Profil Otto Toto Sugiri yang Dijuluki sebagai Bill Gates Asal Indonesia

Otto Toto Sugiri adalah seorang pengusaha teknologi terkemuka dan pionir industri data center di Indonesia.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 11 Sep 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2024, 08:00 WIB
Profil Otto Toto Sugiri yang Dijuluki sebagai Bill Gates Asal Indonesia
DJP mengumpulkan para wajib pajak prioritas. Mereka antara lain, Gilang Widya Pramana alias biasa dikenal sebagai Juragan 99 dan orang terkaya RI ke-19 versi Majalah Forbes 2021 Otto Toto Sugiri.

Liputan6.com, Jakarta Otto Toto Sugiri adalah seorang pengusaha teknologi terkemuka dan pionir industri data center di Indonesia. Ia dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada 23 September 1953. Sugiri menempuh pendidikan teknik di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan lulus pada tahun 1977.

Karier profesional Sugiri dimulai di PT Indosat, di mana ia bekerja selama lebih dari dua dekade dan mencapai posisi Direktur Teknik. Pada tahun 2000, ia mendirikan PT Sigma Cipta Caraka, sebuah perusahaan penyedia layanan teknologi informasi yang kemudian menjadi bagian dari Telkom Group. Langkah besar berikutnya dalam karier Sugiri adalah pendirian PT DCI Indonesia pada tahun 2011, sebuah perusahaan data center yang kini menjadi salah satu pemain utama di industri tersebut.

Di bawah kepemimpinan Sugiri, DCI Indonesia berkembang pesat dan menjadi perusahaan data center pertama di Indonesia yang go public pada tahun 2021. Keberhasilannya dalam membangun dan mengembangkan bisnis teknologi telah menjadikan Sugiri sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di industri IT Indonesia. Kontribusinya terhadap perkembangan infrastruktur digital di Indonesia telah diakui luas, menjadikannya sosok yang dihormati dalam komunitas bisnis dan teknologi.

Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai profil Otto Toto Sugiri yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (10/9/2024). 

Profil Otto Toto Sugiri

Profil Otto Toto Sugiri yang Dijuluki sebagai Bill Gates Asal Indonesia
DJP mengumpulkan para wajib pajak prioritas. Mereka antara lain, Gilang Widya Pramana alias biasa dikenal sebagai Juragan 99 dan orang terkaya RI ke-19 versi Majalah Forbes 2021 Otto Toto Sugiri.

Otto Toto Sugiri dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada 23 September 1953. Sugiri menempuh pendidikan teknik di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan lulus pada tahun 1977. Pria yang dikenal dengan sapaan Toto ini merupakan tokoh senior di ranah teknologi di Indonesia dan telah berkecimpung di bidang ini sejak 1989 hingga menjadi perintis berbagai perusahaan bersejarah.

Toto adalah founder perusahaan data center Sigma Cipta Caraka yang kala itu mengembangkan perangkat lunak untuk diaplikasikan dalam bisnis seperti perbankan guna memudahkan operasional usaha tersebut. Di sela-sela kesibukannya di Sigma, Toto juga berhasil mendirikan perusahaan penyedia layanan internet pionir di Indonesia yaitu Indonet pada tahun 1995, sebelum akhirnya go public dengan kode saham EDGE dan kemudian diakuisisi oleh perusahaan Digital Edge Limited yang berbasis di Hong Kong. Dari transaksi ini, ia berhasil mengantongi hampir Rp 1 triliun.

Akan tetapi pada 2007, Toto memutuskan berpisah dengan perusahaan yang telah membesarkan namanya ini karena pemerintah melalui Telkom Indonesia berniat mengembangkan sektor teknologi dalam negeri sehingga mengakuisisi Sigma dan mentransformasinya menjadi Telkom Sigma. Komitmen pemerintah dalam memajukan sektor teknologi inilah yang dikatakan akhirnya membuat Toto bersedia melepaskan perusahaanya kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbesar kedua di Indonesia ini.

Seusai melakukan divestasi Sigma, Toto kembali menginisiasi dan membiayai perusahaan teknologi yakni perusahaan data center tier 4 pertama di Indonesia dengan modal sebesar US$ 200 juta bernama DCI Indonesia yang akhirnya menjadikan Toto miliarder, setelah sahamnya diakuisisi oleh Anthony Salim.

Dokumen prospektus IPO DCII menyebutkan profil pendiri perusahaan yakni Otto Toto Sugiri, salah satu figur terkemuka di bidang data center dan perusahaan teknologi di Indonesia. Beliau terlahir pada tahun 1953, berkewarganegaraan Indonesia, dan menjabat sebagai Direktur Utama DCII.

Beliau meraih gelar Master dalam bidang teknik komputer dari RWTH Aachen German University, Jerman pada 1980. Memulai kariernya sebagai Manajer Umum IT di PT Bank Bali pada tahun 1983.

Selanjutnya, ia menjabat sebagai Direktur PT Sigma Cipta Caraka dari tahun 1989 hingga 2010. Beliau merupakan pendiri PT Indointernet Tbk (EDGE) dan Bali Camp (di bawah naungan PT Sigma Cipta Caraka). Ia mulai bergabung sebagai Komisaris DCII pada tahun 2012 dan menjabat sebagai Direktur Utama DCII sejak tahun 2016 hingga saat ini.

Layanan ISP Pertama di Indonesia

Perjalanan karirnya melonjak ketika ia mempelopori pendirian penyedia jasa internet (ISP) pertama di Indonesia yang diberi nama Indointernet pada tahun 1994. Indointernet menjadi gerbang bagi masyarakat Indonesia untuk pertama kalinya mengakses dan menjelajahi dunia maya secara global. Inovasi ini membuka era baru dalam dunia teknologi informasi di tanah air, memperkenalkan masyarakat pada potensi luar biasa internet.

Hingga saat ini, perusahaan tersebut telah bertransformasi menjadi PT Indointernet Tbk, dengan Sugiri memegang posisi strategis sebagai Presiden Komisioner sejak tahun 2012. Perannya dalam mengawal perkembangan perusahaan menunjukkan komitmen jangka panjangnya terhadap industri ini.

Tidak berhenti di situ, Sugiri juga menginisiasi pendirian anak perusahaan Sigma, yakni Balicamp. Salah satu proyek unggulan Balicamp adalah pengembangan sistem pemeriksaan ejaan bahasa Indonesia untuk raksasa teknologi Microsoft. Proyek ini menandai kontribusi penting Indonesia dalam pengembangan teknologi bahasa di kancah internasional.

Namun, perjalanan bisnis tidak selalu mulus. Tragedi bom Bali pada tahun 2002 berdampak signifikan terhadap operasional Balicamp, yang berlokasi di pulau tersebut. Situasi keamanan yang memburuk pasca tragedi memaksa Sugiri untuk mengambil keputusan sulit menutup anak perusahaan ini. Peristiwa ini menjadi pengingat akan tantangan tak terduga yang dapat muncul dalam dunia bisnis.

Dampak dari tragedi bom Bali ternyata meluas, mempengaruhi tidak hanya Balicamp tetapi juga bisnis Sugiri secara keseluruhan. Menghadapi situasi yang berubah drastis, Sugiri akhirnya memutuskan untuk melepas mayoritas kepemilikan sahamnya di Sigma. Pada tahun 2008, ia menjual 80 persen saham Sigma kepada Telkom Indonesia, perusahaan telekomunikasi terbesar milik negara, dengan nilai transaksi mencapai 35 juta dolar AS.

Keputusan strategis ini tidak hanya membantu Sugiri mengatasi tantangan finansial akibat dampak tidak langsung dari tragedi bom Bali, tetapi juga membuka peluang baru bagi Sigma untuk berkembang di bawah naungan Telkom Indonesia. Langkah ini juga mencerminkan visi Sugiri dalam melihat potensi sinergi antara perusahaan swasta dan BUMN dalam mengembangkan infrastruktur digital Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya