7 Ciri Bos yang Gemar Mengontrol Secara Berlebihan Kinerja Karyawan, Banyak Efek Buruk

Pemimpin yang micromanage sering kali merasa sangat cemas tentang pekerjaan tim mereka.

oleh Miranti diperbarui 10 Sep 2024, 13:23 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2024, 13:23 WIB
Ilustrasi teman, rekan kerja yang toxic
Ilustrasi teman, rekan kerja yang toxic. (Image by KamranAydinov on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Setiap orang ingin bekerja secara optimal di lingkungan yang mendukung dengan rekan kerja yang suportif. Namun, ada kalanya beberapa orang harus bekerja di bawah atasan yang memiliki pengawasan dan kontrol yang berlebihan. Hal ini bisa menimbulkan rasa tidak nyaman di tempat kerja.  Jika situasi ini berlangsung terus-menerus, kemungkinan besar atasan sedang melakukan micromanagement kepada bawahannya.

Apa itu micromanagement? Micromanagement merupakan pola perilaku atasan yang ditandai dengan pengawasan dan kontrol berlebihan terhadap pekerjaan dan proses yang dilakukan oleh bawahannya. Dalam praktiknya, seorang micromanager cenderung terlibat secara rinci dalam setiap langkah pekerjaan, sering kali mengabaikan delegasi tugas dan keputusan kepada anggota timnya.

Perilaku ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat dan mengurangi kepercayaan diri karyawan. Berikut ini adalah tanda-tanda bahwa atasan sedang melakukan micromanagement kepada bawahannya sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Selasa (10/9/2024):

1. Ciri-Ciri Atasan yang Melakukan Micromanage Terhadap Bawahannya

Tanda-Tanda Atasan Melakukan Micromanage Kepada Bawahannya
Sumber gambar: Pexels.com/Jonathan Borba

Pengawasan yang Berlebihan

Atasan yang terlalu mengawasi biasanya memperhatikan setiap detail pekerjaan bawahannya dengan sangat ketat. Mereka mungkin sering meminta laporan progres yang sangat mendetail dan terus-menerus memantau aktivitas harian karyawan.

Kurangnya Kepercayaan

Micromanager sering kali menunjukkan kurangnya kepercayaan terhadap kemampuan karyawan. Mereka merasa perlu untuk terlibat dalam setiap detail pekerjaan, yang membuat karyawan merasa tidak dihargai dan kurang percaya diri.

Mengambil Alih Tugas

Jika atasan kamu sering mengambil alih tugas yang seharusnya dikerjakan oleh karyawan, terutama ketika ada kesalahan kecil, ini adalah tanda jelas dari micromanagement. Mereka mungkin merasa bahwa hanya mereka yang dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

Kritik yang Tidak Konstruktif

Micromanager cenderung memberikan kritik yang tidak solutif dan lebih fokus pada kesalahan daripada memberikan umpan balik yang membangun. Hal ini dapat merusak semangat kerja karyawan dan menurunkan moral tim.

Tidak Melibatkan Karyawan dalam Pengambilan Keputusan

Atasan yang micromanage jarang melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan. Mereka cenderung membuat keputusan sendiri tanpa mempertimbangkan masukan dari tim, sehingga dapat menghambat potensi karyawan untuk berkembang.

Fokus pada Detail Kecil

Micromanager sering kali terjebak dalam rincian kecil yang tidak signifikan dan mengabaikan gambaran besar dari proyek yang sedang dikerjakan. Padahal, hal ini dapat menghambat produktivitas dan kreativitas karyawan.

Rasa Cemas yang Tinggi

Atasan yang micromanage sering kali menunjukkan kecemasan yang tinggi terhadap pekerjaan bawahannya. Mereka mungkin merasa perlu untuk mengontrol segala situasi, sehingga dapat menciptakan lingkungan kerja yang tegang.

2. Dampak Negatif Micromanage Bagi Karyawan dan Perusahaan

[Bintang] Perempuan Ini Izin Telat Datang ke Kantor, Respon Si Bos Benar-benar Tak Terduga
Izin telat datang ke kantor karena masih ingin melihat anjingnya yang sedang tidur, perempuan ini dapat respon mengejutkan dari si bos. (Ilustrasi: Women in the World)

Penurunan Produktivitas

Micromanagement dapat mengakibatkan penurunan produktivitas karyawan. Ketika atasan terlalu terlibat dalam setiap detail pekerjaan, karyawan merasa tertekan dan kehilangan kebebasan untuk menyelesaikan tugas mereka dengan cara yang mereka anggap paling efektif. Akibatnya, waktu terbuang untuk melaporkan setiap langkah kepada atasan, daripada fokus pada pekerjaan itu sendiri.

Rasa Tidak Aman dan Stres

Karyawan yang bekerja di bawah micromanager sering merasa tidak aman dan tertekan. Ketidakpastian mengenai ekspektasi atasan dan ketakutan akan kritik yang berlebihan dapat menyebabkan stres berkepanjangan. Hal ini dapat berujung pada masalah kesehatan mental dan fisik, seperti kelelahan dan kecemasan.

Mengurangi Kreativitas dan Inisiatif

Ketika karyawan merasa setiap langkah mereka diawasi, mereka cenderung tidak berani mengambil inisiatif atau berinovasi. Micromanagement membatasi ruang bagi karyawan untuk berpikir kreatif dan mencari solusi baru, yang pada akhirnya dapat menghambat perkembangan tim dan organisasi.

Lingkungan kerja yang penuh tekanan dan pengawasan ketat dapat menurunkan moral karyawan. Ketika karyawan merasa tidak dihargai dan tidak memiliki otonomi, kepuasan kerja mereka akan menurun. Hal ini dapat menyebabkan tingkat turnover yang tinggi, di mana karyawan memilih untuk meninggalkan perusahaan.

Lingkungan Kerja yang Toksik

Micromanagement sering menciptakan lingkungan kerja yang toksik, di mana karyawan merasa tertekan dan tidak nyaman. Ketidakpuasan yang meluas dapat menyebabkan konflik antar karyawan dan mengurangi kolaborasi tim.

Menghambat Pengembangan Karyawan

Dengan tidak memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mengambil keputusan dan belajar dari kesalahan, micromanagement menghambat pengembangan keterampilan dan karier mereka. Karyawan yang tidak diberi kesempatan untuk berkembang mungkin merasa stagnan dan kehilangan motivasi untuk berkontribusi lebih.

Dampak Ekonomi bagi Perusahaan

Dampak negatif dari micromanagement tidak hanya dirasakan oleh karyawan, tetapi juga dapat mempengaruhi kinerja keseluruhan perusahaan. Tingkat turnover yang tinggi dan produktivitas yang rendah dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan bagi organisasi.

Dengan memahami dampak buruk dari micromanagement, baik atasan maupun karyawan dapat berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif, di mana kepercayaan dan kolaborasi dapat berkembang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya