Apakah Hukum Karma Berlaku dalam Ajaran Islam? Begini Jawaban Buya Yahya

Penjelasan Buya Yahya mengenai istilah karma dalam pandangan islam. Konsep ini dipercaya oleh banyak orang sebagai balasan atau konsekuensi yang terjadi sebagai hasil dari setiap perbuatan yang dilakukan.

oleh Putry Damayanty diperbarui 11 Jan 2025, 04:30 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2025, 04:30 WIB
buya yahya 222
Buya Yahya (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali mendengar istilah karma. Secara umum, karma merujuk pada hukum sebab-akibat, di mana setiap perbuatan, baik itu baik atau buruk, akan berakibat sebanding dengan tindakan tersebut.

Ada pula anggapan bahwa karma berperan dalam menentukan nasib seseorang. Misalnya percaya bahwa kehidupan yang terjadi di masa depan akan dipengaruhi oleh apa yang dilakukan saat ini.

Jika seseorang berbuat baik, maka ia akan mendapatkan kebaikan dalam hidupnya, dan sebaliknya, jika ia berbuat buruk, maka akibat buruk akan mengikuti.

Sebenarnya, konsep ini berasal dari ajaran Hindu-Budha. Namun, istilah karma sering digunakan oleh masyarakat umum, termasuk umat Islam. Lantas, apakah hukum karma juga terdapat dalam ajaran Islam?

Buya Yahya, seorang ulama dan pemikir yang dikenal luas oleh masyarakat, dalam hal ini turut memberikan pandangan yang bijaksana mengenai berbagai isu kehidupan, termasuk tentang konsep karma.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

Apakah Karma Ada dalam Ajaran Islam?

Ilustrasi baca Al-Quran
Berikut beberapa manfaat membaca Al-Quran untuk kesehatan.

Karma merupakan hukum yang berlaku dalam ajaran agama Hindu dan Budha. Sedangkan dalam Islam, karma tidak dikenal sebagai ajaran yang memiliki pengaruh dalam kehidupan umat Muslim.

"Karma tidak ada di dalam Islam, yang ada di agama Hindu-Budha sana. Dalam Islam, tidak ada karma," kata Buya Yahya dikutip dari YoTube Al-Bahjah TV.

Tidak ada konsep reinkarnasi seperti yang terdapat dalam ajaran karma, melainkan setiap amal perbuatan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah di dunia dan akhirat.

"Dalam Islam yang ada, jika orang berbuat dzalim maka akan mendapatkan hukuman dari Allah. Sebab kalau karma itu nanti ada lanjutannya, masalah reinkarnasi dan sebagainya. Kalau orangnya baik, nanti akan kembali hidup, yaitu urusannya panjang, urusan karma itu," jelasnya.

Karma juga sering kali dikaitkan dengan masalah akidah, yakni keyakinan tentang kehidupan setelah mati. Di dalam beberapa ajaran, karma berhubungan erat dengan pemahaman tentang reinkarnasi, namun Islam memiliki konsep yang berbeda terkait kehidupan setelah mati.

"Istilah karma ada hubungannya dengan masalah akidah dan kehidupan, setelah kehidupan saat ini," tuturnya.

Namun, sebagai muslim kita diajarkan untuk lebih memperhatikan tanggung jawab terhadap setiap perbuatan yang dilakukan, karena setiap amal baik akan dibalas dengan kebaikan, dan setiap amal buruk akan mendapat balasan yang sesuai dari Allah.

"Kita tidak ada urusan dengan karma. Akan tetapi yang harus kita yakini adalah setiap yang kita lakukan, kita harus bertanggung jawab dan ada balasannya di hadapan dari Allah. Kalau itu kebaikan, akan dibalas kebaikan. Kalau itu keburukan, akan mendapatkan balasan dari Allah," jelasnya.

Begitu pun perbuatan zolim terhadap sesama akan mendapatkan balasan yang adil dari Allah, baik di dunia maupun akhirat.

"Kalau kita berbuat zolim, Naudzubillah. Kalau seseorang berbuat zolim pada seseorang dosa di hadapan Allah, biarpun tidak kena balasan di dunia, di akhirat akan dituntut," tegasnya.

Surga dan Neraka sebagai Balasan Perbuatan Manusia

Surga dan neraka
surga dan neraka, sumber : freepik.com

Islam memiliki keyakinan yang jelas tentang adanya kehidupan setelah mati, yaitu adanya surga dan neraka.

"Balasan ada, sudah, jelas. Kita punya keyakinan akan ada neraka, ada surga. Yang berbuat baik mendapatkan surga, buat jahat akan mendapatkan neraka, jika tidak diampuni Allah," ujar Buya Yahya.

Meskipun kita meyakini bahwa ada balasan bagi setiap perbuatan, namun kita juga yakin bahwa Allah adalah Maha Pengampun. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, tidak perlu merujuk pada istilah karma dalam hidup.

Namun, penting untuk menghormati keyakinan dan agama orang lain tanpa mencela. Setiap agama memiliki pandangannya masing-masing, dan sebagai umat Muslim, fokus saja pada apa yang telah diajarkan oleh agama.

"Biarkan kalau saudara-saudara kita dari yang beragama Hindu meyakini itu urusan mereka. Kita juga tidak mencela urusan agama orang lain, tidak. Kita bicara tentang agama Islam, tidak ada karma dan tidak ada istilah karma," ucapnya.

Dengan pemahaman ini, kita kembali diingatkan untuk selalu memperbaiki diri, bertanggung jawab atas setiap perbuatan, dan meyakini bahwa balasan akhirat adalah hasil dari rahmat dan keadilan Allah, bukan karma.

"Kita berbuat dosa, bisa saja diampuni oleh Allah. Kita berbuat salah, minta maaf kepada seorang, dimaafkan, selesai. Tidak ada karma. Yang ada adalah balasan dari Allah SWT, karena kezoliman seseorang, karena dosa seseorang. Wallahu a'lam bishowab," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya