Avoidant Attachment Style Adalah Jenis Pola Asuh, Ketahui Contoh dan Dampaknya

Avoidant attachment style merupakan salah satu jenis pola kelekatan yang dapat terbentuk antara orang tua dan anak sebagai hasil dari pola pengasuhan tertentu.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 19 Sep 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2024, 10:00 WIB
Avoidant Attachment Style Adalah Jenis Pola Asuh, Ketahui Contoh dan Dampaknya
Ilustrasi anak introvert

Liputan6.com, Jakarta Avoidant attachment style merupakan salah satu jenis pola kelekatan yang dapat terbentuk antara orang tua dan anak sebagai hasil dari pola pengasuhan tertentu. Pola ini umumnya berkembang ketika orang tua secara konsisten tidak responsif atau mengabaikan kebutuhan emosional anak mereka. Akibatnya, anak belajar untuk menekan kebutuhan emosional mereka dan mengembangkan kemandirian yang prematur sebagai mekanisme pertahanan diri.

Salah satu contoh pola asuh yang dapat menghasilkan avoidant attachment style adalah ketika orang tua secara konsisten menolak atau mengabaikan upaya anak untuk mencari kenyamanan atau kedekatan emosional. Misalnya, ketika seorang anak menangis atau mencari pelukan, orang tua mungkin meresponnya dengan dingin atau bahkan memarahi anak tersebut. Hal ini dapat membuat anak merasa bahwa mengekspresikan emosi atau mencari kedekatan adalah hal yang tidak diinginkan atau bahkan berbahaya.

Tanda-tanda avoidant attachment style pada anak dapat terlihat dari perilaku mereka yang cenderung mandiri secara berlebihan dan enggan mencari bantuan atau dukungan emosional dari orang tua. Anak-anak ini mungkin jarang menunjukkan emosi negatif seperti kesedihan atau kecemasan, bahkan dalam situasi yang seharusnya memicu respons emosional.

Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai pengertian avoidant attachment style beserta contoh dan dampak negatifnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (18/9/2024).

Mengenal Avoidant Attachment Style

Avoidant Attachment Style Adalah Jenis Pola Asuh, Ketahui Contoh dan Dampaknya
ilustrasi seorang ibu memarahi anaknya (stockcake.com)

Avoidant attachment style merupakan pola sikap atau perilaku di mana individu mengembangkan pandangan skeptis terhadap orang-orang di sekitarnya. Secara lebih spesifik, avoidant attachment style adalah konsep psikologis yang menggambarkan kesulitan dalam membangun dan mempertahankan hubungan interpersonal jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk terlibat secara mendalam dalam kedekatan fisik dan emosional, yang sering kali berakar dari pengalaman masa kecil.

Gaya kelekatan ini umumnya terbentuk ketika orang tua atau pengasuh secara konsisten mendorong kemandirian yang berlebihan pada anak dan meminimalkan ketergantungan pada orang lain. Pola pengasuhan dalam avoidant attachment style cenderung kurang responsif terhadap kebutuhan emosional anak, seringkali mengabaikan atau meminimalkan pentingnya ekspresi emosi. Akibatnya, anak belajar untuk menekan kebutuhan emosional mereka dan mengembangkan kemandirian sebagai strategi bertahan hidup emosional.

Konsekuensinya, individu yang dibesarkan dengan pola asuh semacam ini sering mengalami kesulitan dalam menjalin komitmen dalam hubungan saat dewasa. Mereka cenderung mengembangkan kemandirian yang ekstrem dan menunjukkan keengganan untuk bergantung pada orang lain, bahkan dalam situasi yang wajar membutuhkan dukungan. Pola ini dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk hubungan romantis, persahabatan, dan bahkan interaksi profesional, di mana mereka mungkin kesulitan membangun kepercayaan dan kedekatan dengan rekan kerja atau atasan.

Karakteristik Avoidant Attachment Style

Avoidant Attachment Style Adalah Jenis Pola Asuh, Ketahui Contoh dan Dampaknya
Ilustrasi seorang ibu dengan dua anaknya (stockcake.com).

Berikut ini terdapat beberapa karakteristik dari avoidant attachment style, yakni:

  1. Memiliki sikap mandiri, bahkan ada kecenderungan tidak membutuhkan orang lain.
  2. Membatasi diri ketika ada yang mendekati.
  3. Membatasi hubungan emosioanal dengan orang lain.
  4. Mengabaikan perasaan orang lain.
  5. Memilih untuk menjalin hubungan percintaan yang singkat daripada hubungan jangka panjang.
  6. Memiliki kesulitan untuk berkomitmen.
  7. Meremehkan orang lain.
  8. Memiliki kepercayaan yang kurang terhadap orang lain.
  9. Membatasi interaksi sosial dengan orang lain atau lebih banyak menghabiskan waktu sendirian.

Anak yang tumbuh dengan karakter avoidant attachment style belajar untuk memiliki rasa kemandirian yang kuat. Hal ini berujung pada ketidakmauan bergantung pada orang lain untuk mendapatkan perawatan atau dukungan. Beberapa tanda-tanda dan contohnya adalah sebagai berikut ini:

  1. Terus-menerus menghindari keterikatan emosional atau fisik.
  2. Merasakan rasa kemandirian yang kuat.
  3. Merasa tidak nyaman untuk mengungkapkan perasaan.
  4. Meremehkan orang lain.
  5. Sulit mempercayai orang.
  6. Merasa terancam oleh siapa pun yang mencoba mendekat.
  7. Menghabiskan lebih banyak waktu sendirian ketimbang berinteraksi dengan orang lain.
  8. Mempercayai bahwa tidak membutuhkan orang lain dalam hidup.
  9. Ada perasaan tidak mendapat teman atau ditolak sehingga lebih memilih untuk menjaga jarak sejak awal.
  10. Ada perasaan bebas dan mandiri dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Penyebab dan Pemicu Avoidant Attachment Style

Avoidant Attachment Style Adalah Jenis Pola Asuh, Ketahui Contoh dan Dampaknya
Ilustrasi Anak Bermain Credit: pexels.com/pixabay

Dikutip dari laman health.com, Psikolog berteori bahwa pola asuh terbentuk selama tahun-tahun awal Anda berdasarkan gaya pengasuhan dan pola asuh yang Anda terima, serta konsistensi pengasuhan tersebut. Namun pola asuh Anda bukanlah sifat atau karakteristik yang tetap. Faktanya, pola asuh Anda dapat berkembang dan berubah berdasarkan hubungan lain dalam hidup Anda dan pengaruhnya terhadap Anda.

Para peneliti berpendapat bahwa orang cenderung menyimpan catatan mental tentang keberhasilan dan kegagalan hubungan mereka. Seberapa besar kenyamanan dan dukungan yang mereka terima dari setiap interaksi kemudian mempengaruhi pola asuh mereka. Perkembangan pola asuh ini biasanya dimulai dari orang tua Anda dan berlanjut dengan teman dekat dan pasangan romantis Anda seiring bertambahnya usia.

Dengan kata lain, sangat mungkin bagi anak-anak dengan avoidant attachment style  untuk tumbuh dan memiliki keterikatan yang aman saat dewasa. Demikian pula, mereka yang memiliki pola asuh aman di masa kanak-kanak dapat mengembangkan avoidant attachment style di kemudian hari, terutama jika mereka mengalami pengalaman negatif. Beberapa peristiwa hidup yang dapat memicu avoidant attachment style adalah perceraian orang tua Anda, ditinggalkan oleh orang tua atau pasangan romantis, atau kehilangan orang penting yang Anda cintai.

Dampak Negatif dari Avoidant Attachment Style

Avoidant Attachment Style Adalah Jenis Pola Asuh, Ketahui Contoh dan Dampaknya
Ilustrasi anak menyendiri.

Avoidant attachment style dapat memiliki dampak negatif yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan seseorang. Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa dampak negatif dari pola asuh ini:

1. Kesulitan dalam hubungan interpersonal

Individu dengan avoidant attachment style sering mengalami kesulitan dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang dekat dan bermakna. Mereka cenderung menjaga jarak emosional, yang dapat menyebabkan kesalahpahaman dan konflik dalam hubungan romantis, persahabatan, atau hubungan keluarga.

2. Isolasi sosial

Kecenderungan untuk menghindari kedekatan emosional dapat menyebabkan individu dengan gaya kelekatan ini menarik diri dari interaksi sosial. Hal ini dapat mengakibatkan isolasi sosial dan kesepian yang berkepanjangan.

3. Masalah kesehatan mental

Avoidant attachment style dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stres. Ketidakmampuan untuk mengandalkan orang lain untuk dukungan emosional dapat membuat individu lebih rentan terhadap tekanan psikologis.

4. Kesulitan dalam mengekspresikan emosi

Individu dengan gaya kelekatan ini sering kesulitan mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi mereka sendiri. Hal ini dapat menyebabkan masalah komunikasi dan kesulitan dalam mengelola konflik secara efektif.

5. Ketidakpercayaan dan kecurigaan

Mereka mungkin mengembangkan ketidakpercayaan yang berlebihan terhadap orang lain, yang dapat menghambat pembentukan hubungan yang sehat dan kolaborasi dalam berbagai aspek kehidupan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya