang signifikan, sementara yang lainnya mengalami penurunan atau stagnasi. Berikut adalah gambaran pergerakan harga kebutuhan pokok pada bulan tersebut, yakni:
1. Kebutuhan Pokok Makanan
Harga kebutuhan pokok makanan, salah satunya gula, cenderung mengalami kenaikan. Faktor seperti cuaca ekstrem, kenaikan biaya produksi, dan fluktuasi pasokan dapat mempengaruhi harga-harga ini. Di beberapa daerah, kenaikan harga bahan makanan tertentu dapat menjadi perhatian serius bagi masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan rendah.
Sedangkan, harga telur justru menurun. Hal ini menurut Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) Bank Indonesia, beberapa harga pangan mengalami penurunan pada Mei 2024Â akibat efek normalisasi pasca Idul Fitri. Tren ini terlihat pada deflasi harga daging sapi, ayam, beras, dan telur.
Menurut Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro mengatakan bahwa harga beras juga terus mengalami deflasi, menunjukkan penurunan sekitar 2%. Hal ini menyusul deflasi sebesar 1,6% pada bulan sebelumnya.
2. Pakaian dan Alas Kaki
Harga pakaian dan alas kaki juga mengalami kenaikan, meskipun tidak sebesar kenaikan harga bahan makanan. Faktor-faktor seperti kenaikan biaya produksi, perubahan tren mode, dan fluktuasi nilai tukar mata uang dapat berkontribusi terhadap pergerakan harga dalam kategori ini. Hal ini dapat memengaruhi daya beli konsumen, terutama bagi mereka yang membutuhkan pakaian dan alas kaki secara rutin.
3. Perumahan dan Utilitas
Harga perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga cenderung stabil atau mengalami kenaikan yang moderat. Meskipun demikian, kenaikan harga bahan bakar tertentu seperti minyak tanah atau gas dapat berdampak signifikan bagi rumah tangga dengan anggaran terbatas. Faktor lain seperti kenaikan harga sewa atau harga properti juga dapat mempengaruhi biaya perumahan bagi masyarakat.
4. Perlengkapan Rumah Tangga
Harga perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga umumnya cenderung stabil atau mengalami kenaikan yang moderat. Meskipun terdapat peningkatan harga pada beberapa barang elektronik atau peralatan rumah tangga tertentu, tetapi ada juga barang-barang yang mengalami penurunan harga karena faktor promosi atau penjualan diskon. Hal ini dapat memengaruhi keputusan pembelian konsumen dalam membeli barang-barang rumah tangga.
5. Transportasi
Harga transportasi, termasuk bahan bakar kendaraan, tiket transportasi umum, dan biaya perjalanan, cenderung mengalami fluktuasi tergantung pada faktor-faktor seperti kenaikan harga minyak bumi, tarif angkutan umum, dan kondisi infrastruktur transportasi. Pergerakan harga transportasi ini dapat berdampak langsung pada biaya hidup dan mobilitas masyarakat.