Sejarah Panjat Tebing, dari Aktivitas Kuno Sampai Olahraga Olimpiade

Seiring dengan kemajuan teknologi dan teknik yang terus mendorong batasan kemampuan manusia, sejarah panjat tebing berkembang ke berbagai arah baru.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 09 Agu 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2024, 10:00 WIB
Ilustrasi panjat tebing
Ilustrasi mimpi memanjat tebing/Copyright unsplash/Fionn Claydon

Liputan6.com, Jakarta Panjat tebing atau rock climbing, telah berkembang pesat sejak awal mula aktivitas ekstrim ini menjadi ajang rekreasi ini pada akhir abad ke-19. Seiring dengan kemajuan teknologi dan teknik yang terus mendorong batasan kemampuan manusia, sejarah panjat tebing berkembang ke berbagai arah baru. Olahraga ini awalnya dilakukan oleh tentara untuk menaklukkan tebing-tebing tinggi dengan menggunakan peralatan seperti tali tebal, cincin kait (carabiner), dan paku tebing (piton), kini telah menjadi salah satu cabang olahraga yang diakui di seluruh dunia.

Pada tahun 2020, panjat tebing resmi debut sebagai salah satu cabang olahraga di Olimpiade Tokyo. Hal ini tidak hanya menarik perhatian para atlet yang menekuni cabang olahraga ini, tetapi juga ribuan penggemar baru. Industri gym panjat tebing dalam ruanganpun semakin berkembang pesat. Sementara itu, jumlah pendaki elit yang terus bertambah menjelajahi pelosok bumi untuk mencari "batu yang belum tersentuh."

Untuk memahami bagaimana olahraga ini berkembang dan apa yang mendorong minat banyak orang, penting untuk mengenal sejarah panjat tebing dan bahasa yang telah berkembang di sekitarnya. Berikut sejarah panjat tebing yang Liputan6.com rangkum dari laman nationalgeographic.com, Kamis (8/8/2024).

Dari Aktivitas Kuno Sampai Olahraga Modern

Rahmad Adi Mulyono berhasil meraih medali emas pada nomor speed dalam Piala Dunia Panjat Tebing 2023 di Chamonix, Prancis. (Istimewa)
Rahmad Adi Mulyono berhasil meraih medali emas pada nomor speed dalam Piala Dunia Panjat Tebing 2023 di Chamonix, Prancis. (Istimewa)

Panjat tebing yang dikenal sebagai olahraga modern ekstrem, ternyata merupakan aktivitas yang sudah ada sejak zaman kuno. Banyak bukti menunjukkan bahwa panjat tebing menjadi salah satu kegiatan yang ada di berbagai budaya untuk beragam tujuan.

Di Mustang, Nepal, arkeolog menemukan gua-gua pemakaman kuno yang hanya bisa dicapai dengan memanjat tebing curam. Sedangkan di Amerika Barat Daya, suku-suku asli tinggal di tebing-tebing tinggi untuk keamanan. Aktivitas memanjat ini mungkin dilakukan untuk perlindungan dan keselamatan.

Panjat tebing modern dimulai di tiga tempat utama,eak District dan Lake District di Inggris, wilayah Elbe Sandstone di Jerman Tenggara, dan Dolomites di Italia Utara. Pada awal abad ke-20, para pendaki mulai menggunakan peralatan seperti carabiner baja dan piton besi untuk membantu mereka memanjat.

Ada dua gaya utama panjat tebing, free climbing dan aid climbing. Free climbing berarti pendaki hanya menggunakan tubuh mereka untuk memanjat, meskipun mereka tetap menggunakan tali atau matras untuk keamanan jika terjatuh. Sedangkan, aid climbing menggunakan peralatan teknis yang lebih kopleks untuk membantu pendaki naik tebing.

Pada tahun 1911, pendaki Jerman Paul Preuss mengkritik pendaki lain karena menggunakan piton untuk membantu mereka memanjat. Menurutnya, piton seharusnya hanya digunakan dalam keadaan darurat, bukan sebagai alat utama untuk memanjat. Perdebatan ini menandai salah satu diskusi besar pertama tentang gaya panjat tebing.

Teknik dan pengetahuan panjat tebing terus berkembang dan menyebar ke seluruh dunia selama awal abad ke-20. Pada tahun 1930-an, banyak pendakian penting dilakukan di Eropa dan Amerika Utara, termasuk pendakian pertama di Ship Rock di New Mexico dan Devils Tower di Wyoming.Seiring berjalannya waktu, panjat tebing telah berkembang dari aktivitas kuno menjadi olahraga yang diakui secara global. 

Perkembangan Panjat Tebing sebagai Olahraga Modern

Sukma Lintang Cahyani
Lintang membuat kejutan di Kualifikasi Panjat Tebing Zona Asia atau IFSC Climbing Asian Qualifier 2023. (merdeka.com/Arie Basuki)

Panjat tebing telah mengalami evolusi signifikan dari aktivitas kuno hingga menjadi olahraga modern yang kompleks dan dihormati. Salah satu cabang panjat tebing yang menonjol adalah bouldering. Bouldering adalah jenis panjat tebing tanpa tali pada tebing atau batu kecil yang memungkinkan pendaki mendarat dengan aman.

Bouldering pertama kali berkembang di Fontainbleau, dekat Paris, pada pertengahan abad ke-20. Karena tidak menggunakan tali, bouldering memungkinkan pendaki untuk berlatih gerakan rumit tanpa khawatir tentang keselamatan, sehingga menjadi cara terbaik untuk mendorong batas kemampuan memanjat.

Pada tahun 1950-an dan 60-an, John Gill, seorang perwira Angkatan Udara di Colorado Springs, mulai menggunakan latihan senam dan kapur magnesium untuk mencegah tangan berkeringat saat memanjat. Inovasi ini diterima luas dan masih digunakan hingga kini.

Tebing granit besar di Lembah Yosemite, California, menjadi tempat uji coba terpenting bagi pendaki setelah Perang Dunia II. Pada akhir 1940-an, John Salathé mulai menggunakan piton baja keras yang bisa digunakan pada celah tipis di Yosemite dan dapat dilepas untuk digunakan kembali. Penemuan ini, bersama dengan alat lain seperti alat pengait mekanis dan hammock khusus untuk tebing, memicu era keemasan panjat tebing di Yosemite. Banyak tebing ikonik, termasuk Half Dome dan El Capitan, pertama kali didaki dengan teknik aid climbing.

Selama 70 tahun pertama panjat tebing teknis, piton adalah bentuk perlindungan utama. Pada tahun 1972, Yvon Chouinard dan rekan-rekannya mengadvokasi penggunaan perlindungan yang lebih ramah lingkungan seperti nuts dan hexentrics yang terbuat dari aluminium yang dapat dipasang pada celah alami di batuan, mengurangi kerusakan pada jalur pendakian.

Pada tahun 1970-an, pendaki mulai bereksperimen dengan hang-dogging, yaitu mengulangi gerakan sulit sambil beristirahat pada tali untuk menguasai pendakian. Pada akhir 1970-an, pendaki di Verdon Gorge, Prancis, mulai menuruni tebing dengan tali untuk mengeksplorasi dan melengkapi rute dengan baut permanen sebelum mencoba mendaki dari bawah. 

Metode ini juga dikembangkan di Smith Rocks, Oregon, pada awal 1980-an oleh Alan Watts. Kombinasi hang-dogging dan rute dengan baut menciptakan sport climbing, yaitu panjat tebing untuk tantangan fisik pada rute yang sudah dilengkapi perlindungan tetap. Berbeda dengan trad climbing, di mana pendaki memasang dan melepas perlindungan mereka sendiri saat mendaki.

Untuk melacak kesulitan dan standar yang terus meningkat, pendaki menggunakan sistem penilaian teknis. Penilaian bouldering di Amerika Utara dimulai dengan awalan V dan berkisar dari V0 hingga V16. 

Penilaian sport dan trad climbing dimulai dengan awalan 5 dan berkisar dari 5.0 hingga 5.15, dengan huruf a, b, c, atau d untuk menunjukkan tingkat kesulitan yang lebih besar. Penilaian aid climbing dimulai dengan awalan A dan berkisar dari A0 hingga A5. Selain itu, trad climbing kadang-kadang membawa peringkat risiko, PG, R, atau X, untuk menunjukkan tingkat seriusnya potensi jatuh.

Popularitas Gym Panjat Tebing

Lee Sang Heonn menyukai olahraga panjat tebing. (Foto: Instagram/climb_nice)
Lee Sang Heon menyukai olahraga panjat tebing. (Foto: Instagram/climb_nice)

Sejak tahun 1939, pendaki mulai menggunakan fasad arsitektural untuk latihan. Dinding indoor pertama diperkenalkan pada 1980-an dan menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika Utara pada pertengahan 1990-an. Gym panjat tebing ini memperkenalkan lebih banyak orang pada olahraga ini dan membantu mendorong batas kemampuan teknis dan fisik pendaki.

Panjat Tebing Menuju Olimpiade

Perjalanan panjat tebing menjadi olahraga Olimpiade adalah cerita tentang pertumbuhan dan pengakuan. Berawal dari acara-acara lokal informal hingga menjadi seri Piala Dunia Internasional, gym panjat tebing memainkan peran penting dalam memupuk pertumbuhan panjat tebing kompetitif sebagai olahraga yang diorganisir dengan baik. Acara awal seperti Kompetisi Panjat Tebing Internasional 1988, yang diadakan di dinding luar setinggi 110 kaki di sisi sebuah penginapan di Snowbird, Utah, membuka jalan bagi seri Piala Dunia IFSC yang diakui secara internasional dan akhirnya membawa panjat tebing ke Olimpiade 2020 di Tokyo.

Pada debutnya di Olimpiade, para atlet panjat tebing bersaing dalam tiga disiplin: bouldering, lead sport climbing, dan speed climbing, yang semuanya digabungkan untuk satu medali. Di masa depan, banyak atlet berharap setiap disiplin akan mendapatkan medali tersendiri.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya